Zombies hand silhouette

Takutlah Memikul Dosa Para Santri dan Pengikut

MUSTANIR.netNasihat kepada masyayikh, asatidz dan para tokoh panutan

Bismillāhir raḥmānir raḥīm.

Sudah biasa para alumni pondok pesantren berkata; “Ikut dawuh masyayikh” atau “Ikut dawuh asatidz” atau “Ikut dawuh tokoh panutan”. Karenanya, masyayikh, asatidz juga para tokoh panutan itu harus berhati-hati, karena mereka diikuti oleh para santri dan pengikutnya.

Terutama di era kebangkitan Islam dan kaum muslimin seperti saat ini di mana dakwah penegakan khilafah sangat masif. Sehingga masyayikh, asatidz dan para tokoh panutan harus waskita dan waspada terhadap perkembangan dan tantangan zamannya. Dan harus memiliki empat makrifat (pengetahuan) sekaligus; 1) makrifat terhadap dirinya, 2) makrifat terhadap Robbnya, 3) makrifat terhadap zamannya, dan 4) makrifat terhadap tantangan dari musuhnya.

Kalau dulu kaidahnya berbunyi;

مَنْ عرفَ نَفسَهُ عرفَ ربَّهُ

Man ‘arofa nafsahuu ‘arofa robbahuu, “Barang siapa yang telah makrifat terhadap dirinya, maka ia bisa makrifat terhadap Robbnya”. Maka sekarang kaidahnya ditambah;

من عرفَ زمانه عرفَ عدوَّهُ

Man ‘arofa zamaanahuu ‘arofa ‘aduwwahuu, “Barang siapa yang makrifat terhadap (perkembangan) zamannya, maka ia bisa makrifat terhadap (tantangan dari) musuhnya”.

Makrifat terhadap diri dan Robbnya dari dulu hingga sekarang sudah jamak dikenal dan jamak dimengerti dan tidak berubah. Akan tetapi makrifat terhadap zaman dan musuhnya, maka zaman sekarang musuh setiap muslim itu datang dari kekuatan kafirun, musyrikun dan munafikun penganut dan penyebar akidah sekularisme, ideologi kapitalisme, sistem pemerintahan demokrasi, pluralisme, sinkretisme dan seterusnya. Dan penganut akidah materialisme, ideologi komunisme-sosialisme, sistem pemerintahan komunis, dan seterusnya.

Setelah mereka makrifat terhadap zaman dan tantangan akidah, ideologi dan pemikiran dari musuh-musuhnya, maka mereka juga harus makrifat terhadap solusi untuk menangkal dan menghancurkan tantangan dari musuh-musuhnya itu. Yaitu solusi akidah Islam, ideologi Islam, sistem pemerintahan Islam khilafah, dan afkaar serta mafaahim Islam terkait semuanya itu.

Juga harus makrifat terhadap mana khilafah yang asli dan mana khilafah yang palsu dan firqoh. Karena dewasa ini sudah ada empat khilafah palsu; 1) khilafah kaum sekuler-liberal-moderat, yaitu republik-demokrasi di mana kata mereka sudah khilafah sehingga presidennya sudah khalifah, 2) khilafah Islam Jama’ah/LDII yang berpusat di Kediri Jatim, 3) khilafah Khilmus yang berpusat di Bandar Lampung, dan 4) khilafah ISIS/IS di Iraq-Suriah. Semuanya adalah problem. Sedang solusinya adalah khilafah Islamiyah yang sedang didakwahkan oleh Hizbut Tahrir.

• Inilah dalil empat makrifat serta solusinya. Rasulullah ﷺ bersabda:

اتق الله حيثما كنت، وأتبع السيئة الحسنة تمحها، وخالق الناس بخلق حسن

Ittaqillâha haitsumâ kunta, wa atbi’is sayyiatal hasanata tamhuhâ, wa khôliqin nâsa bi khuluqin hasanin, “Bertaqwalah kepada Allah di mana pun kamu berada, ikutilah keburukan dengan kebaikan sehingga menghapusnya, dan perlakukan manusia dengan khuluq (akhlak) yang baik”. (HR Tirmidzi dan ia berkata; hadits hasan. Dalam naskah lain; hadits hasan shahih)

Maksud hadits:

1- Bertaqwalah, di zaman mana pun kamu berada, di tempat mana pun kamu berada, dan dalam kondisi apa pun kamu berada.

2- Di zaman mana pun ada keburukan, segera gantilah dengan kebaikan. Di tempat mana pun ada keburukan, segera gantilah dengan kebaikan. Dan dalam kondisi apa pun ada keburukan, segera gantilah dengan kebaikan.

3- Di zaman mana pun, di tempat mana pun, dan dalam kondisi apa pun, perlakukan manusia dengan khuluq (akhlak) yang baik. Sedang khuluq yang baik adalah al-Qur’an. Aisyah raḍiyallāhu ‘anhā berkata:

كان خلق رسول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ القرآن

Kâna khuluqu rosûlillahi shollallôhu ‘alaihi wasallama alqur’ana, “Khuluq Rasulullah ﷺ adalah al-Qur’an”.

Jadi Rasulullah ﷺ telah menyuruh agar manusia di zaman mana pun, di tempat mana pun dan dalam kondisi apa pun diperlakukan dengan al-Qur’an. Itulah hakikat taqwa harus menjadikan al-Qur’an sebagai pedoman dan aturan dalam kehidupan, masyarakat dan negara.

• Dan kini pengemban dakwah solusi tersebut telah menyebar ke seluruh penjuru dunia dari perkotaan hingga pedesaan. Mereka bernaung dan bergerak di bawah komando partai politik Islam ideologis Hizbut Tahrir. Sehingga masyayikh, asatidz dan para tokoh panutan harus segera menyambut, mendukung dan bergabung bersama Hizbut Tahrir kemudian mengajak santrinya berdakwah kepada penegakan khilafah. Sehingga tidak ada alasan bagi santri-santrinya untuk menolak bergabung hanya karena masyayikh, asatidz dan tokoh panutannya tidak bergabung atau menghalangi mereka bergabung. Sehingga masyayikh, asatidz dan para tokoh panutan tidak memikul dosa santri dan pengikutnya.

Karena menegakkan khilafah dan mengangkat serta membai’at khalifah adalah fardhu kifayah di mana selama khilafah belum bisa tegak dan khalifah belum bisa diangkat serta dibai’at, maka hal itu menjadi fardhu ‘ain bagi setiap muslim mukallaf.

• Dosa para santri dan pengikut itu disamakan dengan dosa para petani pengikut dan rakyatnya Heraklius kaisar Romawi. Rasulullah ﷺ pernah mengirim surat kepada Heraklius kaisar Romawi:

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ . مِنْ مُحَمَّدٍ عَبْدِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ إِلَى هِرَقْلَ عَظِيمِ الرُّومِ . سَلَامٌ عَلَى مَنْ اتَّبَعَ الْهُدَى . أَمَّا بَعْدُ ؛ فَإِنِّي أَدْعُوكَ بِدِعَايَةِ الإِسْلامِ ، أَسْلِمْ تَسْلَمْ يُؤْتِكَ اللَّهُ أَجْرَكَ مَرَّتَيْنِ ، فَإِنْ تَوَلَّيْتَ فَإِنَّ عَلَيْكَ إِثْمَ الأَرِيسِيِّينَ (أي أتباعه ورعاياه الذين يتابعونه على الكفر) . وَ [ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَى كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَنْ لا نَعْبُدَ إِلا اللَّهَ وَلا نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَلا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُولُوا اشْهَدُوا بِأَنَّا مُسْلِمُونَ ] ) .

“Bismillāhir raḥmānir raḥīm. Dari Muhammad hamba dan utusan Allah kepada Heraklius pembesar Romawi. Keselamatan atas orang yang mengikuti petunjuk. Ammaa ba’du; Maka sesungguhnya aku mengajakmu untuk memeluk Islam. Masuklah Islam, maka kamu selamat. Allah memberimu pahalamu dua kali. Apabila kamu berpaling, maka kamu memikul dosa kaum petani (pengikut dan rakyatnya yang mengikutinya atas kekafiran). Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah.” Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: “Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah).” (QS Ali Imran: 64) (HR Bukhari [7] dan Muslim [1773])

• Hendaknya masyayikh, asatidz dan para tokoh panutan menjadi kunci pembuka kebaikan dan penutup keburukan sehingga memikul pahala santri dan pengikutnya. Dan tidak menjadi kunci pembuka keburukan dan penutup kebaikan sehingga memikul dosa santri dan pengikutnya.

Dari Anas bin Malik dan Sahal bin Sa’ad, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:

عندَ اللهِ خزائنُ الخيرِ والشرِّ، مفاتيحُها الرجالُ، فطوبَى لمنْ جعلهُ اللهُ مِفْتَاحًا للخيرِ، مِغْلَاقًا للشرِّ، وويلٌ لمنْ جعلَهُ اللهُ مِفتاحًا للشرِّ مغلاقًا للخيرِ

“Di sisi Allah ada perbendaharaan kebaikan dan keburukan di mana kunci-kunci pembukanya adalah laki-laki. Maka bahagia sekali bagi orang yang dijadikan oleh Allah sebagai kunci pembuka kebaikan dan kunci penutup keburukan. Dan celaka sekali bagi orang yang dijadikan oleh Allah sebagai kunci pembuka keburukan dan kunci penutup kebaikan”. (HR Suyuthi, Aljaami’ Asshoghir, Ia berkata; hadits shahih).

Dan dari Anas bin Malik raḍiyallāhu ‘anhu, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:

إنَّ من الناس ناسًا مَفاتيح للخير مَغاليق للشَّرِّ، وإنَّ من الناس ناسًا مَفاتيح للشَّرِّ مَغاليق للخير، فطُوبَى لِمَن جعَل الله مَفاتيح الخير على يدَيْه، ووَيْلٌ لِمَن جعَل الله مفاتيح الشَّرِّ على يدَيْه

“Sesungguhnya di antara manusia ada manusia yang menjadi kunci-kunci pembuka kebaikan dan penutup keburukan. Dan di antara manusia ada manusia yang menjadi kunci-kunci penutup kebaikan dan pembuka keburukan. Maka sungguh bahagia bagi orang yang Allah menjadikan kunci-kunci pembuka kebaikan berada di kedua tangannya. Dan sungguh celaka bagi orang yang Allah menjadikan kunci-kunci pembuka keburukan berada di kedua tangannya.” (HR Ibnu Majah [195], as-Silsilah as-Shahihah [1332])

Wallahu a’lam bish shawab

Semoga bermanfaat. Aamiin. []

Sumber: Abulwafa Romli

About Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Categories