Delusinya Zaman: Mengurai Fenomena Eskapisme Sebagai Tantangan Dakwah

MUSTANIR.netEskapisme—sikap hidup yang bertujuan untuk menghindar dari kenyataan dan menghindarkan diri dari segala kesulitan, terutama dalam menghadapi masalah yang bisa diselesaikan secara wajar. 

Millenial dan Gen-Z yang hidup di era keberlimpahan informasi yang menyebabkan mereka rentan terkena stres sangat intens, tidak dapat diprediksi, dan berkepanjangan. Akibatnya mereka tidak dapat mempersiapkan diri dan tidak dapat memprediksi kapan akan berakhir. Hal ini dapat menyebabkan tantangan kesehatan fisik dan mental seperti kecemasan, perasaan tidak berdaya atau putus asa, kelelahan, insomnia, sakit kepala, dan ketidaknyamanan tubuh lainnya.

Mereka lalu memilih untuk eskapisme, mengambil jeda dari kebisingan hidup. Healing, find serendity. Namun makin ke sini, kerapuhan jiwa generasi muda ditangkap oleh industri hiburan yang menawarkan ‘alternative universe’ yang delutif sebagai pelarian dari pahitnya kehidupan, memengaruhi mereka dalam skala besar hingga mengabaikan realitas hidup sepenuhnya. Jelas berbahaya.

Industri hiburan kapitalistik yang makin terdigitalisasi dengan bantuan teknologi AI (Artificial Intelligence) telah menawarkan eskapisme luar biasa di tengah kondisi rusaknya masyarakat. Industri hiburan mampu bersolek menawarkan dunia baru yang indah sebagai tempat pelarian dari pahitnya kehidupan.

Eskapisme didefinisikan sebagai kecenderungan untuk ‘melarikan diri’ dari dunia nyata ke dunia fantasi yang lebih nyaman dan menyenangkan. (Asosiasi Psikolog Amerika)

Sebenarnya eskapisme tidak selalu negatif karena dia bisa menjadi coping strategy mengelola stres. Hanya saja belakangan eskapisme yang telah diinkubasi dunia industri kapitalis telah mendorong banyak orang untuk mengabaikan realitas hidup sepenuhnya. Nah, ini yang merusak!

Dampaknya sangat besar karena dunia hiburan menawarkan ‘alternate universe’ yang delutif dan memengaruhi konsumennya dalam skala massal

Bagaimana sebenarnya kita melihat fenomena ini dari sudut pandang personal sebagai muslim, termasuk dari sudut pandang makro kebijakan ekonomi yang super deregulatif terhadap dunia hiburan hari ini?

Well, hari ini Millenial dan Gen-Z hidup dalam culture masyarakat yang toxic akibat kebijakan-kebijakan politik yang mengatur semua sisi kehidupan, kental dengan nilai-nilai sekularisme liberal. That means, stres individu itu dipengaruhi stres komunial, stres komunal dipengaruhi sistem.

Maka tak berlebihan jika Millenial dan Gen-Z mulai berpikir soal solusi alternatif. Menghadapi semua masalah, bukan escape melulu atas nama healing.

Anak muda juga perlu melek politik, pastinya politik Islam yang bersumber dari al-Qur’an dan sunnah, agar mereka tidak menjadi ‘objek abadi’ kebijakan-kebijakan toxic. []

Sumber: Pioner Muslimah

About Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Categories