Gadis 13 Tahun Lawan Islamofobia Lewat Esai
Gadis 13 Tahun Lawan Islamofobia Lewat Esai
Mustanir.com – Namanya Sumaiya Mahee, usia baru 13 tahun. Dia sekolah di Kennedy-Longfellow School, Cambrigde, Inggris.
Setiap hari, Sumaiya selalu mengenakan hijab. Sejak kecil dia memang diajarkan untuk menjalankan ajaran Islam, agama yang dianutnya serta orang tuanya.
Menjadi seorang Muslim di Inggris bukan perkara mudah. Meski masih kecil, Sumaiya kerap mendapat stigma buruk dari lingkungan sekitarnya, termasuk di sekolah. Dia kerap dituding sebagai teroris.
Tetapi, hal itu tidak membuat Sumaiya goyah. Dia mencoba melawan stigma tersebut bersama keluarga dan para Muslim lainnya.
Salah satu bentuk perjuangannya adalah menulis esai berjudul ‘Kamu Bukanlah Apa Yang Kamu Katakan: Melebihi Kisah Tunggal’. Esai itu merupakan tugas kelas gabungan mata pelajaran IPS dengan Bahasa Inggris, yang kemudian tersebar dan menjadi perbincangan publik.
“Saya menghadapi stereotipe setiap hari karena saya seorang gadis Muslim. Ini merupakan pengalaman saya. Menulis (esai) itu membuat saya tegar karena saya mendapat cara untuk menghadapi stereotipe. Ketika saya mulai berbicara mengeni ini, saya sadar saya tidak sendirian dan anak-anak lain juga mengalami hal yang sama,” ujar Sumaiya, dikutip darimetro.us, Jumat, 12 Juni 2015.
Sebagian besar masyarakat Barat tidak bisa memandang secara jernih ajaran Islam. Sejumlah kejadian seperti penyerangan Pentagon, fenomena ISIS, dan beberapa kejadian lain selalu menjadi dasar mereka mendiskreditkan umat Islam.
“Begitu sulit terlibat (kekerasan) ini karena saya bukan orang yang mudah menyakiti orang lain. Tujuan saya adalah meluruskan pelbagai stereotipe tersebut. Saya tidak ingin anak-anak Muslim lain menghadapi hal ini dan tidak bisa berbuat apa-apa,” tulis Sumaiya dalam esainya.
Di dalam satu bagian di esainya, Sumaiya menceritakan betapa dia begitu marah karena diejek orang. Pada suatu malam, dia bersama dua saudaranya pulang dari masjid dan bersimpangan dengan dua orang pria.
Dua pria itu mengeluarkan perkataan hinaan sambil tertawa, ‘Bahaya! Ini adalah Muslim!” Mendengar perkataan itu, Sumaiya berhenti dan segera membentak dua orang itu.
Sumaiya tersadar, kekerasan tidak akan bisa dilawan dengan kekerasan.
“Jika seseorang menyebut saya teroris, saya tidak akan memilih tindakan yang seharusnya saya pilih. Saya akan mengajak anak-anak Muslim lain untuk memberitahu masyarakat seperti apa sesungguhnya Muslim itu. Muslim yang diperlihatkan di televisi sebagai teroris dan ini membuat irang berpikir bahwa itulah Muslim,” kata dia.
Lebih lanjut, Sumaiya mendorong setiap sekolah mulai mengadakan pendidikan tentang keberagaman dan membuka dialog antarsiswa.
“Butuh waktu panjang untuk mengubah cara pandang. Sekolah perlu memberikan jalan kepada siswa untuk memandang bahwa kita berada di sisi yang sama meski dengan latar belakang yang berbeda,” ungkap Sumaiya.
Esai Sumaiya membuat guru Bahasa Inggrisnya, Woodly Pierre-Louis terkejut. Dia belum pernah menjumpai ada anak yang setegar Sumaiya.
“Saya terkejut ketika pertama kali membacanya. Ini dia, gadis kecil yang menakjubkan. Saya tidak percaya ada orang yang bisa berkomentar seperti itu,” kata dia. (dream/adj)
Komentar Mustanir.com
Adanya islamophobia di Barat adalah dampak dari pemberitaan media-media Sekuler yang anti terhadap Islam dan simbol-simbolnya. Dan bagi orang Barat yang masih awam terhadap Islam maka akan dengan mudah meng-iya-kan apa yang disampaikan oleh media-media mereka.
Islamophobia hadir karena Demokrasi-Sekuler menjadikan Islam sebagai musuh. Dan sudah seharusnya kaum Muslimin menjadikan Demokrasi-Sekuler menjadi musuh juga.
Islam menjadi teraniaya dan tidak memiliki kekuatan karena kaum muslimin terpecah belah dan tidak memiliki sebuah negara yang berdaulat dan melindungi Islam.