Hati-hati Makanan Palsu Dari Tiongkok

beras-plastik

Hati-hati Makanan Palsu Dari Tiongkok

Bekasi digegerkan kasus dugaan peredaran beras palsu, yang terbuat dari plastik di pasar. Seorang warga, Dewi Septini mengaku membelinya seharga Rp 8.000 per liter di Pasar Mutiara Gading Timur, Kecamatan Mustikajaya.

Anehnya, saat dicuci beras tersebut mengambang, tak tenggelam seperti versi aslinya. Setelah dimasak, tekstur nasi yang dihasilkan pun berbeda. Dewi dan anaknya mengaku sakit perut setelah mengonsumsinya. (Baca Juga: Peredaran Beras Plastik Mencemaskan Warga)

 

Bukan hanya beras yang dipalsukan. Seperti dikutip dari liputan6.com, produk makanan abal-abal marak ditemukan di China — yang terkenal dengan produk tiruannya, dari pakaian, tas, juga elektronik.

Berikut 9 makanan palsu yang beredar di Tiongkok:

1. Beras plastik
Mungkin tak ada yang menyangka, beras bisa dipalsukan. Namun, oknum pengusaha di China bisa melakukannya.

Produk yang dikenal sebagai ‘plastic rice’ alias beras plastik umumnya dibuat dari kentang, ubi, dan resin sintetis yang dibentuk sedemikian rupa sehingga mirip beras.

Beras palsu tersebut biasa dijual di pasar-pasar di China, khususnya di Taiyuan di Provinsi Shaanxi. Beras semacam itu biasanya tetap keras meski telah dimasak, ia juga tak bisa dicerna dengan mudah.

Tak hanya itu, beras palsu tersebut juga sangat berbahaya. Mengonsumsinya sebanyak 3 mangkuk kecil setara dengan memakan 1 tas plastik.

Beras tersebut diduga beredar di sejumlah negara. Situs media Singapura, The Straits Times mengabarkan, beras plastik tersebut telah menyebar di Asia, terutama India, Indonesia, dan Vietnam.

Rumor menyebut, beras tersebut telah masuk ke Singapura dan Malaysia. Namun, Menteri Pertanian dan Agrobisnis Negeri Jiran, Ismail Sabri Yaakob mengaku belum mendapatkan laporan terkait hal tersebut.

Namun, ia mengaku akan melakukan tindakan antisipasi. “Misalnya, kami akan memberikan edukasi pada konsumen untuk bisa membedakan beras asli dan palsu,” kata dia.

Selain beras palsu, pedagang nakal di Tiongkok juga menambahkan aroma pada beras biasa dan menjualnya sebagai ‘beras Wuchang’ — yang lebih mahal dan dianggap produk beras unggulan di pasar China.

Hanya 800 ribu beras Wuchang diproduksi per tahun, namun yang terjual di pasaran mencapai 10 juta ton. Itu berarti, lebih dari 9 juta ton di antaranya palsu.

2. Tikus rasa daging kambing
Tak hanya beras, oknum penjual nakal di Tiongkok juga memalsukan daging. Mereka menambahkan bahan-bahan kimia pada daging tikus, musang, dan rubah, lalu menjualnya sebagai ‘daging kambing’.

Skema pemalsuan itu sangat populer dan sukses — sampai-sampai polisi menahan lebih dari 900 orang dan menyita sekitar 20 ribu ton daging kambing palsu, hanya dalam waktu 3 bulan.

Seorang penjual, sebut saja namanya Wei, bahkan meraup lebih dari 1 juta poundsterling dari penjualan daging kambing tiruan itu.

Ia mencampurkan daging rubah, musang, dan tikus dengan nitrat, gelatin, dan carmine atau pigmen merah untuk mewarnai daging, lalu menjual produknya itu ke pasar.

Kepolisian Tiongkok bahkan memposting tutorial di situs mikroblog seperti Twitter, Sina Weibo, untuk memberikan informasi agar orang bisa membedakan daging kambing palsu dan asli. Sebab, sepintas lalu, perbedaan antara keduanya sama sekali tak kentara.

Pada daging asli, bagian merah dan putih tak terpisahkan meski dirobek dengan tangan atau direbus serta dimasak. Hal sebaliknya akan terjadi pada daging palsu. “Kebanyakan orang tak bisa membedakannya,” demikian posting yang diunggah Kepolisian Zhejiang, seperti dikutip dari situs The Guardian.

3. Tahu Kimia
Aparat China menutup dua pabrik tahu di Wuhan, Provinsi Hubei gara-gara menjual tahu palsu yang dibuat dari bahan-bahan kimia.

Seorang pekerja mengaku mereka mencampurkan protein kedelai dengan tepung, monosodium glutamat, pigmen, dan es.

Lalu, tahu-tahu palsu itu dikemas dan dijual dengan merek perusahaan lain yang memproduksi tahu asli.

Menggunakan protein kedelai bukan yang terparah. Kelompok kriminal lain bahkan membuat tahu palsu dengan menambahkan rongalite — bahan pemutih industri yang bisa memicu kanker.

Cairan itu dianggap bisa membuat tahu makin kenyal dan penampakannya putih terang.

Sindikat yang dipimpin 3 orang –yang masih sepupu– telah menjual lebih dari 100 ton produk mereka ke publik yang tak menaruh curiga.

Saat menggerebek pabrik mereka, polisi menemukan para pekerja membuat tahu palsu itu menggunakan peralatan yang kotor dan joroknya bukan main.

4. Marus darah bebek
Marus — darah bebek yang dibekukan dan dimasak adalah lauk pauk yang populer di China.

Darah bebek dipanaskan hingga menjadi padat, lalu dipotong kotak-kotak dan dijual.

Namun, ada saja penjual nakal yang mencampurkan formalin dengan darah yang lebih murah, dari babi atau kerbau, dan dijual sebagai marus darah bebek.

Aparat China pernah menggerebek jaringan pemalsu marus yang dijalankan 2 orang di Provinsi Jiangsu.

Pasangan tersebut tak menggunakan darah babi atau kerbau, melainkan darah ayam yang dicampur dengan pewarna yang tak aman dikonsumsi, dan material yang digunakan dalam percetakan. Darah bebek palsu seberat 1 ton disita.

Penggunaan darah bebek palsu untuk dibuat marus kian jarang dilakukan di China saat ini. Sebab, para pelanggan sudah jeli menjumpai perbedaan antara yang asli dan yang palsu.

5. Madu palsu
Ada 2 tipe madu palsu. Pertama, campuran madu asli dengan sirup gula, sirup gula bit, atau sirup beras. Yang kedua, sama sekali tak mengandung madu — dibuat dari campuran air, gula, tawas, dan pewarna.

1 kilogram madu palsu bisa diproduksi hanya dengan biaya 10 yuan, lalu dijual dengan harga 60 yuan. Sekitar 70 persen madu yang dijual di Provinsi Jinan palsu. Surat kabar di China bahkan memuat artikel berisi petunjuk membedakan madu asli dan palsu.

Polisi menggerebek sejumlah pabrik madu palsu, sebanyak 38 ember cairan cokelat disita dari sana. Padahal, China adalah salah satu produsen madu terbesar di dunia, yang produknya diekspor ke negara lain.

6. Air minum kemasan terkontaminasi
Polisi di Tiongkok mengungkap penipuan air minum kemasan dengan modus mengisi botol plastik merek tertentu dengan air keran atau air yang diolah sekenanya — lalu dikemas dengan standar yang sama, yang digunakan perusahaan air minum kemasan asli.

Di botol yang digunakan merek palsu, ditemukan kandungan bakteri E. coli dan kandungan jamur berbahaya.

Lebih dari 100 juta botol air minum kemasan berbahaya dijual per tahunnya. Para penjual meraup omzet hingga 1 miliar yuan.

Dibutuhkan biaya 3 yuan untuk memproduksi air minum kemasan palsu, sementara harga jualnya 10 yuan. Sedangkan air minum kemasan yang asli butuh biaya produksi mencapai 6 yuan.

7. Bihun dari Pakan Ternak
Pengusaha nakal di China memproduksi mi beras atau bihun menggunakan biji-bijian busuk, basi, dan berjamur, yang biasanya digunakan untuk pakan ternak.

Tak hanya itu, bijirin tak layak makan itu dicampur dengan zat-zat kimia pemicu kanker seperti sulfur dioksida.

Dan tak hanya satu perusahaan. “Ada hampir 50 pabrik di Kota Dongguan yang melakukan hal serupa. Mereka menghasilkan 500 ribu kilogram mi beras per hari,” demikian dilaporkan Beijing Youth Daily.

Inspeksi terhadap 35 pabrik lain menunjukkan 30 di antaranya memproduksi mi beras di bawah standar. Para produsen tersebut diketahui memutihkan beras tak layak makan, mencampurkan dengan zat aditif untuk menghasilkan bihun 3 kali lipat.

Selain itu, sejumlah produsen menggunakan tepung, pati, dan bubuk jagung — bukan beras. Mie dari bahan semacam itu biasanya memiliki kadar protein sangat rendah — hanya 1 persen dibandingkan mi beras asli yang 7 persen dan bihun dari bahan campuran yang kadarnya mencapai 4,5 persen.

Sejumlah babi yang diberi pakan bihun palsu itu mengalami lemah otot dan sejumlah masalah kesehatan lain. Apalagi jika dikonsumsi manusia.

8. Kepiting bulu Yancheng
Kepiting bulu Yangcheng adalah kepiting paling mahal di China. Jadi, tak heran sebagian orang berusaha memalsukannya.

Kepiting yang asli berasal dari Danau Yangcheng. Sebagian produsen nakal mengambil air dari Danau Yancheng dan memasukkan sejumlah kepiting biasa ke dalamnya — lalu menjualnya sebagai kepiting Yancheng. Lainnya menggunakan bahan-bahan kimia untuk membuatnya mirip kepiting mahal.

Hanya 1 dari 300 ‘kepiting Yangcheng’ asli. Jumlah total kepiting yang diproduksi daru Yangcheng kurang dari 3.000 ton pertahun — namun ada lebih dari 100 ribu yang dijual di pasaran.

Untuk melawan peredaran kepiting palsu, Suzhou Crab Business Association menuntut segel plastik khusus dengan kode, dilekatkan pada masing-masing cakar kepiting bulu Yangcheng yang asli.

Namun, rencana tersebut gagal karena penanda yang sama dilekatkan pada kepiting palsu.

9. Bakpao isi kardus
Pada tahun 2007 lalu sempat muncul pemberitaan tentang bakpao isi kardus — roti kukus yang diisi campuran kardus, bahan kimia, dan perisa daging babi, sehingga tekstur dan rasanya mirip daging.

Investigasi yang dilakukan CTV menunjukkan video penjual membuat roti kukus, yang disebut baozi, dengan isi kardus. Kardus tersebut mula-mula dicampur dengan soda kaustik — yang digunakan dalam produksi sabun dan kertas — dan kemudian dipotong sebelum dicampur dengan daging babi dan bumbu.

“Apa saja resepnya?” tanya si reporter. “6 Banding 4,” kata penjual.

“Yang Anda maksud, 60 persen kardus? Apa 40 persen sisanya?,” tanya reporter lagi, seperti dikutip dari Guardian.

“Daging berlemak,” jawab si penjual.

Video tersebut menyebar dengan cepat, dikabarkan kembali oleh media dan organisasi internasional.

Namun, pemerintah China memberikan bantahan, dengan menuding media internasional membesar-besarkan kabar tersebut, dan menyebut, bakpao isi kardus kabar bohong belaka alias hoax.

Badan pengawas makanan Beijing atau Beijing Municipal Food Safety Office mengatakan, tak ada temuan bakpao isi kardus yang mereka hasilkan. Mereka mengatakan, meski kandungan kardus dalam isi roti kukus hanya 5 persen, hal itu akan mudah diketahui. Daging tiruan seperti itu juga tak gampang dikunyah.

Reporter acara tersebut, Zi Beijia juga ditahan atas tuduhan memalsukan berita demi mendongkrak rating. Pada 12 Agustus 2007, ia divonis 1 tahun penjara dan denda US$ 132 (adj)

About Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Categories