Ikatlah Hapalanmu Dengan Tulisan
Ikatlah Hapalanmu Dengan Tulisan
Oleh Siti Fathimah Aisyah
Mungkin antum hafalannya sudah seperi Imam syafi’i yaa.. Masya Allah..
Syaikh Bakr Abu Zaid rahimahullah berkata,
“Buatlah sebuah buku kumpulan faidah atau buku catatan untuk menulis faidah ilmu. Jika engkau memanfaatkan bagian belakang cover kitab untuk mencatat faidah dari kitab tersebut, maka itu suatu hal yang baik. Lalu pindahlah catatanmu tadi ke buku catatanmu, urutkanlah sesuai dengan materinya, lalu cantumkanlah pokok bahasan, nama kitab, halaman, dan jilid kitab. Lalu tulislah di akhir
catatanmu tadi : “Dinukil dari…” supaya tidak
tercampur antara faidah yang dinukil dari kitab dan yang tidak dinukil dari kitab tersebut” (Hilyah Thalibil ‘Ilmi hal. 52)
Sudah berapa lama kita ngaji? Ada yang sudah setahun, dua tahun atau bahkan puluhan tahun.. Kalau saja dikumpulkan catatannya -Jika mencatat- mungkin sudah setebal kitab.
Kata, Ustadz Syafiq Riza Basalamah “Kita sudah lama ngaji bahkan sudah sampai ada yang puluhan Tahun, nah kalau kuliah dia sudah doktor.. ”
Kalau dipikir-pikir iya juga, karna kuliah dan ngaji (bermajelis ilmu) hakekatnya sama, sama-sama menuntut ilmu, sama-sama mengkaji dan sama-sama mendapatkan ilmu. Hanya aja bedanya resmi dan tidak resmi.
Tapi alangkah sayangnya kalau itu semua hanya sebatas “Ana ngaji sama ustadz fulan sudah dari tahun sekian.. ” Alias hanya sebatas ingat Nama Ustadznya dan Tahun nya saja, bukan ingat isinya.
Karna ternyata selama kajian cuma duduk dengarkan ustadz bicara, tanpa mencatat sedikitpun. Yang penting hadir ke majelis ilmu.
Disalah satu kajian tematik Ustadz Syafiq riza basalamah, Disela-sela beliau menyampaikan faedah-faedah yang berisi poin-poin ilmu yang sedang beliau sampaikan tiba-tiba.. ucapannya terhenti dan mengatakan:
“Ini nggak ada yang bawa buku? Nggak ada yang mencatat? Mungkin antum disini hafalannya sudah seperi Imam syafi’i yaa Masya Allah… ”
Sembari mengutip perkataan para imam,
Padahal kata para Imam,
ﺍﻟﻌﻠﻢ ﺻﻴﺪ ﻭﺍﻟﻜﺘﺎﺑﺔ ﻗﻴﺪﻩ
ﻗﻴﺪ ﺻﻴﻮﺩﻙ ﺑﺎﻟﺤﺒﺎﻝ ﺍﻟﻮﺍﺛﻘﻪ
ﻓﻤﻦ ﺍﻟﺤﻤﺎﻗﺔ ﺃﻥ ﺗﺼﻴﺪ ﻏﺰﺍﻟﺔ ﻭﺗﺘﺮﻛﻬﺎ ﺑﻴﻦ ﺍﻟﺨﻼﺋﻖ ﻃﺎﻟﻘﻪ
Ilmu adalah buruan dan tulisan adalah ikatannya.. Ikatlah buruanmu dengan tali yang kuat. Termasuk kebodohan kalau engkau memburu kijang, Setelah itu kau lepas begitu saja.
Beliau bilang “Jangan sampai ustadznya ngomong berjam-jam tapi nanti ketika ditanya bahas apa nggak tau…”
Kebetulan beliau berbicara itu kepada para ikhwan, saya nggak tau ya bagaimana suasana dibarisan para ikhwan ketika kajian, kalau selama saya kajian, dibarisan akhwat sih alhamdulilaah rata-rata mencatat -Dan alhamdulilaah nggak pernah liat ada yang tidur – bahkan ummahat yang membawa balita pun juga sibuk mencatat, sambil mendengarkan, sambil mencatat, juga sambil mengawasi anaknya, atau pernah juga saya melihat ada ummahat yang sambil menggendong anaknya, tapi tetap mencatat Masya Allah..
Mencatat itu sesuatu yang penting, sesuatu yang tidak bisa lepas dari menuntut ilmu.
Saking pentingnya mencatat ilmu, Imam Asy Sya’bi Rahimahullah pernah berkata
“Jika dirimu mendengar faedah ilmu, maka catatlah meskipun di tembok!” [Hilyah Thalibil ‘Ilmi hal. 53]
Nabi kita, Rasulullah sallaullahu’alahi wa sallam pernah bersabda,
Ikatlah ilmu dengan tulisan” [Dishahihkan oleh syaikh Al-Albaniy dalam Silsilah Ash-Shahiihah no. 2026].
Juga Ustadz Yazid hafizhahullah pernah memberikan nasehat,
“Seorang penuntut ilmu tidak boleh bakhil atau pelit untuk membeli buku tulis, ballpoint, kitab, dan berbagai sarana yang dapat membantunya untuk mendapatkan ilmu. Dalam memenuhi kebutuhannya itu dia tidak boleh bergantung kepada orang lain, tida boleh meminta-minta, dan tidak boleh merepotkan orang lain, bahkan ia harus bersikap zuhud dan qana’ah”
Menurut saya, secanggih apapun zaman, saya rasa menulis diatas kertas dengan pulpen itu tidak akan punah.
Dan menulis dibuku, saya rasa lebih ‘aman’ kebanding kita catatnya digadget, namanya mesin bisa saja hang, rusak, yang tiba-tiba menghilangkan data kita.
Mencatat, walaupun tidak membuat kita hafal saat itu juga, minimal ketika nanti dirumah atau bahkan dikemudian hari kita bisa muraja’ah nya kembali, dan membuat kita kembali teringat akan ilmu-ilmu tersebut.
Dan jangan lupa simpan dengan rapi kalau perlu kelompokan sesuai materinya. Biar lebih mudah jika se waktu-waktu kita mencari pembahasan tertentu.
Kalau hanya mengandalkan ingatan yang lemah tadi yang ada hanya lewat begitu aja.
Bagi saya -dengan kemampuan ingatan saya yang terbatas- mustahil untuk bisa mengingat secara detail atau minimal poin-poin kajian secara lengkap hanya dengan duduk dan mendengarkan, karna biasanya kalau kita hanya duduk tanpa ada kegiatan yang dilakukan (menulis) godaan untuk ngobrol dan main hpnya lebih kuat, apalagi godaan ngantuk.
Ya kecuali..
Mungkin antum hafalannya sudah seperi Imam Syafi’i.