Indonesia Keluar Dari Mulut Kapitalis Barat Masuk Mulut Kapitalis Cina
Indonesia Keluar Dari Mulut Kapitalis Barat Masuk Mulut Kapitalis Cina
Niatan untuk meninggalkan IMF (International Monetary Fund) dan Bank Dunia dinilai hanya sebatas retorika. Anggota DPR Faksi PKS, Ecky Awal Mucharam menyatakan Presiden RI Joko Widodo yang di forum peringatan Konferensi Asia Afrika (KAA) di Jakarta, belum lama ini, berteriak agar meninggalkan IMF dan Bank Dunia, ternyata mengambil pinjaman dari Cina sebesar Rp 647 triliun.
Anggota Komisi XI DPR RI tersebut meminta pemerintah RI untuk berhati-hati melakukan kerjasama, apalagi bersifat pinjaman kepada Cina. Ecky mengambil perumpamaan hal yang dilakukan Pemerintahan Jokowi sebagai, keluar dari mulut Barat, masuk ke mulut Cina. Dia mengaku punya alasan kuat mengapa pemerintah harus berhati-hati menjalin kerjasama dengan Cina.
“Jangan sampai terulang pengalaman buruk seperti proyek pembangunan pembangkit listrik Fast Track Program (FTP) 10.000 MW tahap pertama terulang lagi. Faktor kapasitas dari proyek tersebut sangat rendah, hanya 35-50 persen, seperti yang dilaporkan pejabat Bappenas,” ujar Ecky dalam siaran pers, Senin (27/4).
Dia juga menunjuk kasus pembelian bus TransJakarta karatan dari Cina yang kasusnya kini masih mengendap. Menurutnya, pemerintah harus belajar dari pengalaman tersebut dengan memperbaiki syarat dan ketentuan kontrak, serta melakukan pengawasan yang ketat dalam eksekusinya.
Seperti diketahui, peringatan KAA menjadi momentum bagi penguatan kerjasama bilateral antara pemerintah RI dengan Cina. Pertemuan Presiden Jokowi dengan Presiden Xi Jinping di sela-sela KAA memastikan bahwa Cina akan mendapat jatah proyek infrastruktur, antara lain pembangunan 24 pelabuhan dan 15 bandar udara, pembangunan jalan sepanjang 1.000 km, pembangunan rel kereta api sepanjang 8.700 km, serta pembangunan pembangkit listrik berkapasitas 35.000 MW. Selain itu, Cina juga akan terlibat dalam pembangunan jalur kereta supercepat Jakarta-Bandung dan Jakarta-Surabaya. (republika/adj)
Komentar
Indonesia akan mendapatan utang sejumlah 647 trilyun dari Cina. Sebagaimana utang Indonesia terhadap Barat yang memiliki konsekuensi politis, yakni intervensi Barat terhadap pembuatan regulasi di Indonesia, Cina pun pasti tidak akan jauh berbeda dengan negara Kapitalis Barat.
Rakyat Indonesia yang awam mungkin akan menjadikan hal ini seperti utang biasa, namun sesungguhnya utang ini adalah alat hegemoni Kapitalisme mencengkeram Indonesia. Kita akan lihat sebentar lagi produk-produk Cina akan lebih banyak membanjiri Indonesia sebagaimana saat ini pun sudah menguasai sektor gadget dan konveksi. Jika produk Indonesia tak mampu bersaing dengan produk Cina maka lagi-lagi rakyat Indonesia akan menjadi korban. (adj)