Intelijen Memanfaatkan Informasi Terorisme Demi Status Quo Penguasa
Intelijen Memanfaatkan Informasi Terorisme Demi Status Quo Penguasa
Mustanir.com – Anggota intelijen harus menciptakan sinergitas dalam tugas di lapangan. Langkah itu bisa mencegah hal negatif pada saat perayaan Natal dan Tahun Baru. Hal ini diungkapkan Danrem 083/BDJ, Kolonel Inf Fajar Setyawan.
Selain itu, ia juga berharap intelejen TNI bisa meningkatakan peran dan fungsinya sebagai pengumpul keterangan. “Saya harap bisa jalin koordinasi, baik jajaran pemerintah maupun seluruh komponen masyarakat. Serta pertajam kemampuan dalam rangka cegah dini pada perayaan hari besar,” ujarnya pada pertemuan aparat intelijen di Malang, Senin (21/12) .
Ia juga menyampaikan, peningkatan kemampuan intelijen sangat perlu, karena semakin hari permasalahan makin kompleks. Ia mencontohkan, salah satu yang paling penting adalah kerawanan masalah Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan (SARA). Fajar mencontohkan ISIS karena tak bisa dimungkiri kelompok teroris tersebut kini masih eksis. “Banyak penangkapan anggotanya di mana-mana. Itu jadi kewaspadaan awal intelijen,” tegasnya.
Sementara itu, Dekan FISIP Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya, Akhmad Muzakki, mengatakan, aktivitas teroris selalu menunggu momentum. Salah satunya, perayaan hari besar agama dan pergantian tahun.
Muzaki mengatakan, teroris selalu ingin mencuri perhatian publik. Ia menjelaskan, Natal dan Tahun Baru selalu dirayakan bersama di seluruh dunia. Momen seperti ini yang paling ditunggu teroris. Ia juga mengungkap segala aktivitas dan kebiasaan para teroris yang meresahkan. Menurutnya, teroris yang mengatasnamakan sebuah agama itu hanyalah ajang pengalihan makna.
“Seperti ISIS, mereka sebenarnya gerakan politik, bukan agama, untuk mendirikan sebuah negara. Jelas, Syuriah dan Irak jadi sasaran, karena kaya akan minyak mentah,” ujarnya. Karenanya, seluruh masyarakat sudah banyak yang terjebak dengan isu ISIS yang berkembang saat ini. Muzakki berharap aparat intelijen bisa mewaspadai segala kemungkinan dan deteksi dini pencehagan pada pendatang dan dermawan baru.
Selain itu Muzakki juga berpesan, aparat intelijen agar memperkuat jaringan hingga ke desa-desa dan, payungi aparat desa dengan peraturan dan perkuat kerja sama dengan organisasi masyarakat. “Dengan semua itu, saya jamin ancaman dari dalam maupun luar negeri bisa terhindarkan,” katanya.
Komentar Mustanir.com
Intelijen saat ini hanya digunakan sebagai alat penguasa untuk menikam setiap pergerakan yang anti dengan demokrasi, padahal para intelijen sejatinya memiliki akal untuk berfikir bahwa apa yang terjadi dengan Indonesia, berupa kemiskinan, budaya korupsi, dekadensi moral, adalah buah dari sebuah sistem politik bernama demokrasi.
Kita sebagai manusia yang berakal sehat pasti bisa melihat dan menyaksikan sendiri betapa negara Amerika saat ini sebagai negara pengusung demokrasi modern, adalah negara pesakitan yang utang luar negerinya sangat banyak, kasus rasisme setiap hari, pelecehan seksual setiap menit dan semua kasus kriminalitas lainnya tidak ada yang tidak ada. Seharusnya kita menyadari bahwa demokrasi bukanlah jalan yang seharusnya dipilih oleh Indonesia, terlebih demokrasi memiliki masalah yang serius dengan falsafah yang ada pada Islam.