Islam Nusantara Seperti Kacang Lupa Kulitnya
Islam Nusantara Seperti Kacang Lupa Kulitnya
Mustanir.com – Tidak adanya definisi yang jelas terkait istilah Islam Nusantara menyisakan kebingungan di tengah masyarakat. Sementara dari sisi historis, istilah Islam Nusantara sendiri dinilai merupakan penamaan yang salah.
“Penamaan Islam Nusantara ini, menurut saya adalah penamaan yang salah. Karena secara historis Islam telah mengislamkan Nusantara,” kata intelektual muda Hamid Fahmi Zarkasyi kepada Kiblat.net, yang dikutip Mustanir.com seusai menjadi pembicara dalam Seminar Nasional Islam dan Nusantara di Gedung Joeang Jakrta, Ahad (05/07).
Menurutnya munculnya istilah Islam Nusantara itu adalah sesuatu yang terbalik. Jadi terkesan Islam telah menjadi nusantara, yang sangat sempit dan terbatas.
“Berarti seperti kacang lupa kulitnya itu. Jadi, menurut saya perlu ditinjau kembali,” tandas Gus Hamid.
Selama ini pihak yang mencetuskan istilah Islam Nusantara tidak pernah menjelaskan definisi dan konsep tersebut. Sehingga istilah tersebut sama saja dengan istilah-istilah baru lain seperti islam moderat, islam transformatif, Islam liberal. “Ini istilah-istilah yang menurut saya hanya permainan kata yang tidak bertanggung jawab,” tandas Gus Hamid.
Gus Hamid menambahkan, jika yang dimaksud istilah itu adalah pemahaman terhadap Islam yang berbau tradisi lokal, maka ada syaratnya yaitu apakah tradisi lokal tersebut bertentangan dengan syariah atau tidak.
“Kalau dia tidak bertentangan dengan syariah dan menjadi bagian dari masalah furuiyyah ijtihadiyyah, itu tidak perlu diberi label Nusantara,” ungkapnya.
Dia menjelaskan bahwa Islam telah membuka pintu seluas-luasnya terhadap ijtihad-ijtihad yang berdasarkan tradisi lokal, sesuai dengan kebiasaan masyarakat di suatu wilayah. Akan tetapi syariah Islam tetap satu. “Tidak ada syariah nusantara,” tegasnya. (kiblatnet/adj)
Gus Hamid: Islam Nusantara Batasi Islam yang Universal Menjadi Sangat Partikular
Mustanir.com – Ketua Majelis Intelektual dan Ulama Muda Muda Indonesia Dr. Hamid Fahmi Zarkasyi menegaskan bahwa istilah Islam Nusantara harus dikoreksi. Pasalnya, istilah itu telah memberikan atribut Islam dengan sesuatu yang partikular, yang sangat membatasi Islam.
“Istilah itu (Islam Nusantara, red) istilah yang perlu dikoreksi,” kata Gus Hamid saat menjadi pembicara dalam seminar akbar bertemakan Islam dan Nusantara, Sebuah Upaya Pencerahan Negeri, yang diselenggarakan Aliansi Pemuda Islam Indonesia, Ahad (05/07) di Gedung Joeang Jakarta.
“Menjadi sangat membatasi Islam yang sangat universal itu, menjadi sangat partikular,” tegasnya.
Dia menambahkan bahwa tidak ada untungnya menjadikan Islam menjadi partikular atau terbatas. Sehingga nantinya ketika berbicara Islam di dunia internasional juga akan berbicara secara terbatas. Karena konsekuensinya ketika ada Islam Nusantara akan ada Islam yang lain seperti Islam Arab, Eropa dan sebagainya.
Pimpinan Pondok Pesantren Modern Gontor itu menjelaskan bahwa apa yang telah diterapkan di Indonesia adalah hal-hal yang universal. Salah satu contohnya adalah sikap toleransi.
“Toleransi itu ya Islam, bukan Islam Indonesia,” imbuhnya.
“Islam dibawa oleh Islam. Kenapa kita kemudian mereduksi ini gara-gara orang Indonesia,” pungkasnya. (kiblatnet/adj)