Jika Istri Cerewet, Ini Nasehat Umar bin Khattab

Jika Istri Cerewet, Ini Nasehat Umar bin Khattab

Mustanir.com – Seorang laki-laki hendak menghadap Amirul Mukminin Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu. Ia datang guna mengadukan masalah rumah tangga: istrinya cerewet dan banyak bicara. Ia ingin mendapatkan tips dari Amirul Mukminin, atau mungkin saran cerai. Apapun solusi dari Umar bin Khattab, ia akan berusaha melaksanakannya.

Hampir saja lelaki itu mengetuk pintu. Namun, mendengar dialog dari dalam rumah Umar, ia tertegun. Saat itu istri Umar sedang bicara banyak kepada khulafaur rasyidin kedua tersebut. Sebagian perkataan istri Umar, menurutnya, tergolong pedas.

Bagaimana kira-kira respon Umar yang terkenal tegas dan menggetarkan itu? Lelaki itu terkejut. Rupanya respon Umar jauh dari perkiraannya. Umar tidak meladeni kata-kata istrinya dengan kata-kata serupa. Umar diam dan hanya menjawab beberapa kata dengan lembut. Umar tidak mempermasalahkan kata-kata istrinya itu.

Lelaki itu membalikkan badan, tak jadi bertamu. Ia mengurungkan niatnya seraya berkesimpulan, jika Umar saja diam dan tak mempermasalahkan kata-kata istrinya, mengapa aku perlu mengadukan masalahku?

“Hai, apa keperluanmu?” kata-kata Umar menghentikan langkah laki-laki itu. Lalu ia menceritakan maksud kedatangannya hingga kesimpulan tersebut.

“Wahai tamuku, aku rela bersabar menghadapinya lantaran hak-haknya yang menjadi kewajibanku. Dialah yang memasak makananku, dialah yang menyusui anakku, dengan adanya dia hatiku menjadi damai, beroleh sakinah di dalam rumah,” lanjut Umar.

“Istriku juga seperti itu kebaikan-kebaikannya”

“Jika demikian, bersabarlah menghadapinya” demikian solusi dari Umar bin Khattab.

***

Sering kita tidak sadar, berdasarkan penelitian, perempuan itu umumnya bicara 20.000 kata dalam sehari. Sedangkan laki-laki cukup 7.000 kata. Perbedaan inilah yang membuat mengapa mayoritas wanita lebih banyak bicara daripada laki-laki. Bahkan pada banyak kasus –termasuk kisah yang dituturkan oleh Syaikh Nabil bin Muhammad Mahmud dalamAl Mafatih adz Dzahabiyah li Ihtiwa’ al Musykilah az Zaujiyah ini, banyak wanita dianggap cerewet.

Setelah memahami perbedaan laki-laki dan perempuan ini, selanjutnya seorang suami perlu melihat kembali kebaikan-kebaikan istrinya. Suami perlu mengingat kembali sejauh mana perannya dan bagaimana ia mengerjakan setiap kewajibannya.

Jika ‘cerewet’-nya istri tak sebanding dengan kebaikan-kebaikannya yang melimpah, suami perlu bersabar. Biarkan saja, dengarkan, jangan didebat dan jangan dibantah. Jika perlu suami meminta maaf kalau selama ini ada salah.

Kalaupun keluar kata-kata pedas, suami perlu menyadari bahwa aktifitas istri sangat banyak. Mungkin ia lelah. Kata-kata yang pedas itu bukan lahir dari pengkhayatan mendalam, tetapi lebih sering karena efek lelah atau ekspresi kekesalan.

Tentu ini tak berarti membiarkan istri jika ia melampaui batas. Misalnya sudah sampai taraf menghina suami atau tidak hormat pada suami. Suami perlu mengingatkan dan membimbingnya. Namun, jangan langsung dilakukan di saat itu. Tunggulah hingga datang waktu yang tepat, dalam kondisi santai. Dalam suasana yang kembali cair dan penuh cinta. (wm/adj)

About Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Categories