Jilbab dilarang di Xinjiang
Dengan meningkatnya pembatasan hal-hal yang terkait Islam di distrik barat Xinjiang, pemimpin partai komunis di Kashgar telah melarang penggunaan jilbab Islam, menggambarkan kota tersebut sebagai “garis terdepan” dalam pertempuran melawan Muslim .
“Kami harus mengambil langkah maju ke depan sebagai sebuah negara modern yang sekuler,” ujar Zeng Cun, sekretaris partai dari kota jalur sutera Kashgar, seperti dikutip Reuters, Sabtu 7 Maret.
“Pengenaan Jilbab sama dengan mundur ke belakang , langkah sekuler kita telah mengambil jalur modern . Ini adalah kebalikan budaya. “
Desember lalu, China juga melarang memakai pengenaan gamis Islam di depan umum di kota Urumqi, ibukota provinsi Xinjiang.
Hukum di wilayah yang mayoritas Muslim ini datang setelah rezim Beijing mengintensifkan kampanye melawan “ekstremisme religius” yang menyalahkan kekerasan baru-baru ini.
Kelompok aktivis hak asasi manusia Uighur mengatakan kebijakan represif rezim China di Xinjiang, yang menekan komunitas Islam, telah memicu kerusuhan.
“Kashgar adalah garis depan Xinjiang melawan terorisme,” kata Zeng, meskipun ia tidak memberikan rincian tentang jumlah orang yang telah meninggal di Kashgar dalam insiden baru-baru ini.
Muslim Uighur adalah minoritas Muslim berbahasa Turki dari delapan juta orang di wilayah Xinjiang barat laut.
Xinjiang, atau Turkistan Timur, telah otonom sejak tahun 1955 namun terus menjadi subyek tindakan keras keamanan besar-besaran oleh pemerintah Cina.
Kelompok-kelompok HAM menuduh pihak berwenang China represif terhadap Muslim Uighur di Xinjiang atas nama terorisme.
Sebelumnya pada tahun 2014, Xinjiang melarang ibadah agama di gedung-gedung pemerintahan, serta mengenakan pakaian atau logo yang berhubungan dengan agama Islam.
Pada bulan Agustus, kota Xinjiang utara juga melarang pemuda berjenggot dan wanita mengenakan burqa atau jilbab dari asrama ataupun bus umum.
Polisi juga menggerebek toko pakaian muslimah dan menyita pakaian pakaiannnya, AP melaporkan.
Pada tahun 2013, Gerakan Islam Turkestan Timur – yang didaftarkan sebagai kelompok teroris oleh PBB – menghasilkan 107 kali perlawanan atas represifnya rezim komunis china.