
#KaburAjaDulu Mempertanyakan Nasionalisme Kalian
MUSTANIR.net – Sebuah kebijakan membuat rakyatnya susah. Ada kumpulan uang rakyat dikorupsi. Rakyat yang bekerja dituduh buang anggaran. Kekayaan alam dieksploitasi sekaligus merusak lingkungan masyarakat. Prioritas negara bukan lagi pendidikan dan kesehatan. Ada lagi yang bisa menambahkan derita rakyat?
Kemudian saat ramai #KaburAjaDulu dengan harapan bisa hidup dengan lebih baik, masih juga diusik dengan pejabat yang menyindir nasionalisme rakyat. Sepertinya negara ini memang suka mengganggu kemiskinan warganya ya?
“Kalau teman-teman berpikir untuk pindah ke luar negeri, saya malah meragukan nasionalisme kalian,” Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia.
Apa benar nasionalisme diukur dari keinginan untuk tetap tinggal di suatu negara? Atau lebih dalam lagi, apa sebenarnya Nasionalisme itu?
Nasionalisme, Alat atau Ide?
Di sekitar tahun 2016-2019, ada gelombang besar di mana nasionalisme digunakan untuk menuduh orang-orang yang dianggap radikal. Belum lagi rakyat Papua yang menginginkan tanah mereka tidak dikuasai korporasi tambang dianggap sebagai separatis dan tidak nasionalis.
Siapa pun yang mempertanyakan kebijakan pemerintah bisa dengan mudah dicap sebagai “tidak nasionalis” atau “pengkhianat bangsa”. Apa ukuran nasionalisme itu? Atau lebih dalam lagi, apa sebenarnya nasionalisme itu?
Nasionalisme dan Perang: Alat untuk Memisahkan Manusia
Di tingkat sejarah dan global, nasionalisme telah menjadi alasan dalam berbagai perang maupun konflik:
• Rusia menggunakan nasionalisme untuk mengklaim Ukraina sebagai bagian dari negaranya.
• Militer perbatasan Mesir yang tidak bisa bertindak membantu rakyat Gaza, hanya karena itu bukan wilayahnya.
Apa itu Nasionalisme?
Nasionalisme/na-si-o-na-lis-me/n: Paham (ajaran) untuk mencintai bangsa dan negara sendiri; sifat kenasionalan: makin menjiwai bangsa Indonesia.
Benedict Anderson dalam bukunya Imagined Communities mendasari bahwa nasionalisme itu bukan suatu hal yang alami. Nasionalisme hanyalah suatu gagasan yang memang sengaja dibuat.
Kita pada akhirnya merasa memiliki kesamaan sebagai “warga negara” karena sistem pendidikan, media, dan sejarah membentuk kita untuk berpikir demikian. Jadi nasionalisme bukanlah suatu hal yang sakral ataupun alamiah.
Contoh Prancis: Bangsa yang Dibangun dari “Imajinasi”
Pada awal 1800-an, sebagian besar rakyat Prancis tidak berbicara bahasa Prancis, melainkan berbagai dialek lokal seperti Occitan, Breton, dan Alsatian. Secara genetik dan budaya, beberapa wilayah lebih dekat dengan negara tetangga, seperti Alsace dengan Jerman, dan Basque dengan Spanyol.
Namun, melalui pendidikan wajib, media nasional, dan kebijakan sentralisasi di akhir abad ke-19, identitas nasional mulai dibentuk. Bahasa Prancis standar diajarkan dan bahasa lokal ditinggalkan. Infrastruktur dan wajib militer juga memperkuat identitas ini.
Seperti banyak negara lain, nasionalisme Prancis bukan sesuatu yang alami, tetapi hasil dari konstruksi sosial yang dibentuk oleh sejarah, politik, dan pendidikan. Nasionalisme bukanlah sesuatu yang sakral, absolut, asli, atau orisinal. Ia dirancang. []
Sumber: Ibnu al-Haytham