Kapal Nabi Nuh; Antara Goresan Sejarah dan Refleksi Politik Spiritual

Ilustrasi. foto: tsood.com

Oleh : *Ahmad Sastra*

MUSTANIR.COM – Thomas Carlyle mengatakan bahwa the history of the world is but the biography of great man, sejarah tak lebih merupakan kumpulan biografi orang-orang besar. Sejarah adalah manusia dan kita adalah manusia.

Bagi Sayyid Qutb sejarah adalah interpretasi peristiwa yang memberikan dinamisme dalam waktu dan tempat. Sejarah adalah interpretasi. Sejarah adalah pelajaran. Bukankah kita diberikan akal oleh Allah untuk senantiasa merenungkan berbagai fakta.

Imam As Suyuthi mendeskripsikan sejarah sebagai pertarungan potensi kejahatan manusia dan potensi kebaikan manusia, keduanya akan dicatat sebagai sejarah. Dalam deretan pertarungan antara haq dan bathil, ambil peran pejuang kebenaran jangan berperan sebagai pecundang.

Sejarah adalah manusia dapat dibuktikan dengan adanya manusia-manusia besar dalam setiap lembaran sejarah peradaban dunia. Manusia besar dalam rentetan sejarah adalah mereka yang mampu mengubah arah mata angin pikiran manusia. Pengubah arah dunia yang lebih baiklah yang patut mendapatkan lisensi untuk di torehkan dalam lembar sejarah.

Para Nabi dan Rasul adalah bagian dari sejarah agung dan indah bagi hikmah kehidupan manusia di setiap zaman. Allah berfirman dalam Kitab Suci Al Qur’an :

Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Qur’an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, serta sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman [QS Yusuf : 111].

Sejarah sebagai fragmen perilaku manusia dapat dibuktikan catatan perilaku Qobil yang jahat dan Habil yang bijak, Namrudz yang biadab dan Ibrahim yang beradab, Fir`aun yang zalim dan Musa yang `alim, Abu Jahal yang kurang ajar dan Muhammad Rasulullah yang menebarkan rahmat. Kaum Nabi Nuh yang membangkang ajakan dakwah Nuh adalah cermin sejarah yang mesti direnungkan.

Sejarah sebagai pertarungan potensi kejahatan dan kebaikan dapat dibuktikan dengan adanya fragmen pejuang kebenaran melawan pengusung kebatilan, pembela keadilan melawan penebar kezaliman, penyeru Islam melawan pemuja kekufuran, penjaga kemuliaan al Qur`an melawan sang penista, dan fragmen pertarungan pembela Islam melawan penghalang perjuangan Islam.

Sejarah sebagai interpretasi dan pelajaran dapat dibuktikan dengan ditenggelamkannya Fir`aun dan diselamatkannya Musa, serta dibinasakannya Abu Jahal dan dimenangkannya Rasulullah. ditaklukkannya Konstantinopel dan dimenangkannya Muhammad al Fatih, diselamatkannya Nuh dan ditenggelamkannya umatnya yang zalim dan menolak dakwah.

Warisan sejarah Rasulullah dalam perjuangan Islam bukanlah sekedar romantisme tanpa makna atau hanya sekedar menjadi berhala tanpa ruh yang dibanggakan dan diceritakan dimana-mana. Sejarah Rasulullah juga bukan sekedar dokumentasi naratif yang hanya dipampang di rak-rak perpustakaan. Sejarah Rasulullah adalah warisan nilai agung sarat dengan pelajaran.

Sementara Allah sendiri menegaskan bahwa peristiwa sejarah akan terus dipergulirkan diantara manusia hingga ujung zaman. Akan selalu lahir orang-orang besar yang berjuang mengubah dunia melalui perubahan arah pemikiran manusia, namun akan diiringi juga lahirnya manusia-manusia durjana penghalang dakwah dan perjuangan Islam.

Sebagaimana hadirnya para nabi dan Rasul yang mendakwahkan Islam, maka disaat yang sama hadir pula para pembangkang dakwah Islam. Sebagaimana hadirnya perahu nabi Nuh, maka hadir pula manusia-manusia yang selalu mempersekusi dakwah Nabi Nuh bahkan melawan dan tidak mau ikut naik ke perahi Nabi Nuh. Ironisnya, anak dan istri Nabi Nuh menjadi bagian penentang dakwah Nabiyullah Nuh.

Penumpang kapal Nabi Nuh adalah golongan yang beriman dan bertaqwa kepada Allah, menerima seruan Islam yang dibawa Nabiyullah Nuh, meskipun jumlah mereka sedikit, tapi selamat. Golongan yang menolak naik ke perahun Nabi Nuh adalah mereka yang sombong, kafir dan zolim, meski jumlah mereka banyak, tapi binasa ditenggelamkan.

Maka buatlah kapal itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami, dan jangalah engkau bicarakan dengan Aku tentang orang-orang zalim. Sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan [QS Hud : 37].

Dan mulailah dia [Nuh] membuat kapal. Setiap kali pemimpin kaumnya berjalan melewatinya, mereka mengejeknya. Dia [Nuh] berkata,” Jika kamu mengejek kami, maka kami [pun[ akan mengejekmu sebagaimana kamu mengejek [kami] [QS Hud : 38].

..ternyata orang-orang beriman yang bersama dengan Nuh hanya sedikit [QS Hud : 40].

Dia [anak Nabi Nuh] menjawab, ‘Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat menghindarkan aku dari air bah”. (Nuh) berkata, “ tidak ada yang melindungi dari siksaan Allah pada hari ini selain Allah Yang Maha Penyayang”. Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya, maka dia (anak itu) termasuk orang yang ditenggelamkan [QS Hud : 43]

Dalam sejarah dakwah pada Nabi selalu hadir didalamnya manusia-manusia yang tunduk, menentang dan menghalangi [mukmin, munafik dan kafir]. Perumpamaan kedua golongan [kafir dan mukmin] seperti orang buta dan tuli dengan orang yang dapat melihat dan dapat mendengar. Samakah kedua golongan itu ?. Maka tidaklah kamu mengambil pelajaran ?. [QS Hud : 24].

Apabila dikatakan kepada mereka: “Marilah kamu (tunduk) kepada hukum yang Allah telah turunkan dan kepada hukum Rasul”, niscaya kamu Lihat orang-orang munafik menghalangi (manusia) dengan sekuat-kuatnya dari (mendekati) kamu. (QS Annisa : 61)

Dan janganlah kamu menuruti orang-orang yang kafir dan orang- orang munafik itu, janganlah kamu hiraukan gangguan mereka dan bertawakkallah kepada Allah. dan cukuplah Allah sebagai Pelindung. (QS Al Ahzab : 48)

Dialog dan perdebatan panjang Nabi Nuh untuk meyakinkan Islam kepada kaumnya diabadikan Allah dalam surat Hud ayat 25 sampai ayat 48. Benarlah apa yang dikatakan oleh Imam As Suyuti bahwa sejarah merupakan sebuah pertarungan antara manusia penegak kebenaran dan manusia pembela kebatilan.

Sejarah dakwah Islam para Nabi dan Rasul adalah sebuah cermin agar kita bisa melakukan refleksi diri, ada pada posisi mana kita ?. Apakah kita termasuk golongan pembangkang yang kafir, golongan pejuang yang mukmin atau penghalang yang munafik.

Kapal nabi Nuh adalah cermin ketundukan kepada Islam. Siapa yang tunduk untuk naik, merekalah yang akan selamat. Barang siapa menolak naik, maka sungguh mereka zolim dan akan ditenggelamkan.Karena itu masuklah Islam, perjuangkan hingga mati atau agama ini tegak mencapai kejayaan.

Sebagaimana Rasulullah menegakkan daulah Islam di madinah, begitulah seharusnya kitapun berjuang hari ini demi tegaknya Islam. Jadilah pejuang, jangan jadi pembangkang apalagi penghalang.

Mari kita ukir sejarah diri kita untuk menjadi pembela Islam, dan jangan pernah menjadi pecundang dan penghalang perjuangan tegaknya Islam. Bukankah kita adalah manusia, bukankah kita memiliki sikap, bukankah kita ada dalam ruang dan waktu, bukankah kita bagian dari rentetan peristiwa, bukankah kita juga punya peluang untuk menggoreskan sejarah itu ?.

Maka goreskan sejarah perjuangan Islam zaman now dengan tinta emas. Jangan pernah mengukir sejarah kelam dan hitam. Sebab semuanya akan dikenang dan dipertanggungjawabkan kelak di hadapan Allah, Pemilik ruang dan waktu.

Ukirlah sejarah kita dengan tinta emas dengan terus berjuang agar Indonesia menjadi perahu Nuh seperti negeri Madinah pimpinan Rasulullah. Lawan gelombang dan gunung demokrasi kapitalisme dan komunisme ateis yang menjadi penghalang perjuangan. Semoga kekuasaan politik zalim segera tenggelam dan tegaklah kejayaan Islam yang cemerlang.

About Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Categories