Membangun Optimisme Kemenangan Islam
Membangun Optimisme Kemenangan Islam
Mastori, Alumni Pasca Sarjana Universitas Islam as-Syafi’iyah Jakarta
Mustanir.com – Perjuangan menegakkan Islam kian menghadapi ujian yang cukup berat. Di samping janji kemengan dakwah yang seolah tidak segera menghampiri, aktivis dakwah juga dihadapkan pada kondisi dan tantangan dari dalam (umat Islam) dan dari luar (non-Muslim).
Belakangan laju dakwah ini hampir menghadapi sandungan dari DPR yang notabene mayoritas mengaku Muslim dengan dimunculkannya RUU Ormas. Alhamdulillah berkat kesigapan dari berbagai Ormas Islam, RUU tersebut ditunda.
Di samping itu kita juga dihadapkan pada sikap pesimisme sebagian umat Islam akan janji kemenangan Islam sehingga memunculkan sikap pasif dan pragmatis dalam menyikapi kondisi umat yang kian terpuruk.
“Benarkah kemenangan Islam akan datang?” Walaupun pertanyaan ini sebenarnya tidak layak dilontarkan oleh seorang Muslim tetapi pertanyaan ini sering dilontarkan oleh sebagian umat ini.
Kemenangan Islam adalah suatu hal yang pasti adanya. Cukup banyak dalil aqli maupun naqli yang membicarakan janji kemenangan Islam ini. Secara naqli, dalil kemenangan Islam tersebar dalam Alquran maupun hadits. Dalam Alquran Allah SWT berfirman:
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh- sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa” (an-Nur: 55).
Demikian pula dalam hadits dari Khabab bin Al-Arat ia berkata:
“Kami mengeluh di hadapan Rasulullah SAW saat beliau sedang bersandar di Ka’bah. Kami berkata kepadanya: “Apakah engkau tidak memohonkan pertolongan bagi kami? Tidakkah engkau berdoa kepada Allah untuk kami?” Beliau bersabda: ”Dahulu seorang lelaki ditanam badannya ke dalam bumi lalu gergaji diletakkan di atas kepalanya dan dibelah menjadi dua namun hal itu tidak menghalanginya dari agamanya. Dan disisir dengan sisir besi sehingga terkelupaslah daging dan kulitnya sehingga tampaklah tulangnya namun hal itu tidak menghalanginya dari agamanya. Demi Allah, urusan ini akan disempurnakan Allah sehingga seorang penunggang kuda akan berkelana dari Sana’a ke Hadramaut tidak takut apapun selain Allah atau srigala menerkam dombanya, akan tetapi kalian tergesa-gesa!”
Bisa jadi sikap pesimis akan kemenangan Islam yang dialami sebagian umat ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan akan janji Allah dan Rasul-Nya atau kurangnya keimanan terhadap janji-janji yang telah diterangkan Allah dan Rasul-Nya.
Jika sikap pesimis muncul disebabkan karena kurangnya pengetahuan yang menghinggapi kita maka sudah semestinya kita harus kembali mengkaji dan mempelajari ayat-ayat Alquran dan hadits yang membicarakan kemenangan Islam supaya jiwa optimisme muncul kembali. Inilah pentingnya seorang pengemban dakwah untuk terus mengasah intelektualitasnya.
Adapun jika sikap pesimis itu muncul karena kurangnya keimanan kita akan janji Allah dan Rasul-Nya maka sudah selayaknya kita segera beristighfar kepada Allah. Jangan-jangan dengan begitu kita telah jatuh kepada lubang kekufuran. Na’udzubillah.
Baiklah, setelah kita mengetahui dan meyakini disertai dengan sikap optimisme dalam menyambut janji kemenangan Islam bakal terwujud maka selanjutnya kita perlu memahami bahwa sikap pesimis itu hanya layak bagi orang-orang yang tidak berjuang. Sebab orang yang diam berarti orang yang tidak mempunyai harapan. Harapan itu hanya milik orang-orang yang mengusahakannya. Bagaimana mungkin orang yang tidak bekerja mengharapkan upah?[] sumber