Mengapa Jabhah Nushrah Memerangi ISIS

jubir-jabhah-nushrah

Mengapa Jabhah Nushrah Memerangi ISIS

Mustanir.com – Dalam sebuah wawancara dengan Bilal Abdul Kareem, juru bicara Jabhah Nushrah Syaikh Abu Firas As-Suri -semoga Allah melindunginya- menjelaskan sejumlah poin mengapa Jabhah Nushrah akhirnya melawan kelompok “Daulah Islamiyah”, atau Islamic State (IS) yang sebelumnya dikenal sebagai ISIS.

Syaikh Abu Firas menyatakan bahwa awalnya Jabhah Nushrah tidak ingin memerangi ISIS. Jabhah Nushrah hanya ingin meluruskan kesalahan-kesalahan mereka. Namun semua berubah ketika akhirnya ISIS menolak upaya Jabhah Nushrah yang menawarkan segala bentuk perdamaian dan gencatan senjata untuk menengahi pertikaian antara ISIS dengan kelompok lainnya.

Menjawab salah satu pertanyaan Bilal yang merupakan seorang jurnalis senior asal Amerika ini, Syaikh Abu Firas diantaranya juga menerangkan bahwa ketika kelompok Pejuang Pembebasan Suriah atau Free Syrian Army (FSA) siap menyerahkan segala permasalahan ke pengadilan syariah untuk menyelesaikan pertikaian mereka dengan ISIS, ISIS malah menolaknya.

Melalui program On the Ground News (OGN), Bilal tengah mencoba untuk memperoleh pemahaman dan gambaran akurat mengenai apa yang sebenarnya terjadi di lapangan, di bumi jihad Syam. Berikut terjemahan wawancara dengan Syaikh Abu Firas tersebut, yang dipublikasikan oleh Bilal Abdul Kareem pada Jum’at (21/8/2015).

Bilal Abdul Kareem: Ada pendapat yang mengatakan bahwa ini bukanlah waktu yang tepat untuk mengkritik ISIS atau untuk melawan mereka karena mereka tampaknya juga menghadapi sorotan dan kritikan yang bertubi-tubi dari Barat. Apakah Anda setuju dengan pendapat ini? Dan mengapa?

Syaikh Abu Firas: Pertama-tama, kami tidaklah memulai perang atau mengkritik ISIS. ISIS yang memulai perang melawan semua Mujahidin dan para pejuang, menuduh mereka telah kafir, sehingga harus ada sikap Islami yang jelas [dalam menanggapinya].

Adapun soal mengkritik mereka, mereka menyerukan seruan yang salah dan mengklaim bahwa inilah Islam. Jadi, mendiamkannya sama saja dengan kita membantu mereka menyesatkan para pemuda Islam, membiarkan mereka mengikuti seruan menyimpang ini.

Rasulullah ﷺ bersabda: “Serulah kepada yang ma’ruf dan cegahlah kepada yang mungkar, atau Allah akan mengirimkan hukuman kepadamu dan tidak akan mencegahnya hingga kalian kembali kepada dien kalian.”

Jadi, adalah wajib bagi kita untuk mengklarifikasi kesalahan-kesalahan ini secara Islami untuk menyelamatkan orang-orang agar tidak mengikuti mereka. Sehingga ketika mereka menuduh Muslim telah menjadi kafir dan membunuh berdasarkan kecurigaan, kami harus menjelaskan bahwa ini bukanlah Islam. Kami tidak mengkritik ISIS karena mereka adalah “Daulah”, namun karena kami harus menjelaskan Islam yang benar.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israil melalui lisan Daud dan Isa putera Maryam.”

Mengapa mereka dilaknat?

Orang-orang yang berdiam diri dalam menghadapi kejahatan, padahal ia mampu untuk bertindak, maka ia adalah mitra orang yang melakukan kejahatan itu. Jika Anda melihat seorang pria melakukan kejahatan dan Anda dapat menasehati dia, Anda harus memberi nasehat kepadanya.

Nabi ﷺ menyampaikan hadits yang menakutkan dan banyak orang yang mengabaikannya. Beliau bersabda: “Barangsiapa di antara kalian melihat suatu kejahatan, ia harus mengubahnya dengan tangannya, jika ia tidak mampu melakukannya, maka dengan lidahnya, dan jika ia tidak mampu melakukan itu, maka ia harus membenci [kejahatan itu] dengan hatinya, jika tidak, maka tidak ada lagi iman bahkan walau sebesar biji sawi.”

Yang berarti bahwa, orang yang bahkan tidak membenci kejahatan dengan hatinya, orang itu telah kehilangan imannya.

Jadi kita harus menerangkan kesalahan-kesalahan yang ada untuk menyelamatkan para pemuda Islam. Adapun memerangi mereka, kami tidak tertarik untuk melawan mereka, kami tidak tertarik untuk melawan siapa saja yang bukan merupakan penghambat yang dihadapi Islam. Kami tidak memerangi pemerintah Suriah kecuali karena mereka merupakan penghambat yang dihadapi Islam. Kami tidak berperang sehingga dengan begini dan begitu kami memperoleh kekuasaan.

Kami berjuang untuk mencegah orang dari pemerintahan otoriter yang mengeksploitasi agama dan mencegah penerapan syariah Allah. Kami berjuang untuk menjadikan firman Allah menjadi yang tertinggi, sehingga jika firman Allah telah menjadi yang tertinggi tanpa peperangan, kami tidak akan berperang. Kami berharap ISIS kembali kepada kebenaran dan berhenti memerangi kami dan yang lainnya. Jika mereka melakukannya, kami juga akan menghentikannya. Jika mereka tidak berhenti, apa yang bisa kami lakukan? Ada pepatah: “Buatlah kebijakan seperlunya”. Kami tidak ingin melawan mereka. Kami tidak ingin melawan mereka, kami meluruskan kesalahan-kesalahan mereka karena itu adalah bagian dari dien.

Bilal: Tapi mengapa Anda memilih untuk melawan ISIS secara militer?

Syaikh Abu Firas: Kita tidak memilih untuk melawan ISIS secara militer atau bahkan secara politik.

Di awal sebelum perang, dulu kami memberikan nasehat kepada mereka ketika mereka melakukan kesalahan dan mereka malah menuduh kami kafir karena nasehat itu. Kemudian ketika mereka bentrok dengan Tentara Pembebasa Suriah [atau Free Syrian Army (FSA)], kami ingin mendamaikan antara mereka tetapi mereka menolak. Dan mereka menganggap kami sebagai musuh dan kafir karena kami tidak berjuang bersama mereka.

Kami tidak ingin melawan mereka atau yang lainnya. Kami ingin menghentikan pertikaian, sehingga semua mujahidin dapat fokus melawan rezim yang mengganti syariah Allah dan Islam. Tapi mereka menolak dan mereka memerangi kami, jadi apa yang bisa kami lakukan?

Jika seorang pria menerobos masuk ke dalam rumah Anda, apa yang akan Anda lakukan? Jika Anda meninggalkan rumah dan memberikannya kepadanya, dia tidak akan meninggalkan Anda sendirian, dia akan mengikuti Anda bahkan di luar rumah. Kami berharap ISIS kembali kepada kebenaran sehingga pertikaian dan perpecahan berakhir, tapi itu tidak ada di tangan kami, itu ada di tangan mereka.

Mereka harus berhenti memerangi kami, sehingga kami pun akan berhenti. Kami melawan mereka secara militer hanya karena mereka memerangi kami. Ketika mereka masuk ke gudang kami, kami tidak melawan mereka, kami justru mengatakan jika mereka menginginkan senjata, bawa saja. Jika mereka menginginkan amunisi, bawa saja. Kami tidak akan menumpahkan darah seorang muslim hanya karena senapan atau sekotak amunisi.

Tapi mereka malah mulai menyerang kami. Baru tiga hari yang lalu, bom mobil mereka menargetkan seorang hakim. Ia [hakim itu] tidak berada di garis depan ataupun dalam pertempuran! Ia adalah seorang hakim dari Kafr-Romah yang bekerja di pengadilan Ma’arret-No’am, mereka meledakkan mobilnya dan membunuhnya. Jika mereka meninggalkan kami, kami akan meninggalkan mereka dan kami akan berterimakasih kepada mereka, tapi apa yang bisa kami lakukan untuk mereka?

Bilal: Langkah-langkah apa yang diambil kemudian untuk mendirikan pengadilan Islam antara ISIS dan kelompok-kelompok lainnya? Apakah ada upaya itu untuk saat ini?

Syaikh Abu Firas: Upaya yang dibuat di mana pertikaian pertama dimulai ialah sebuah lajnah yang terdiri dari Jabhah Nushrah di mana saya adalah salah satu anggotanya, Ajnand Al-Aqsa dan lain-lain yang independen dan bukan dari kelompok manapun. Kami berupaya untuk mengadili antara kedua belah pihak. Kelompok-kelompok FSA mengatakan bahwa mereka siap untuk apa pun sesuai dengan syariah Islam. Dan bahwa kami didelegasikan untuk menerapkan putusan syariah pada mereka.

Bilal: Ini FSA?

Syaikh Abu Firas: Ya, ini FSA. Kami pergi ke ISIS, mereka mengatakan kepada kami bahwa mereka ingin bicara dengan saudara-saudara lain dari Jabhah Nushrah, kami mengiyakan dan pergi.

Mereka berkata, “Bagaimana mungkin Antum datang dan menengahi antara kami dan kaum murtad?”

Kami mengatakan jika kita berpikir bahwa mereka adalah murtad, maka kita akan melawan mereka, tapi kami tidak memandang mereka sebagai kaum murtad.

Mereka mengatakan, “FSA tidak murtad?”

Kami katakan kepada mereka untuk berhenti bermain game. FSA merupakan sektor yang sangat luas. [FSA] ini bukan kelompok yang terorganisir. FSA terdiri dari banyak kelompok. Misalnya, Lisa Tauhid dari FSA, Al-Zinki dari FSA, Liwa Islam dari FSA, Jund Syam dari FSA, banyak kelompok berada di bawah payung besar yang disebut FSA.

FSA tidak memiliki ideologi yang dapat diterapkan pada pengikutnya. Yang penting adalah mereka melawan rezim. FSA merupakan sektor yang luas, mulai dari kanan, ada orang-orang mukmin, orang-orang yang baik dan benar yang ingin syariah diterapkan dan mereka ingin syariah Allah tegak di muka bumi. Ada juga ahli bid’ah, ada orang-orang yang melakukan berbagai jenis kesalahan, dan ada yang sekuler, serta ada yang murtad. Itu benar.

Tapi kami tidak bisa dalam hal apapun memukul rata semua orang-orang ini dan mengatakan bahwa [FSA] ini murtad!

Dia mengatakan, “FSA murtad dan orang yang tidak melawan mereka bersama kami adalah murtad juga.”

Jadi kami mengatakan, “Tinggalkan hal itu untuk saat ini, kami ingin mendamaikan antara kalian. Tinggalkan putusan-putusan ini, kami tidak ingin menggunakan itu untuk menghindari gagalnya rekonsiliasi. Kami ingin mendamaikan antara kalian berdua.”

Dia mengatakan, “Kami tidak akan berdamai.”

Kemudian kami mengatakan, “Jadi apa yang Antum inginkan?”

Dia mengatakan, “Ini adalah suatu keharusan bagi kami membunuh mereka.”

Kami bertanya, “Membunuh mereka semua?”

Dia berkata, “Ya, kami harus membunuh mereka semua.”

Kami mengatakan, “Akhi, itu tidak diperbolehkan, itu akan merusak jihad di Suriah. Hentikan, mari kita buat rekonsiliasi. Antum menyerahkan para tahanan FSA yang ada pada Antum kepada FSA, dan kami menyerahkan kepada Antum tahanan Antum yang ada di tangan FSA. Dan akan ada perdamaian, in syaa Allah.

Dia berkata, “Tidak mungkin kami menerima itu!”

Dan mereka pun tidak menerimanya.

Mereka dikalahkan di sini dan mereka meninggalkan daerah ini. Setelah itu, mereka mulai melawan kami. Jadi beberapa lajnah menengahi pertikaian yang terjadi. Sejumlah ulama independen Jazirah Arab, Yordania, dan Yaman, mereka mencoba untuk berkomunikasi dengan ISIS untuk perdamaian, tetapi ISIS menolaknya. Pemimpin Jaish Muhajirin, Salahudin, juga mencoba untuk membuat rekonsiliasi atau gencatan senjata, tetapi mereka menolaknya.

Beberapa orang secara independen juga mencobanya, tetapi mereka [ISIS] selalu menolaknya. Saya tidak tahu apakah ada orang yang mencobanya lagi sekarang. Tetapi jika sewaktu-waktu mereka [ISIS] kembali kepada kebenaran, dan menerima rekonsiliasi dan gencatan senjata, Anda akan mendapati kami in syaa Allah siap untuk itu 100%. (arrahmah/adj)

About Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Categories