
Ajang Pencarian Bakat, Metode Kapitalisme Mendapatkan Uang secara Luas
MUSTANIR.net – Presiden Jokowi mengucapkan selamat kepada Putri Ariani yang mendapat golden buzzer dari Simon Cowell saat tampil di America’s Got Talent.
Jokowi berharap Putri Ariani bisa menjadi inspirasi bagi banyak orang, meraih cita-citanya, dan membanggakan Indonesia.
Menarik Uang
Pengamat media sosial Rizqi Awal justru menilai, ajang pencarian bakat, seperti America’s Got Talent, Indonesia’s Got Talent, ataupun Indonesian Idol, merupakan metode kapitalisme untuk menarik uang secara luas.
“Ajang pencarian bakat itu sebenarnya metode penting dari kapitalisme untuk bisa menarik uang secara luas, menarik perhatian secara luas, dan mengubah kondisi sulit menjadi kondisi yang menguntungkan bagi kapitalisme,” tuturnya di Kabar Petang: ‘Jreng! Politisi pun Ikut Fomo Putri Ariani?’ melalui kanal youtube.com/kcnewsid Rabu (14-6-2023).
Rizqi mengatakan, saat negara tidak mewadahi prestasi dan kreativitas masyarakat dalam rangka memberikan kesejahteraan dan juga kehidupan individu, maka individu, swasta maupun kapitalis yang memiliki modal, memanfaatkan peluang yang tidak diakomodasi negara. “Di situlah muncul ajang pencarian bakat,” tandasnya.
Menurutnya, ajang ini mengeksploitasi kreativitas seseorang sehingga di satu sisi menguntungkan peserta lomba, tetapi di sisi lain yang paling besar meraup keuntungan adalah penyelenggara.
“Penyelenggara mendapat publisitas lebih besar, mendapatkan dana dari sponsor lebih banyak, dan akan mendapatkan cuan lebih besar lagi,” bebernya.
Oleh karena itu, menurutnya, ajang yang kelihatannya bagus, seperti kontes kecantikan apa pun bentuknya, sebenarnya mengeksploitasi perempuan demi kepentingan kapitalis.
Sekularisme
Rizqi mengatakan, ajang seperti ini bermunculan karena sistem pergaulan yang ada saat ini berkiblat pada sekularisme, pun demikian sistem ekonominya. “Sehingga yang lahir adalah aktivitas-aktivitas yang bisa jadi menggabungkan antara sistem pergaulan yang salah dan sistem ekonomi yang kapitalistik,” tandasnya.
Dalam pandangan Rizqi, sebenarnya banyak perempuan muslimah yang punya kemampuan untuk berprestasi, tetapi justru tidak dianggap. Ia mencontohkan seorang ilmuwan muslimah Dr. Aafia Siddiqui yang memiliki banyak prestasi di bidang ilmu pengetahuan, tetapi malah ditangkap.
“Padahal, sejatinya penemuan ilmu pengetahuan baru, itu justru memberikan negara dan kaum muslim menjadi populer, kekuatannya makin baik. Harusnya dipertahankan, diperkuat, bukan mempertahankan hal-hal yang sifatnya pragmatis,” sesalnya.
Rizqi menekankan, kalaupun disebut dengan ajang pencarian bakat, harusnya bukan sekadar bakat seni yang dihadirkan, tetapi bakat ilmu pengetahuan juga harus dibicarakan.
“Ajang hafiz al-Qur’an, misalnya, seakan tidak punya nilai lebih dibanding menyanyi. Harusnya hafiz yang ditinggikan karena akan membuat anak-anak makin dekat al-Qur’an, dekat kepada Islam, menyukai Islam, dan memperjuangkan Islam,” pungkasnya. []
Sumber: KC News