Minimnya Evaluasi Kepada Densus 88 Adalah Catatan Buruk Kapolri Baru

Minimnya Evaluasi Kepada Densus 88 Adalah Catatan Buruk Kapolri Baru

Mustanir.com – Presiden Joko Widodo akhirnya menunjuk Komjen Tito Karnavian sebagai calon tunggal Kepala Kepolisian RI (Kapolri) untuk menggantikan Jenderal Badrodin Haiti yang segera memasuki masa pensiun.

Presiden Jokowi berharap keputusannya itu mampu meningkatkan profesionalisme Polri sebagai pengayom masyarakat dan memperbaiki kualitas penegakan hukum, terutama terhadap kejahatan narkoba, korupsi, dan terorisme.

Semasa berkiprah di kepolisian, Tito memang berpengalaman di bidang terorisme.

Dia berhasil menangkap teroris Azahari Husin dan kelompoknya di Batu, Malang, Jawa Timur, membongkar orang-orang di balik konflik Poso dan penumpasan jaringan terorisme pimpinan Noordin Mohammad Top tahun 2009.

Tak lama setelah itu, Tito dipromosikan menjadi Kepala Densus 88 Antiteror Polri dan mengalami kenaikan pangkat dari Komisaris Besar ke Brigadir Jenderal.

Namun, segala prestasi dan capaian yang berhasil diraih Tito selama menjabat Kadensus 88 Antiteror polri 2009-2010 tidak berarti mulus tanpa catatan.

Menurut Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) rekam jejak Tito amat terkait dengan minimnya evaluasi institusional Densus 88.

Wakil Koordinator Kontras Puri Kencana Putri mengatakan selama ini Polri tidak pernah memiliki mekanisme evaluasi atas penanganan Densus 88 terhadap terduga teroris.

Apalagi, berdasarkan catatan Kontras tidak sedikit kasus terorisme yang memiliki indikasi adanya pelanggaran hak asasi manusia (HAM).

“Jadi sepanjang Densus 88 tidak teraudit, jerih payah Tito membangun reputasi keamanan Indonesia akan sia-sia,” ujar Puri saat dihubungi Kompas.com, Kamis (16/6/2016).

Puri menuturkan, Kontras telah mengompilasi beberapa catatan penting terkait penanganan terorisme selama Tito menjabat sebagai Kadensus.

Catatan ini penting untuk menjadi bahan kritik jika nanti Tito terpilih menjadi Kapolri.

1. Penggerebekan Jalin Jantho

Kasus pertama, penggerebekan kelompok teroris di Pegunungan Jalin Jantho, Provinsi Aceh awal tahun 2010.

Saat itu Polisi menduga tempat tersebut merupakan lokasi latihan militer teroris kelompok Jamaah Islamiyah.

Dalam penggerebekan polisi berhasil menangkap tiga orang tersangka dan beberapa barang bukti.

Menurut Puri tidak terdapat tindakan perlawanan dari para tersangka, namun seorang warga sipil bernama Kamaruddin (37 tahun) tewas tertembak dan dua warga lainnya juga mengalami luka akibat tembakan dari pihak Densus 88.

Selain di Pegunungan Jalin Jantho, penyergapan teroris Aceh terus dilakukan di beberapa tempat seperti Lamkabeau, Pidie, Lhokseumawe, Leupang, Banda Aceh, Seulawah, dan Meulaboh.

Dari penyergapan-penyergapan tersebut, lima orang tewas tertembak, satu orang luka tembak, 28 orang ditahan.

Sebanyak 13 orang ditangkap di Aceh Besar dengan dugaan melakukan latihan militer. Sementara 15 orang diantaranya korban salah tangkap.

2. Penggerebekan teroris di Cawang dan Cikampek

Kasus kedua, penggerebekan kelompok teroris di Cawang, DKI Jakarta dan Cikampek, Provinsi Jawa Barat tahun 2010.

Operasi Densus 88 pada tanggal 12 Mei 2010 ini diawali dari penggerebekan tiba-tiba di Cawang (Jakarta Timur).

Sempat terjadi penembakan dan menewaskan tiga orang yang diduga polisi sebagai pelaku kejahatan terorisme.

Operasi penggerebekan kemudian berlanjut ke Cikampek, di mana baku tembak juga terjadi dan menewaskan dua orang yang diduga polisi terlibat aksi terorisme. Satu orang ditahan.

Identitas keenam orang terduga teroris tersebut sebelum dan pada saat penggerebekan tidak diketahui.

Pasca penangkapan barulah pihak kepolisian mengeluarkan beberapa nama.

3. Perampokan bank CIMB Medan

Kasus ketiga, operasi penangkapan kelompok perampokan Bank CIMB Medan dan penyerangan Mapolsek Hamparan Perak, Provinsi Sumatera Utara tahun 2010.

Pasca perampokan Bank CIMB Niaga Medan, Densus 88 melakukan operasi penyergapan sejumlah orang yang diduga terlibat.

Selama operasi tersebut, sekitar 18 orang ditahan, 6 orang mengalami luka tembak, seorang diintimidasi, dan 10 orang tewas ditembak.

Kemudian pada 19 September 2010, Densus 88 melakukan penangkapan di Belawan, Tanjung Balai, Percut Sei Tuan, dan Hamparan Perak Medan. Empat orang mengalami luka tembak dan dirawat di RS Deli Medan.

Seorang diantaranya bernama Khairul Ghazali ditangkap pada saat shalat.

Tiga orang tewas tertembak, serta tiga orang telah dibebaskan karena tidak terdapat bukti yang kuat.

Tanggal 19 September 2010, di Kota Rantang Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang, Densus 88 menembak dan menangkap Marwan, yang diduga kuat sebagai otak perampokan Bank CIMB Bank Niaga.

Setelah penangkapan Marwan Densus 88 melanjutkan operasi ke rumah istri Marwan di Gang Bilal, Hamparan Perak, Deli Serdang.

Di rumah Marwan, Densus 88 menembak Anton Sujarwo dan Eben alias Abah di bagian kaki.

Selain itu Densus 88 juga menangkap Kasman Hadiyono (kakak ipar Marwan).
Setelah menjalani interogasi di Markas Brimob Kelapa Dua Jakarta, Kasman Hadiyono akhinya dibebaskan karena tidak terbukti terlibat kasus terorisme.

4. Penggerebekan Noordin M. Top

Kasus keempat, anggota Densus 88 melakukan penggerebekan terhadap sebuah rumah yang diduga tempat persembunyian DPO kasus teroris Noordin M Top, di Desa Kepuhsari, Mojosongo, Solo, Jawa Tengah, pada 17 September 2009.

Dalam penggerebekan tersebut, empat orang yang diduga teroris meninggal dunia.

Aksi yang memakan waktu hampir 7 jam berawal dari penangkapan Rohmat.
Keempat korban tewas dengan sejumlah luka tembak pada bagian tubuh mereka.

Keempat korban tersebut yakni Urwah alias Bagus Budi Pranoto, Ario Sudarso alias Aji, dan Hadi Susilo alias Adib.

5. Penggerebekan teroris di Cempaka Putih

Kasus kelima, anggota Densus 88 melakukan penggerebekan terhadap Safudin Zuhri dan M Syahrir di sebuah rumah Indekost di Jalan Semanggi I RT 02 RW 03, Cempaka Putih, Ciputat.

Dalam penggerebekan tersebut kedua korban, Safudin Zuhri dan M Syahrir, tewas akibat luka tembak yang dilakukan oleh anggotaDensus 88.

Pihak kepolisian beralasan terpaksa menembak korban karna berusaha melakukan perlawanan saat akan dilakukan penangkapan. (tribun/adj)

Komentar Mustanir.com

Densus 88 adalah sebuah aib bagi dunia kepolisian menurut kami. Kepolisian Indonesia yang ingin mengembalikan citra baik mereka dengan susah payah, tercoreng oleh kebengisan densus 88 dalam setiap aksi penyergapan terduga teroris. Parahnya lebih banyak densus 88 menangkap orang yang salah. Densus jelas aib, bagi dunia penegakan hukum di Indonesia.

Terlebih kita semua sudah tahu siapa dibalik proyek penangkapan terorisme ini, tidak jauh-jauh dari proyek penguasa korup untuk menutupi isu kebusukan pemerintahannya, juga tidak jauh-jauh dari perintah negara-negara yang memusuhi Islam, yakni Amerika, Australia, Inggris dan lainnya.

Wahai kaum muslimin, bukalah mata anda. Ambil kekuasaan untuk mengarahkan negeri ini menjadi negeri yang lebih baik dibawah Syariat Islam. Jadikan Islam sebagai Rahmatan lil’alamiin, sehingga negeri ini menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur.

About Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Categories