Netizen Ramaikan #KembalikanMediaIslam Setelah Media Islam Online di Blokir BNPT
Netizen Ramaikan #KembalikanMediaIslam Setelah Media Islam Online di Blokir BNPT
Pemblokiran belasan situs Islam memicu reaksi luas dari masyarakat, terutama di media sosial. Hastag #KembalikanMediaIslam pun jadi trending topik di Twitter.
Belasan situs Islam tiba-tiba tidak dapat diakses melalui sejumlah penyedia layanan internet sejak Senin (30/03) siang. Sebelumnya beredar surat yang ditujukan kepada penyelenggara layanan internet (Internet Service Provider/ISP) yang berisi permintaan untuk memfilter belasan situs Islam.
Surat Permintaan Pemblokiran kepada Penyelenggara ISP
Dalam surat itu disebutkan bahwa fltering terhadap situs Islam tersebut dilakukan atas permintaan Badan Penanggulangan Terorisme (BNPT). Menurut lembaga kontra-terorisme Indonesia itu, situs-situs tersebut dianggap sebagai penggerak paham radikalisme dan simpatisan radikalisme.
BNPT meminta untuk dilakukan filtering terhadap sejumlah situs Islam. Akibatnya sebanyak sembilan belas situs Islam diantaranya arrahmah.com, voa-islam.com, panjimas.com, dakwatuna.com, an-najah.net, muslimdaily.com, hidayatullah.com, salam-online.com, kiblat.net, dan eramuslim.com tidak dapat diakses oleh melalui penyedia layanan internet sejak Senin siang.
Tindakan BNPT dan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) menutup sejumlah situs Islam tersebut memicu banjir protes di media sosial. Tanda pagar #KembalikanMediaIslam pun seketika menjadi trending topik di twitter.
#KembalikanMediaIslam jadi Trending Topik
Sebelumnya juga telah gencar beredar wacana penutupan media-media Islam yang aktif menyampaikan dakwah Islam, karena dianggap menyebarkan paham radikal. Tak hanya dari dalam negeri, usulan penutupan situs-situs Islam itu pun datang dari pihak-pihak asing. namun, sampai berita ini diturunkan belum ada tanggapan resmi dari Kemkominfo terkait pemblokiran situs-situs Islam tersebut.
Penetapan Situs-situs Islam Radikal Dianggap Ngawur
Penutupan situs-situs Islam yang dianggap radikal oleh Kementerian Komunikasi dan Informartika (Kemkominfo) atas permintaan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), dinilai tidak mendidik. Penetapan nama-nama situs yang difilter itu pun dianggap ngawur.
Anggota Majelis Pustaka dan Informasi PP Muhamadiyah Mustofa B. Nahrawardaya menyatakan, niat penutupan situs jihad dan situs yang dianggap radikal oleh penafsiran BNPT merupakan tindakan yang tidak mendidik. Menurutnya langkah itu hanya menguntungkan BNPT, karena penutupan itu dilakukan hanya berdasarkan penafsiran lembaga kontra-terorisme tersebut.
“Selain penetapan daftar nama situs yang ngawur dan hampir semua situs internet bernafaskan Islam diberangus, alasan penutupan juga tidak mempertimbangkan hal lain,” kata Mustofa Nahra dalam rilisnya yang diterima Kiblat.net, Senin sore (30/03).
Sebagaimana diketahui sebelumnya Kemkominfo telah melayangkan surat kepada penyedia layanan internet (ISP) untuk memfilter sembilan belas situs Islam. Akibatnya situs-situs tersebut tidak bisa diakses oleh sejumlah pengguna internet pada Senin siang. Hal itu juga memicu munculnya gerakan #KembalikanMediaIslam.
Penutupan situs-situs Islam, lanjut Mustofa, jelas akan memperburuk prinsip keseimbangan informasi bagi umat Islam. Pasalnya hanya sedikit media mainstream yang memberitakan terorisme ataupun ISIS secara seimbang.
“Sumber berita media mainstream, biasanya hanya dari aparat dan tidak mengutip sumber lain sebagai syarat cover bothside dalam kaidah jurnalistik. Akibat sumber berita yang tidak berimbang, maka informasi yang sehat dalam meng-cover berita terorisme sering terabaikan,” terangnya.
Mustofa lantas mencontohkan sejumlah perbedaaan dalam pemberitaan media Islam dengan media mainstream. Fakta tidak ada perlawanan terduga teroris diberitakan ada perlawanan, tidak ada baku tembak antara terduga dengan Densus, tetapi diberitakan ada baku tembak. Terduga ditembak saat shalat, diberitakan ditembak saaat melempar bom. Karenanya, objek yang sama semangat beritanya jadi berbeda.
“Nah, dengan adanya situs atau website Islam, maka pemberitaan terorisme atau ISIS kini jadi berimbang,” tegasnya.
Menurut Mustofa ada agenda setting yang lebih besar dalam upaya penutupan situs-situs Islam. Tujuannya adalah agar misi Densus dan BNPT tidak ada yang mengganggu lagi, karena pola sumber tunggal dalam berita terorisme akan lebih kuat posisinya.
“Boleh dibilang, ada upaya permanen pembodohan publik berkedok pemberantasan terorisme,” tandasnya.
(sumber: kiblatnet/adj)