Nusron Wahid Jadi Ketua Tim Pemenangan Ahok
Nusron Wahid Jadi Ketua Tim Pemenangan Ahok
Mustanir.com – Fungsionaris Partai Golkar Nusron Wahid terpilih menjadi Ketua Tim Pemenangan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Nusron akan memimpin Teman Ahok dan partai-partai pendukung untuk menyukseskan kemenangan Ahok.
“Iya betul,” kata Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan DPP Partai Golkar Yorrys Raweyai di Sekretariat Teman Ahok, Graha Pejaten, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Kamis (28/7/2016).
Yorrys menyatakan penunjukkan Nusron sebagai Ketua Tim Pemanangan Ahok di Pilgub DKI 2017 adalah atas kesepakatan bersama. Teman Ahok, Partai NasDem, Hanura, dan Golkar telah berembuk dan memutuskan hal itu.
“Semua (kesepakatan bersama menunjuk Nusron),” kata Yorrys.
Dia mengatakan, struktur tim pemenangan secara lengkap akan segera disusun . Teman Ahok dan partai pendukung akan berkomunikasi dan membentuk tim teknis.
“Nanti ada tim teknisnya. Merekalah yang bekerja secara teknis bikin strukturnya bagaimana, orang-orangnya bagaimana, manajemennya nanti bagaimana, tentu untuk bisa memenangkan beliau (Ahok),” tutur Yorrys.
Nusron yang juga Koordinator Bidang Pemenangan Pemilu Indonesia I DPP Golkar ini dikenal dekat dengan Ahok. Nusron juga pernah secara langsung menyatakan dukungannya kepada Ahok sebelum Golkar secara resmi menyatakan dukungannya. (detik/adj)
Komentar Mustanir.com
Seorang muslim karena kepentingan politik praktis menyingkirkan agamanya di dalam berpolitik. Apakah kurang jelas pernyataannya di dalam Quran dan Hadits mengenai ber-wala’ dengan kaum di luar Islam. Mendukung seorang di luar Islam untuk menjadi pemimpin bagi umat Islam adalah jelas adalah kesalahan. Apalagi jika dilakukan dengan sengaja, hanya karena kepentingan politik praktis belaka.
Apa yang menimpa kaum muslimin hampir semuanya demikian. Beberapa dari mereka yang beragama Islam, masih belum benar-benar memahami bahwa tidak boleh dijadikan oleh mereka seorang pemimpin kecuali hanya seorang muslim. Bukankah ketentuan agama ini adalah ketentuan pokok di dalam keyakinan ber-Islam?