Pancasila Diagungkan sebagai Penjaga Moral, Justru Banyak Kasus Amoral!

MUSTANIR.net – Ketua Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa (FDMPB) Dr. Ahmad Sastra menilai, Pancasila yang diagung-agungkan sebagai penjaga moral tetapi pada faktanya justru terjadi banyak kasus amoral di negara Pancasila.

“Pancasila yang diagung-agungkan sebagai penjaga moral, namun pada faktanya justru terjadi banyak kasus amoral,” ujarnya kepada Media Umat, Jumat (18/4/2025).

Karena, jelasnya, Pancasila gagal membawa bangsa ini menjadi bangsa yang adil dan beradab.  Misalnya, salah satu kasus yang saat ini mencuat adalah munculnya predator seksual di kalangan para dokter, polisi, tentara, dosen dan bahkan dalam keluarga terkecil.

“Tidak hanya di kampus, dalam profesi medis pun ternyata banyak terjadi kasus pelecehan seksual yang menimpa pasien maupun perawat,” ucapnya.

Bahkan, lanjutnya, di sosial media juga sering menjadi rumah bagi para predator seksual, diawali dengan perkenalan di sosial media.

“Tak butuh waktu lama pendekatan melalui sosial media itu akan disudahi dengan bertemu secara langsung. Pelaku akan melancarkan aksinya untuk merudapaksa korban,” bebernya.

Faktor Penyebab

Menurutnya, jika ditelusuri tempat kejadian pelecehan seksual, maka bisa dianalisis lima faktor penyebab terjadinya kasus pelecehan seksual di kampus maupun di sosial media.

• Pertama, relasi kuasa. “Pelaku menggunakan posisi atau otoritasnya untuk menekan korban,” terangnya.

• Ke dua, budaya patriarki. “Persepsi bahwa laki-laki lebih dominan, sehingga membenarkan kontrol terhadap perempuan,” tandasnya.

• Ke tiga, minimnya sistem perlindungan. “Tidak ada sistem pelaporan yang aman, korban takut atau malu untuk bersuara,” kritiknya.

• Ke empat, normalisasi kekerasan seksual. “Dianggap biasa saja, atau malah menyalahkan korban,” cetusnya.

• Ke lima, kurangnya pendidikan seksual dan gender. “Banyak orang tidak paham batas-batas persetujuan atau bentuk pelecehan,” ungkapnya.

Dari faktor-faktor di atas, ia menyimpulkan, ada paradigma yang salah terkait relasi antara laki-laki dan perempuan, termasuk interaksinya. Sebab, paradigma yang salah bersumber dari pandangan hidup yang salah pula. Kemudian, pandangan hidup yang salah terkait relasi dan interaksi laki-laki dan perempuan inilah yang disebut sekularisme.

“Paham ini memisahkan antara kehidupan dan agama,” pungkasnya. []

Sumber: Novita Ratnasari

About Author

Categories