
Blavatsky, Olcott, Johnston, Zhelihovsky (Wikimedia Commons)
Pengaruh Gerakan Teosofi Dunia
MUSTANIR.com – Kalau melihat kurun waktu berdirinya Theosophical Society di New York pada 1875 oleh Madam Blavatsky, kondisi global di paruh ke 2 abad XVII itu memang sedang genting-gentingnya.
Selain antar negara-negara Eropa saling berebut kavling geo-ekonomi di kawasan non-Eropa, pada saat yang sama negara-negara Eropa yang kapitalis dan mulai semakin serakah untuk menjajah negeri-negeri di Asia, Afrika, dan Timur Tengah, menghadapi sebuah penghalang yang sulit ditaklukkan, yaitu Dinasti Turki Utsmani yang waktu itu berada dalam kekuasaan Sultan Abdul Hamid II.
Sayangnya di dalam negeri Turki sendiri saat itu mengalami kerapuhan dan pelemahan internal dari dalam. Kalangan reformasi Turki berhasil dibujuk Inggris agar mendesak Sultan Hamid II membentuk parlemen ala Wesminster Inggris. Maka kemudian muncullah gerakan Turki Muda yang pada dasarnya merupakan gerakan kaum liberal yang merongrong Kekhalifahan Utsmani.
Di tengah serangan asimetris Inggris melalui proxy agent-nya di dalam negeri Turki, berakibat lemahnya kekuatan angkatan bersenjata Turki dalam menghadapi serangan militer dari pihak asing.
Dalam kurun waktu antara 1876-1891, beberapa wilayah yang masuk dalam kedaulatan Turki di Afrika Utara dan Timur Tengah, lepas ke tangan Asing. Pertama, Mesir jatuh ke tangan Inggris. Tunisia dan Maroko, jatuh ke tangan Prancis. Disusul oleh Suriah ke tangan Prancis. Dan Libya jatuh ke tangan Italia.
Berdirinya Theosophical Society yang semula di New York, Amerika, lalu berpindah ke Madras, India, nampaknya harus dibaca sebagai gerakan paralel menduking skema besar blok Barat, melalui serangan non-militer. Pelemahan negara-negara yang dipandang sebagai sasaran penguasaan melalui sarana sosial-budaya.
Hal ini terlihat dari beberapa tesis pokok berdirinya Theosophical Society. Pertama, di Eropa semakin meningkatnya egoisme dan materialisme, sehingga menjelma jadi kapitalisme dan kolonialisme.
Namun kalau jeli kita baca cetak biru alasan berdirinya perhimpunan ini, egoisme dan materialisme hanya jadi dalih untuk pembenaran alasan berdirinya organisasi ini, yaitu menghidupkan kehidupan batiniah melalui ilmu gnostik dan okultisme. Seakan-akan organ ini didirikan sebagai kekuatan batiniah menghadapi gelombang materialisme dan egoisme. Namun niat sesungguhnya kelihatan diembel-embeli dengan kalimat: Bahwa ini dilakukan untuk menjadi alternatif dari agama-agama konvensional yang sudah tidak memadai atau tidak bisa diandalkan lagi.
Jadi jelas organ Teosofi ini digunakan untuk melakukan pelemahan internal di semua agama-agama yang ada, dan pastinya terutama adalah negeri-negeri Islam yang cukup mengakar sebagai sebuah peradaban. Yang paling jadi sasaran kala itu tentu saja adalah Turki Utsmani.
Rupanya, kalau membaca dari dokumen pendiriannya, ilmu gnostik dan okultisme sebagai ilmu batin yang jadi landasan gerakan kebatinan Masyarakat Teosofi ini ternyata merujuk pada Ilmu Kabbalah/kleniknya Yahudi-Zionis, yang mana ini kemudian semakin ekspansif ketika Blavatsky menjadi ketua perhimpunan organisasi ini.
Meskipun ketika Blavatsky semakin mempunyai pengaruh kuat di India kemudian merujuk juga pada Hindu dan ajaran Krisnamurti sebagai landasan pengembangan ilmu gnostik-okultisme-nya, namun hal itu hanya membuktikan bahwa salah satu misi gerakan Teosofi ini adalah penetrasi dan menembus kelompok-kelompok aliran kebatinan atau klenik yang sejatinya lebih cenderung pada kepercayaan paganisme daripada ilmu ketuhanan seperti Islam, Kristen, dan Katolik. []
Sumber: Hendrajit, Direktur Eksekutif Global Future Institute