Pentingnya Politik Identitas | Mustanir Media

Kesadaran politik umat Islam dalam Aksi-aksi besar. foto: kompas


MUSTANIR.COM, Ketika Islam dan umatnya dalam pusaran Kapitalisme – Sekularisme sekarang ini, Islam ( kaffah ) dianggap Radikalisme, bertentangan dengan Pancasila dan anti kebhinekaan. Ulama yang menyuarakannya dikriminalisasi, aktivisnya dianggap teroris, pengajian dibubarkan, LGBT ditumbuh-suburkan.

Islam ( kaffah ) dianggap sebagai sumber kerusuhan sehingga perlu diupayakan dialog untuk menguatkan persepsi bahwa semua agama sama, sebatas ritual saja. Pemahaman umat islam harus diluruskan ( dibuat dangkal ) dan umat dipaksa untuk menerimanya. Dalam mengupayakan hal ini Kemenag menggelar dialog lintas guru agama{ https://www2.kemenag.go.id/berita/468447/kemenag-gelar-dialog-lintas-guru-agama }.

Padahal Rosulullah Saw bersabda ” Islam itu tinggi dan tidak ada yang lebih tinggi darinya ” ( HR. Baihaqi )

Lagi – lagi pemimpin negeri ini terseret arus pusaran Kapitalisme / Sekularisme yang berupaya mengubur ajaran islam dan memarginalkan umatnya. Musuh sedikit memperoleh keberhasilannya untuk menekan islam dan umatnya agar tidak bangkit, tidak berprestasi, dan tidak memimpin Indonesia yang berlimpah kekayaan alamnya ini.

Di awal tahun adalah moment yang tepat untuk umat islam introspeksi diri. Mereka perlu meraba, meninjau kembali identitas mereka sebagai seorang muslim, umat Muhammad Saw, Sang Penebar rahmatan lil alamin.

Mengokohkan Dakwah Dengan Berpolitik

Identitas islam tak cukup hanya sekedar nama, tetapi pola pemikiran dan pola sikap harus tercermin dari Aqidah Islam yang bersumber dari Al qur’an dan Hadits. Islam tidak boleh lagi dianggap sebagai agama yang hanya mengatur ibadah ritual saja, tetapi Islam harus diambil secara keseluruhan.

Membentuk keluarga islam, pendidikan islam, ekonomi islam, masyarakat islam, politik islam, bahkan bernegara islam adalah sebuah kewajaran. Sebab Rosulullah, para Khulafa’ ar Rasyidin, dan kholifah – Kholifah sesudahnya telah mencontohkan yang demikian.

Umar bin Khotthob misalnya, beliau adalah pemimpin negara yang tak segan – segan mengorbankan kehidupannya demi kesejahteraan rakyat. Pernah terjadi di masa pemerintahannya Madinah dilanda musibah paceklik, banyak rakyatnya mati kelaparan, lalu pembantunya memberikan sepotong roti dan daging padanya, tetapi apa kata Khalifah Umar ? ” Sungguh aku adalah pemimpin yang dzalim jika aku kenyang sedangkan rakyatku kelaparan ! “.

Kholid bin Walid sosok panglima yang berani mati menghadapi musuh. Mati syahid adalah cita – citanya. Banyak negara takluk dibawah komandonya. Merekalah wujud Khoiru Ummah yang dijanjikan oleh Allah SWT .

Maka umat perlu menggunakan politik identitas diri, menjadi politikus yang sholih. Politik itu indah, politik itu sehat, dengan berpolitik akan terbentuk kehidupan diri dan masyarakat yang harmonis, berlomba – lomba dan saling tolong – menolong dalam kebaikan serta mencegah dari kemunkaran.

Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk memperkuat politik identitas adalah pertama, berpegang teguh pada ajaran Islam dalam seluruh aspek kehidupan karena dorongan keimanan dan ketaqwaan.

Kedua, mempelajari siroh Nabawiyah, siroh khulafa’ ar Rosyidin, dan kholifah – kholifah sesudahnya lalu dijadikan teladan dan cermin dalam seluruh aspek kehidupan serta meninggalkan bekas – bekas negatifnya.
Ketiga, mewaspadai upaya – upaya pemecah-belahan umat. Islam moderat, islam nusantara, islam radikal, dll adalah bentuk – bentuknya. Umat islam laksana satu tubuh, umat islam laksana bangunan yang kokoh, umat islam laksana saudara kandung.

Keempat, Mengurai simpul – simpul bercokolnya Ideologi Sekularisme / Kapitalisme yang disambut mesra oleh tokoh2 sentral umat hari ini, dibidang ekonomi ( ekonomi berbasis riba ), pertahanan dan keamanan ( proyek global war on terorisme yang dutujukan kepada islam ), kebudayaan ( LGBT ), politik ( politik pragmatis, sebatas mencari kekuasaan ) dll, lalu membuangnya jauh – jauh dari kehidupan umat.

Dengan politik identitas ini diharapkan umat dapat keluar dari pusaran Ideologi Kapitalisme / Sekularisme, menguatkan dakwah islam, selanjutnya akan membawa pada peradaban gemilang seperti masa silam, cinta ilmu, cinta ulama, cinta Allah dan RosulNya.

Aulia, Kedamean, Gresik

About Author

Categories