Perlunya Umat Islam Berpikir Besar
Perlunya Umat Islam Berpikir Besar
Oleh: Imam Nawawi
BELUM lama ini Prof. Dr Ali Musafa Yaqub, Imam Besar Masjid Istiqlal menulis opini di Harian Republika dengan berjudul “Zionisme dan Isu Disintegrasi”.
Dalam uraiannya ia menulis, “Secara umum, substansi Protokol Zionisme itu menyangkut masalah politik, sosial budaya, dan keagamaan. Dan intinya adalah menjadikan orang non-Yahudi tidak memiliki kepedulian terhadap program-program zionisme di bidang-bidang tersebut. Mereka dininabobokan, dilenakan, disibukkan, dan juga dibikikin berkelahi antar mereka sendiri.”
Lebih lanjut Mustafa Yaqub menulis, “Untuk semua wilayah Benua Eropa dan demikian pula benua-benua lain, kita wajib menciptakan konflik dan mengobarkan api permusuhan dan pertentangan.”
Oleh karena itu, Mustafa pun berkesimpulan, tidaklah mustahil, konflik-konflik yang terjadi di berbagai belahan dunia, permusuhan, dan pertikaian antar umat merupakan upaya yang dilakukan oleh zionisme seperti tertulis dalam Protokol Zionisme nomor tujuh.
Nampaknya apa yang disampaikan Dr Ali Musafa Yaqub hal ini tak jauh adanya temuan David Duke yang ditulis dalam situs pribadinya www.davidduke.com yang berjudul “Jewish Supremacists, Homosexuality and Divide and Conquer.”
Dalam uraiannya, Duke banyak menyajikan data dari beberapa surat kabar yang intinya menyebutkan bahwa propaganda homo seksual di negara-negara Barat dilakukan oleh Yahudi dengan biaya yang tidak sedikit. Selain mencuatnya beragam argumen-argumen yang membela kaum homo, lesbi sebagai yang dilahirkan demikian.
Lebih jauh Duke menulis, “Whatever the cause, one thing is however very clear: Jewish Supremacists are unquestionably the major driving force behind the promotion of, the legal sanction of, and the active encouragement of homosexuality in modern society.”
Dengan kata lain, uraian Mustafa Yaqub memiliki korelasi sangat kuat dan tidak terbantahkan, bahwa di balik hingar-bingar berita dunia yang menyita perhatian umat Islam, bahkan dalam beberapa hal sangat berpotensi menimbulkan keresahan bahkan keretakan antar umat beragama, semua itu tidak lepas dari kerja-kerja politik zionisme.
Di negeri ini saja, umat Islam masih asyik masyuk dalam perbedaan, perdebatan bahkan saling tuduh dan enggan bersatu.
Padahal, agamanya satu, kitab sucinya juga sama dan Tuhan yang disembah pun Allah Subhanahu Wata’ala. Lantas mengapa bisa terpecah belah?
Tentu banyak jawaban, tetapi ini juga tidak lepas dari agenda zionisme, sehingga umat ini lalai dari berpikir besar bagi kemajuannya sendiri. Bahkan, dalam konteks kekinian, umat Islam tak lebih dari sekadar pemberi respon dari setiap kejanggalan-kejanggalan yang terjadi dan mencuat di media, yang sesungguhnya boleh jadi juga merupakan bagian dari makar zionisme agar umat ini sibuk mengurus isu demi isu.
Langkah Solutif
Dalam kitabnya Fawaidul Fawaid, Ibn Qayyim Al-Jauziyah menjelaskan bahwa umat Islam sangat penting untuk mengenali dua jalan sekaligus, yakni jalan kebenaran dan kebathilan.
Menurut Ibn Qayyim, Muslim yang hanya megetahui jalan kebenaran dan tidak mengerti jalan kebathilan akan mudah terserang kerancuan dalam berpikir.
Hal itu disandarkan pada ungkapan Umar bin Khaththab, “Simpul-simpul ikatan Islam akan terlepas satu demi satu. Apabila tumbuh di dalam Islam orang yang tidak mengenal hakikat Jahiliyah.”
Kemudian, Ibn Qayyim menulis, “Apabila seseorang tidak tahu hakikat dan hukum Jahiliyah – yaitu segala hal yang berlawanan dengan apa yang dibawa oleh Nabi – maka ia termasuk orang Jahiliyah. Sebab, ketidaktahuan itu disamakan dengan kebodohan. Dan, kebodohan terhadap segala sesuatu yang berlawanan dengan petunjuk Rasulullah, dikategorikan ke dalam Jahiliyah.”
Dengan demikian, sangat penting para pemikir, ulama dan cendekiawan Muslim tanah air ini secara sistematis mengenalkan kepada umat apa itu zionisme dan, apa yang mereka lakukan dan bagaimana bahayanya jika kita tidak mengerti gerak-gerik atau makar mereka.
Dan, jika dianalogikan pada satu kaidah ushul fiqh yang berbunyi, “Tidak sempurna suatu perkara yang wajib tanpa adanya suatu hal, maka melakukan suatu hal ini hukumnya menjadi wajib.” Dalam dunia kepolisian ada dikenal istilah, “Polisi yang tidak tahu narkoba tidak mungkin bisa menangkap penjahat narkoba.”
Dengan kata lain, jika zionisme telah berhasil menguasai dunia dengan medianya dan membuat penduduk bumi ini membicarakan hal-hal yang sebenarnya tidak sedang dibutuhkan oleh hidup mereka sendiri, termasuk umat Islam, maka adalah satu kewajiban untuk mengajak umat ini lepas dari jebakan isu media dengan mendoorong umat ini kembali pada hal-hal pokok, penting, mendasar dan sangat dibutuhkan untuk benar-benar menjadi khayru ummah sebagaimana yang Allah tegaskan dalam Al-Qur’an.
Sekiranya itu bisa dimulai dan dilakukan, insya Allah umat Islam di negeri ini tidak lagi akan terombang-ambing arus isu yang datang secara berkala, bergelombang dan menguras energi bahkan biaya. Umat Islam akan memiliki fokus dan arus tersendiri yang mendorong kemajuan umat dalam bidang pendidikan, sosial, politik, budaya, kenegaraan bahkan tata kelola baru dunia di masa depan. Dalam rangka inilah, sejarah peradaban Islam itu perlu kita bingkai, maknai, gali dan kaji secara mendalam, sehingga umat ini bisa segera bangkit, maju dan mengayomi dunia. Wallahu a’lam.* (hidayatullah/adj)