Perundingan Damai Yaman Dibuka di Jenewa Tanpa Houthi
Perundingan Damai Yaman Dibuka di Jenewa Tanpa Houthi
Mustanir.com – Negosiasi yang disponsori PBB tentang krisis Yaman sudah dimulai di Jenewa, dengan tujuan mengakhiri konflik di negara itu.
Perwakilan dari pemerintah Yaman di pengasingan, pemberontak Houthi, General Peoples’ Congress milik mantan presiden Ali Abdullah Saleh dan kelompok-kelompok oposisi lainnya diperkirakan akan menghadiri pembicaraan di Swiss, yang dimulai pada Senin pagi (15/06/2015).
Stephane Dujarric, seorang juru bicara PBB, mengatakan bahwa delegasi Houthi akan tiba pada Selasa pagi dengan sebuah pesawat yang disewa PBB.
Pesawat memulai perjalanan ke Swiss pada hari Senin tetapi harus kembali ke Yaman.
Zif al-Shami, pemimpin delegasi, mengatakan bahwa Mesir, yang merupakan bagian dari koalisi Arab anti-Houthi, menolak member izin untuk mendarat di bandara Kairo. Tuduhan tersebut dibantah Mesir.
Ban Ki-moon, Sekjen PBB, menghadiri sesi pembukaan pembicaraan, berfoto dengan sejumlah perwakilan dari Gulf Cooperation Council (Dewan Kerjasama Teluk).
Dia meminta semua pihak untuk menerapkan “gencatan senjata kemanusiaan” yang baru pada awal Ramadan akhir pekan ini.
“Kita tidak bisa mempertahankan luka terbuka lainnya seperti Suriah dan Libya,” katanya.
Ismail Ould Cheikh Ahmed, utusan perdamaian PBB untuk Yaman, mengeluarkan pernyataan sebelum pembicaraan, menyerukan agar “para aktor politik Yaman untuk berpartisipasi dalam konsultasi ini dengan itikad baik dan tanpa prasyarat, serta dalam iklim kepercayaan dan saling menghormati”.
Namun, meskipun telah ada seruan langsung dari juru bicara PBB Ahmed Fawzy kepada semua pihak untuk “mempertimbangkan jeda kemanusiaan dalam menciptakan iklim yang kondusif agar konsultasi ini bergerak maju “, serangan udara dilaporkan terjadi lagi di Yaman.
Sumber mengatakan kepada Al Jazeera bahwa koalisi Arab melancarkan serangan udara kea rah gudang senjata di ibukota Sanaa pada Ahad malam.
Reporter Al Jazeera Hashem Ahelbarra, melaporkan dari Jenewa, mengatakan pihak-pihak yang berlawanan masih jauh terpisah untuk membawa perdamaian ke Yaman.
Dia mengatakan bahwa Houthi menginginkan agar kesepakatan pengakuan resmi yang mereka tandatangani bersama dengan Presiden di pengasingan, Abd-Rabbu Mansour Hadi ketika mereka mengambil alih Sanaa September lalu, sedangkan pemerintah yang diasingkan ingin membatalkan kesepakatan itu dan memulai dari awal lagi.
“Ini adalah situasi yang sangat sulit bagi masyarakat internasional dan PBB,” kata wartawan kami, menambahkan bahwa kedua belah pihak awalnya akan memulai pembicaraan di ruangan terpisah.
Pembicaraan damai telah memicu harapan di kalangan warga sipil Yaman untuk resolusi awal konflik.
“Kami berharap bahwa sesuatu yang positif akan keluar dari pertemuan tersebut karena kita ingin perang berakhir,” Saber Nouman, seorang warga Yaman mengatakan kepada Al Jazeera.
“Kami menginginkan stabilitas dan kami berharap bahwa pengepungan akan dicabut segera karena kami menderita. Seperti yang Anda lihat, kami sangat kekurangan.. Bahan bakar, roti, air, obat-obatan. Kami menderita setiap hari karena pengepungan dan karena perang agresif ini.
Koalisi Arab telah membombardir pasukan pemberontak Houthi dan unit tentara Ali Abdullah Saleh sejak 26 Maret dalam serangan yang bertujuan memulihkan kekuasaan Hadi.
Konflik itu telah menewaskan lebih dari 2.000 orang sejauh ini, sekitar setengah dari mereka adalah warga sipil. (muslimdaily/adj)
Komentar Mustanir.com
Akhirnya nasib Yaman dan kaum muslimin sekali lagi diserahkan kepada orang-orang kafir. PBB dan negara-negara Barat memiliki banyak motif untuk perundingan ini. Yaman, sebuah negeri tempat Shahabat Uwais Al-Qarni, menjadi rebutan antara Syiah dan Negara-negara kafir Barat.
Sudah saatnya Yaman dan kaum muslimin menentukan nasibnya sendiri. Kaum Muslimin tidak boleh memberikan kesempatan supaya negara-negara Barat menguasai mereka.