Pilpres Tidak Menghasilkan Apa Pun Kecuali Pengkhianatan dan Kekecewaan

MUSTANIR.net – Kalian ini bagaimana? Katanya rezim curang? Pemilu dan pilpres sudah dipersiapkan oleh oligarki? Pemilu sudah disiapkan siapa yang mau dimenangkan? Oligarki sudah menguasai seluruh sendi-sendi kehidupan demokrasi. Tapi kenapa kalian masih qona’ah dengan demokrasi? Masih saja tersihir dengan janji-janji perubahan melalui pilpres atau pemilu?

Lihatlah! Lihatlah para politisi dan partai. Belum berkuasa saja mereka tak peduli terhadap kalian, apalagi setelah mereka berkuasa? Belum berkuasa saja mereka bungkam, tidak membela kalian, bagaimana nanti setelah berkuasa?

Kalian meyakini pilpres akan dicurangi. Tapi kalian masih memberikan suara untuk sesuatu yang kalian yakini pasti curang. Sebenarnya kalian sadar atau tidak dengan pilihan kalian?

Kalau tidak ikut memilih, kekuasaan akan dikuasai orang kafir.

Memangnya selama ini siapa yang berkuasa? Yang berkuasa orang Islam, yang menjadi anggota DPR juga orang Islam, yang bergelar ulama bahkan menjadi wapres. Apa hasilnya?

Kalau tujuannya adalah untuk menjadikan Islam berkuasa, untuk menegakkan syariat Islam, tentu saja perjuangan ini tidak bisa ditempuh dengan coblos-coblosan, ikut pemilu atau pilpres. Sejak lama umat Islam ikut pemilu, dicucuk hidungnya taklid buta pada demokrasi. Apakah Islam bisa berkuasa?

Kalian begitu yakin mengulangi kegagalan demi kegagalan dalam pemilu atau pilpres. Berulang kali dikhianati dan kecewa, masih juga mau kembali berkorban untuk kecewa secara berulang-ulang.

Dulu kalian tersihir oleh Jokowi, dengan sosok ndeso dan sederhananya. Dengan gaya pencitraan gorong-gorongnya. Begitu Jokowi berkuasa, kalian baru sadar telah diperdaya.

Dulu kalian terperdaya oleh Prabowo, begitu terkesima dengan ungkapan ‘timbul dan tenggelam bersama rakyat’. Lantas akhirnya kalian benar-benar tenggelam dalam kekecewaan, dan sakit hati karena pengkhianatan.

Lalu hari ini kalian ingin kembali berkorban untuk sebuah pengkhianatan?

Bagi siapa pun yang berakidah Islam, siapa pun yang berkuasa jika tidak menerapkan Islam maka itu merupakan pengkhianatan. Karena tujuan politik dalam Islam adalah mengatur kehidupan dengan aturan Islam. Tujuan politik Islam bukan sekadar menjadikan si fulan berkuasa, tetapi menjadikan hukum Allah subḥānahu wa taʿālā berkuasa.

Kalau hari ini kalian memilih untuk kembali kecewa dan dikhianati, maka tenggelamlah sendiri dengan pilihan kalian. Jangan mengajak umat Islam lainnya, yang sadar atas problem politik sekuler demokrasi, untuk ikut tenggelam dalam kekecewaan dan pengkhianatan.

Umat Islam yang lurus adalah yang mencontoh dakwah Rasulullah ﷺ dan membuang jauh millah Yahudi dan Nasrani. Tidak tertipu oleh sistem demokrasi, dan hanya menjadikan dakwah sebagai jalan untuk menuju kemuliaan Islam, menuju penerapan syariat Islam. Islam hanya akan tegak dengan khilafah, bukan dengan pemilu dan pilpres dalam sistem demokrasi.

Masih Mau Ditipu Demokrasi?

Sudah saya katakan berulang ulang bahwa demokrasi itu milik kaum oligarki. Tidak ada kedaulatan rakyat, yang ada kedaulatan kapital, kedaulatan oligarki.

Untuk urusan pilpres misalnya. Yang menentukan siapa Presiden Republik Indonesia itu bukan rakyat Indonesia, melainkan oligarki. Oligarkilah yang menetapkan siapa yang memimpin bangsa Indonesia.

Kok bisa begitu?

Begini. Yang bisa menjadi capres itu orang yang diusulkan parpol atau gabungan parpol yang lolos presidential threshold. Parpol akan mengusung capres yang direstui pemodal, karena Parpol juga butuh duit. Pemodal akan membiayai parpol dan capres yang sejalan dengan visi mereka, yakni menjadikan kekuasaan untuk melayani kepentingan bisnis mereka.

Setelah capres lolos verifikasi oligarki, barulah mereka berlaga di pilpres. Hanya capres yang direstui oligarki yang bisa dipilih rakyat.

Oligarki melihat capres itu sebagai ladang investasi. Dalam doktrin investasi, tidak boleh meletakkan telur di satu keranjang. Harus menyebarkan telur investasi di semua keranjang. Di keranjang mana pun telur menetas, oligarki tetapi untung.

Itu artinya semua capres dikendalikan oligarki. Semua capres siapa pun yang jadi, akan melayani kepentingan oligarki.

Rakyat disuruh antre ikut nyoblos saat pilpres, itu hanya menyuarakan pilihan oligarki. Siapa pun capres yang dipilih rakyat, oligarkilah pemenangnya.

Lain soal kalau pilpres dilakukan dengan cara menyediakan bolpoin dan kertas putih. Rakyat yang datang ke TPS dipersilakan menuliskan nama capresnya. Suara terbanyak menjadi presiden, suara runner up menjadi wakil presiden.

Pilihan seperti ini benar-benar memberikan kekuasaan penuh kepada rakyat untuk memilih pemimpinnya. Rakyat bisa menuliskan nama capres sekehendaknya, tidak bisa dikangkangi oligarki dan partai politik.

Rakyat bisa menuliskan nama HRS, UAS, UAH, hingga Ahmad Khozinudin bahkan menuliskan namanya sendiri sebagai capres. Kalau pilpres model oligarki, nama yang bisa dicoblos ya hanya yang disediakan dalam kertas suara.

Jadi, demokrasi itu sistem menipu. Presiden yang menang itu bukan pilihan rakyat, melainkan pilihan oligarki. Wajar setelah terpilih melayani kepentingan oligarki. Mereka hanya membela rakyat saat kampanye saja. []

Sumber: Ahmad Khozinudin

About Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Categories