Polisi Sebut Tiga Unsur Penyebab Radikalis Menjadi Teroris
Polisi Sebut Tiga Unsur Penyebab Radikalis Menjadi Teroris
MUSTANIR.COM, Jakarta – “Radikalisme itu bahan untuk menjadi Terorisme. Tapi tidak semua orang radikal berani menjadi teroris,” kata Komjen Sulistyo Pudjo mengawali materi dalam diskusi bertema ‘Radikalisme dan Sistem Peradilan di Indonesia ‘ di The Habibi Center, Jakarta Selatan, Kamis (23/3).
Analis Kebijakan Madya Div Humas Polri ini mengatakan bahwa seseorang menjadi radikal itu bukanlah dikarenakan faktor ekonomi atau mencari posisi seperti ingin menjadi gubernur, misalnya. Akan tetapi, menurutnya, ada kombinasi tiga unsur yang cukup berbahaya.
“Orang menjadi radikal dan kemudian menjadi teroris karena ada 3 unsur ini, yang pertama adalah mereka yang memiliki ide atau pengalaman-pengalaman terdahulu, misalnya ada orang-orang dari agamanya belahan dunia lain, di sana dibunuhi, dan karena merasa ada afilisiasi keagamaan atau suku, maka melakukan tindakan teror,” ungkapnya.
“Misalnya di Myanmar. Karena ada Wirathu yang bakar-bakar orang Rohingnya, dan jika ada yang merasa berafiliasi keagamaan, maka nanti akan banyak terjadi teror,” lanjutnya.
Pudjo kembali memberi contoh, jika orang-orang dalam konflik poso juga sangat mudah menjadi teroris, karena ada motivasi berupa keluarganya yang meninggal.
“Unsur yang kedua adalah adanya dukungan terhadap radikalisme yang ia lakukan, baik secara real dan konvensional seperti perkumpulan ini, maupun nggak keliatan seperti di grup-grup WhatsApp,” lanjutnya.
Terakhir, unsur yang menyebabkan terjadinya radikalisme dan terorisme adalah adanya legitimasi dari ideologi. Ia menyebut ada banyak ideologi besar di dunia yang radikal.
“Banyak organisasi dan ideologi besar di negara dan dunia yang memang radikal, karenanya matilah presiden Srilanka, matilah Perdana Mentri India, semua ini disebabkan karena legitimasi independensi keagamaan. Ada juga Manhattan karena adanya radikal Kristen yang sangat militan,” ungkapnya.
“Sedangkan untuk yang Islam, ideologi yang berat adalah salafy jihadis, dan itu sangat berbahaya,” pungkasnya. (kn/rs)