MUSTANIR.net – Isra’ dan Mi’raj memang sering dipahami sebagai peristiwa spiritual perjalanan Nabi Muhammad ﷺ dari Masjidil Haram (Makkah) ke Masjidil Aqsha (Palestina) dan kemudian naik ke langit hingga Sidratul Muntaha. Namun, jika kita telaah lebih dalam, peristiwa ini mengandung nilai strategis yang sangat relevan dengan kondisi umat Islam, khususnya terkait Palestina yang saat ini berada dalam penjajahan.

Masjidil Aqsha di Palestina adalah bagian integral dari akidah Islam. Isra’ dan Mi’raj mempertegas kedudukan Masjidil Aqsha sebagai qiblat pertama umat Islam dan tanah para Nabi. Kedudukan strategis Palestina ini membuatnya bukan sekadar persoalan politik, tetapi bagian dari identitas keislaman. Penjajahan atas tanah Palestina merupakan serangan terhadap simbol Islam yang sakral.

Isra’ Mi’raj secara langsung menegaskan bahwa Masjidil Aqsha adalah bagian dari tanggung jawab umat Islam. Allah SWT tidak mengangkat tempat lain, tetapi memilih Masjidil Aqsha sebagai tujuan Isra’ Rasulullah ﷺ. Ini menunjukkan pentingnya menjaga, melindungi, dan membebaskan tanah Palestina dari segala bentuk penistaan dan penjajahan.

Isra’ dan Mi’raj juga mengajarkan bahwa tanah suci tidak boleh berada di bawah kekuasaan pihak yang menodai kehormatannya. Perjalanan Rasulullah ﷺ ke Masjidil Aqsha adalah simbol awal pembebasan. Dalam sejarah Islam, Palestina telah dibebaskan oleh Khalifah Umar bin Khattab pada tahun 638 M dan diperjuangkan kembali oleh Shalahuddin Al-Ayyubi dari kekuasaan Tentara Salib pada 1187 M. Hari ini, penjajahan atas Palestina menjadi tugas generasi umat Islam untuk melanjutkan semangat pembebasan ini.

Dalam perjalanan Mi’raj, Nabi Muhammad ﷺ memimpin shalat di Masjidil Aqsha dengan seluruh nabi sebagai makmum. Hal ini menegaskan pentingnya kepemimpinan yang amanah untuk menjaga umat dan simbol-simbol Islam. Hari ini, umat Islam membutuhkan kepemimpinan global yang mampu mengembalikan kehormatan Masjidil Aqsha dan membebaskan Palestina dari penjajahan.

Sayangnya, peringatan Rajab, termasuk Isra’ dan Mi’raj, sering kali dilakukan dengan fokus pada sisi spiritualnya, seperti kisah perjalanan Rasulullah ﷺ dan keajaiban peristiwa tersebut. Namun, hubungan strategis antara Isra’ Mi’raj dengan pembebasan Palestina sering kali terabaikan. []

Sumber: Yuana Ryan Tresna, M.Ag

About Author

Categories