
Jika Rakyat Turun ke Jalan, Itu Tanda Negara Sedang Sakit
MUSTANIR.net – Rakyat yang turun ke jalan sejatinya sedang menunjukkan kepedulian dan keberanian. Mahasiswa, buruh, petani, hingga masyarakat kecil yang berani menyuarakan penolakan terhadap kezaliman, hakikatnya sedang membuktikan bahwa nurani bangsa ini belum mati.
Aksi di depan DPR RI maupun perjuangan rakyat Pati menolak pajak mencekik, hanyalah sebagian bukti bahwa rakyat tidak tinggal diam saat negeri ini diperlakukan semena-mena. Semoga setiap jerih payah mereka bernilai amal salih dan mendapat ganjaran pahala di sisi Allah Ta‘ala.
Āmīn yā Rabbal ‘ālamīn.
Namun, perjuangan rakyat jangan hanya berhenti pada penolakan satu-dua kebijakan. Sebab, masalah utama bangsa ini bukanlah sekadar kebijakan yang menindas, tetapi sistem yang melahirkannya. Negeri ini berdiri di atas hukum buatan manusia—produk demokrasi yang rapuh, yang melahirkan pemimpin lemah, abai, dan sering menjadi kaki tangan kepentingan asing.
Karena itu, aksi jalanan yang hanya ditujukan untuk menggagalkan kebijakan tertentu tidak akan menyelesaikan akar persoalan. Demikian pula, berharap pada Pemilu hanyalah ilusi. Siapa pun yang terpilih, baik presiden maupun anggota legislatif, tetap terikat pada aturan demokrasi yang rusak. Alhasil, penderitaan rakyat akan terus berulang.
Jalan yang benar adalah melepaskan diri dari demokrasi dan menggantinya dengan sistem Islam. Inilah pelajaran agung dari Rasulullah ﷺ. Beliau tidak memperbaiki jahiliyah Makkah dengan tambal sulam, tetapi merombaknya secara total, lalu mendirikan tatanan baru yang adil dan diridhai Allah—yakni Daulah Islam.
Sikap ini pula yang ditegaskan Umar bin Khaththab raḍiyallāhu ʿanhū:
إِنَّا كُنَّا أَذَلَّ قَوْمٍ فَأَعَزَّنَا اللَّهُ بِالإِسْلَامِ، فَمَهْمَا نَبْتَغِ الْعِزَّةَ بِغَيْرِ مَا أَعَزَّنَا اللَّهُ بِهِ أَذَلَّنَا اللَّهُ
“Sesungguhnya dahulu kami adalah kaum yang hina, lalu Allah memuliakan kami dengan Islam. Jika kami mencari kemuliaan dengan selain Islam, niscaya Allah akan menghinakan kami.”
Begitu juga, Imam Malik rahimahullah menegaskan:
لَا يُصْلِحُ آخِرَ هَذِهِ الْأُمَّةِ إِلَّا مَا أَصْلَحَ أَوَّلَهَا
“Tidak akan bisa memperbaiki keadaan umat ini di akhir zaman kecuali dengan apa yang dahulu memperbaiki keadaan umat di awalnya.”
Pesan keduanya jelas: hanya Islam yang mampu menjadi jalan keluar bagi umat. Hukum buatan manusia harus ditinggalkan, diganti dengan hukum Allah yang menyeluruh. Lalu ditegakkan institusi Khilafah sebagai pelaksananya. Hanya dengan cara itu keadilan ditegakkan, rahmat Allah ditebarkan, dan Islam hadir sebagai rahmat bagi seluruh alam—baik Muslim maupun non-Muslim.
Perjuangan menegakkan syariat inilah yang sejak lama diemban Hizbut Tahrir. Namun, rezim zalim justru membubarkan mereka. Hizbut Tahrir dibubarkan bukan karena salah, bukan karena menyimpang, tetapi justru karena keberanian dan keteguhannya melawan sistem rusak dan rezim penindas. Sama seperti mahasiswa atau rakyat kritis yang dibubarkan paksa oleh aparat, Hizbut Tahrir pun menjadi korban karena istiqamah di jalan dakwah.
Sesungguhnya, Hizbut Tahrir konsisten berjuang murni karena akidah, ikhlas karena Allah, meneladani Rasulullah ﷺ, dan mencintai umat. Mereka tidak terjebak pada janji palsu demokrasi, tetapi membawa konsep perjuangan yang jelas: perubahan ideologis menuju tegaknya syariat Islam secara kaffah dalam naungan Khilafah.
Wahai rakyat Indonesia, sadarilah!
Jalan perubahan hakiki bukanlah melalui demokrasi, melainkan melalui perjuangan menegakkan syariat Islam. Sebab hanya dengan Islam, negeri ini akan kembali bermartabat, berdaulat, dan dirahmati Allah Ta‘ala. []
Sumber: Ahmad Zen – Jaringan Ulama Ideologis (JUI)
