Bendera-bendera Nasionalis Arab adalah Rancangan Penjajah

MUSTANIR.net – Agen imperialis Inggris, Sir Mark Sykes, merancang bendera nasionalis Arab untuk pemberontakan ke khilafah.

Usaha Inggris menguasai bangsa Arab di kekhalifahan Turki mencapai hasil dengan menemukan Syarif Mekkah, Husain bin Ali dari dinasti Hasyimiyah untuk memimpin pemberontakan ke khilafah. Pemberontakan ini butuh simbol maka Sir Mark Sykes bertugas merancang bendera-bendera Arab untuk menghimpun para pemberontak.

Bendera pemberontakan Arab adalah bendera yang digunakan kaum nasionalis Arab selama berontak melawan Khilafah Utsmaniyah dalam Perang Dunia I. Bendera-bendera ini dirancang oleh agen Inggris, Sir Mark Sykes, dalam upaya menciptakan sentimen kebangsaan (nasionalisme) Arab untuk memicu pemberontakan ke khilafah.

Ketika Perang Dunia I pecah pada Agustus 1914, Sir Mark Sykes memanfaatkan wawasan dia tentang Khilafah Utsmaniyah dengan terarah dalam intelijen militer. Pada Mei 1916, dia dikirim guna merundingkan pembagian batas Inggris-Prancis-Rusia pada wilayah khilafah di Timur Tengah bersama François Georges-Picot dari Quai d’Orsay.

Bendera pemberontakan Arab yang dirancang Sir Mark Sykes menjadi satu di antara bendera paling berpengaruh dalam sejarah veksilologi dengan kombinasi 4 warna pan-Arab pada bidang desain bendera. Warna pan-Arab adalah hitam, putih, hijau dan merah. Hitam mewakili dinasti Abbasiyah, hijau untuk Fatimiyah, putih untuk Ummayah, yang semua disatukan oleh segitiga merah selaku simbol bani Hasyim yang berharap menjadi penguasa negeri Arab.

Wilayah Islam Terpecah Belah oleh Nasionalisme

Dua belas bagian negara bangsa kini memakai desain yang diwarisi dari bendera rancangan Sir Mark Sykes, antara lain Yordania yang kini merupakan satu-satunya negeri dikuasai keturunan bani Hasyim setelah Saudi mengusir mereka dari Hijaz, dan kemudian pembantaian brutal pada kudeta 1958 membuat mereka kehilangan takhta di Irak.

Hijaz terlepas dari kekuasaan Islam dengan runtuhnya Khilafah Utsmaniyah sebagai akibat Perang Dunia I ketika Syarif Mekkah membuat kesepakatan dengan Inggris bahwa penduduk Arab akan dihasut untuk memberontak melawan Turki dengan dijanjikan imbalan terbentuknya suatu negara berdasarkan persatuan kebangsaan Arab. Hijaz punya infrastruktur strategis, terutama jalur kereta api, yang digunakan Turki memperkuat pasukan di wilayah ini.

Pada 1916, Syarif Mekkah menobatkan diri sebagai Raja Hijaz karena tentara Syarif berpartisipasi dengan pasukan Arab lainnya dan Inggris dalam mengusir orang Turki dari semenanjung Arab. Hasyimiyah adalah sekutu Inggris dalam konflik melawan Khilafah Utsmaniyah. Seusai perang, bani Hasyim diberikan kekuasaan pada wilayah Hijaz di Arabia, Yordania, termasuk di Suriah Raya dan Irak.

Kerajaan itu dianeksasi pada 1925 oleh Kesultanan Nejd di bawah dinasti Saud yang bangkit dan bergabung selaku kerajaan Nejd dan Hijaz, yang akhirnya dikenal sebagai Arab Saudi pada 1932. Suriah Raya dibubarkan setelah hanya beberapa bulan berdiri pada 1920. Bani Hasyim digulingkan di Hijaz pada 1925 oleh dinasti Saud, dan di Irak pada 1958 oleh kudeta, namun bertahan di Yordania.

Rangkaian Bendera yang Memecah Belah Islam

Warna pan-Arab pertama kali digabungkan dalam bendera pemberontakan Arab pada 1916. Banyak bendera saat ini didasarkan pada warna pemberontakan Arab, seperti bendera Yordania, Kuwait, Palestina, Republik Demokratik Arab Sahrawi, Libya, dan Uni Arab. Emirat, dan dalam bendera persatuan 6 bulan Federasi Arab Irak dan Yordania.

Dari dekade 1950-an dan seterusnya, bagian warna pan-Arab, warna pembebasan Arab, menjadi terkenal. Ini terdiri dari tiga warna pita merah, putih dan hitam, dengan hijau kurang menonjol. Warna pembebasan Arab terinspirasi oleh penggunaan bendera pembebasan Arab dalam revolusi Mesir tahun 1952. Ini muncul di bendera Mesir, Irak, Sudan, Suriah, dan Yaman saat ini, dan sebelumnya di bendera negara-negara saingan Yaman Utara dan Yaman Selatan, dan dalam serikat Arab berusia pendek dari Republik Persatuan Arab dan Federasi Republik Arab.

Meski cakupan pemberontakan Arab terbatas dan lebih dilakukan Inggris daripada orang Arab sendiri, bendera ini memengaruhi bendera nasional negara Arab yang muncul setelah Perang Dunia I. Bendera yang terinspirasi oleh motif pemberontakan Arab termasuk Mesir, Yordania, Irak, Kuwait, Sudan, Suriah, UEA, Yaman, gerakan nasional Palestina (juga digunakan PLO dan otoritas Palestina), Somaliland, Republik Demokratik Arab Sahrawi, dan Libya.

Palestina memakai bendera yang identik dengan kerajaan Hasyimiyah di Hijaz, Partai Ba’ath sosialis Arab serta Federasi Arab Irak dan Yordania yang berusia pendek. Bendera Palestina juga mirip bendera Yordania dan Sahara Barat yang semua terinspirasi dari pemberontakan Arab melawan kekuasaan Khilafah Utsmaniyah (1916-1918).

Simbol yang digunakan oleh kalangan nasionalis Arab di Palestina pada paruh pertama abad ke 20 adalah bendera pemberontakan Arab. Bendera tersebut dirancang Sir Mark Sykes dari Kantor Luar Negeri Inggris kemudian digunakan oleh Syarif Husain sekitar 1917 dan dengan segera dianggap sebagai bendera gerakan nasional Arab di Masyriq.

Menurut sejarawan Universitas Stanford, Joshua Teitelbaum, pengakuan Sir Mark Sykes selaku perancang bendera pemberontakan Arab ditegaskan oleh penulis biografi Sykes pada 1923 dan Husain bin Ali ketika pada 1918 berkata ke Woodrow Wilson bahwa itu lambang kekuasaan Hasyimiyah atas dunia Arab. Di suatu versi, Sykes menawarkan sejumlah rancangan ke Husain yang memilih bendera itu kemudian dia gunakan untuk melawan kekhalifahan Turki.

Jangan Sepelekan Makna Bendera bagi Umat

Selaku muslim, kita punya proses menyaring dan mempertanyakan asal dari segala sesuatu. Seperti ketika diberi makanan, kita mempertanyakan sumber makanannya, apakah itu halal/tayyib? Atau ketika disampaikan sabda Nabi ﷺ, kita bertanya-tanya apakah rangkaian narasinya, dan apakah kekuatan otentisitasnya? Demikian pula bila beli produk, kita pastikan dulu itu bukan dari perusahaan yang turut memberi kontribusi bagi penindasan kepada muslim.

Lalu bagaimana dengan bendera-bendera yang selama ini dikibarkan oleh kaum muslimin, terutama ketika membela Palestina sebagai negeri milik seluruh umat Islam di dunia? Bukankah seharusnya diterapkan proses penyaringan serupa dan menelusuri asal usul bendera warna warni yang dikibarkan itu? Bukankah itu justru bendera kebangsaan (nasionalisme) yang dirancang kafir penjajah guna mempertahankan dan melanjutkan perpecahan pada umat Islam?

Setelah mengerti sejarah serta asal usul bendera kebangsaan yang dirancang oleh penjajah ini sepatutnya kesadaran kita tergugah bahwa hanya satu bendera yang layak kita kibarkan yaitu bendera tauhid yang akan membebaskan negeri-negeri kaum muslimin dari cengkraman kuffar dengan terwujudnya kesatuan umat Islam sedunia di bawah panji lā ilāha illallāhu muḥammadan rasulullāh. []

Sumber: Amir Mustanir

About Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Categories