
Dorongan Barat untuk Reformasi Islam
MUSTANIR.net – Secara politis, Barat tidak mampu menanggung kembalinya Islam sebagai sebuah peradaban. Kelangsungannya bergantung pada pengupasan kekuatan kolektif Islam, mereduksinya menjadi keyakinan pribadi, dan memutus kemampuannya untuk membentuk hukum, politik, dan ekonomi.
Seruan untuk “reformasi” bukanlah tentang fikih atau itjihad, atau ikhtilaf hukum, melainkan tentang kekuasaan. Seruan-seruan ini dirancang untuk melestarikan perpecahan umat dan memastikan bahwa sumber dayanya yang melimpah, wilayah-wilayah strategis, dan dua miliar penduduknya tetap terikat pada sistem keuangan yang runtuh.
Bahaya bagi Barat jelas. Jika Umat Islam merebut kembali kedaulatan Allah SWT dan mencabut legitimasi dari sistem buatan manusia, dominasi Barat akan runtuh.
Tanpa kepatuhan umat Islam, sumber kekayaan dan tenaga kerja terakhir di dunia akan hilang dari mereka. Tiongkok, Rusia, dan negara-negara lain telah mengisolasi diri dari kendali keuangan Barat. Ketika pintu-pintu itu tertutup, dunia Muslim menjadi pilar terakhir yang diharapkan Barat untuk bersandar.
Inilah mengapa agenda reformis didorong begitu agresif. Labelnya mungkin berbeda, “Islam moderat”, “iman progresif”, “modernisasi”, tetapi tujuannya sama: melubangi Islam dari dalam, mengubahnya menjadi serangkaian ritual yang tidak berbahaya, sekaligus memastikan umat Islam tetap terikat pada status quo.
Barat tidak takut salat, puasa, atau haji. Yang mereka takuti adalah otoritas Islam untuk memerintah, menyatukan, dan menantang hegemoni sekuler.
Umat harus mengakui serangan ini apa adanya. Reformasi bukanlah pembaruan, melainkan pelucutan senjata. Reformasi membentuk kembali Islam agar sesuai dengan kebutuhan tatanan yang sedang membusuk.
Terimalah, dan umat Islam akan tereduksi menjadi identitas yang kosong: bangga akan masa lalu, namun tak berdaya di masa kini; kaya akan sumber daya, namun tak mampu mengendalikannya; besar jumlahnya, namun terpecah belah dan tanpa arah.
Namun Islam menawarkan jalan lain. Jika kedaulatan dikembalikan kepada Allah SWT, jika Islam sekali lagi berdiri sebagai sistem kehidupan yang komprehensif, maka krisis Barat menjadi sebuah peluang. Peradaban yang dibangun di atas tauhid tidak akan lagi menjadi penyelamat bagi kemunduran Barat, melainkan akan menjadi alternatifnya.
Inilah pilihan yang sesungguhnya. Ini bukan tradisi versus modernitas, bukan pula konservatisme versus liberalisme. Ini adalah kedaulatan versus penaklukan.
Reformasi berarti berserah diri. Kedaulatan hanya milik Allah (SWT). Dan umat harus memutuskan di mana posisinya. []
Sumber: Abdul Hafeez
