Renungan Menyambut Idul Fitri: Bersama Umat Tegakkan Khilafah ar-rasyidah
Renungan Menyambut Idul Fitri: Bersama Umat Tegakkan Khilafah ar-rasyidah
Beberapa hari lagi, atas izin Allah SWT, kita akan merayakan Hari Raya Idul Fitri. Pada hari itu kita pantas bersyukur kepada Allah SWT. Allahlah Yang telah memberi kita kesempatan untuk menikmati Idul Fitri yang penuh bahagia setelah sebulan penuh kita berpuasa, agar kita menjadi insan-insan yang bertakwa.
Namun, di tengah rasa bahagia itu, kita tidak boleh melupakan kondisi umat Islam terkini, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Pasalnya, masih banyak persoalan datang silih berganti seakan-akan tidak mau berhenti.
Ekonomi Terus Memburuk
Di dalam negeri kebijakan-kebijakan neoliberalisme terus menggila. Harga-harga barang dan jasa terus naik. Harga BBM lebih dulu naik akibat subsidi BBM dicabut. Harga gas elpiji naik. Tarif listrik juga naik. Bahkan tahun 2016 mendatang subsidi listrik untuk pelanggan Rumah Tangga 450 watt dan 900 watt akan dihilangkan. Artinya, pelanggan Rumah Tangga 450 watt dan 900 watt nantinya harus membayar hampir dua kali lipat dari tarif listrik yang dibayar saat ini. Masih banyak masalah lainnya yang menimpa hampir di semua sektor. Para penguasa seakan-akan tak peduli lagi dengan rakyatnya. Mereka mencabut subsidi seenaknya walaupun rakyatnya sudah sangat menderita.
Kita juga melihat nilai tukar dolar AS semakin kuat, sementara nilai rupiah makin melemah. PHK (pemutusan hubungan kerja) mulai merajalela akibat lesunya perekonomian di negeri ini. Sebagian ekonom malah memperingatkan, jika kondisi ekonomi saat ini terus berlanjut, maka negeri ini akan masuk dalam resesi ekonomi. Krisis ekonomi pun siap melanda.
Anehnya, dalam situasi ini, sikap penguasa terhadap perusahaan asing justru sebaliknya. Contohnya terhadap PT Freeport yang menguasai tambang emas, perak dan tembaga di Papua. Tambang yang dalam syariah Islam seharusnya menjadi milik kita bersama (milkiyyah ‘âmmah), dieksploitasi secara rakus oleh PT Freeport yang banyak melanggar aturan yang ada. Sudah tiga tahun (tahun 2012, 2013 dan 2014) PT Freeport tidak membayar dividen kepada Pemerintah Indonesia. Tahun ini pun PT Freeport gelagatnya juga tidak akan membayar deviden kepada Pemerintah. Alasannya untuk investasi. PT Freeport juga tidak kunjung membangun smelter untuk mengolah bahan mentah. Anehnya, meski sudah banyak melanggar peraturan yang ada, PT Freeport tetap dibiarkan saja oleh Pemerintah. Bahkan Pemerintah tunduk tak berdaya dan justru menjadi pelayannya. Buktinya, Pemerintah malah akan memperpanjang izin operasi PT Freeport selama 20 tahun lagi di Papua. Izin operasi Kontrak Karya (KK) akan diubah menjadi Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK). Itu hanyalah berganti nama, namun hakikatnya sama. Intinya, PT Freeport tetap leluasa mengeruk kekayaan milik rakyat di Bumi Papua. Jika percepatan IUPK itu bisa dilakukan pada 2015, artinya PT Freeport masih diizinkan merampok kekayaan kita 20 tahun lagi hingga tahun 2035. Bahkan sesuai UU Minerba, jika IUK sudah di dapat, PT Freeport punya hak memperpanjang izin tersebut dua kali sepuluh tahun. Jika semua itu terjadi, PT Freeport akan terus mengeruk kekayaan milik rakyat itu hingga tahun 2055.
Dunia Islam Makin Memprihatinkan
Kondisi umat Islam di luar negeri juga masih sangat memprihatinkan. Jangan lupakan saudara-saudara kita para pejuang syariah dan Khilafah yang ditindas diktator brutal Uzbekistan! Jangan lupakan saudara-saudara kita Muslim Rohingnya yang sengsara terombang-ambing di tengah lautan! Jangan lupakan saudara-saudara kita di Mesir yang ditindas oleh Presiden Jenderal al-Sisi yang telah menjadi tiran! Jangan lupakan saudara-saudara kita di Suriah yang dibunuh dan diperangi oleh pemimpinnya sendiri, Basyar Assad, yang menjadi setan! Semuanya mendapat dukungan penuh dari gembong kekufuran, yakni AS dan komplotannya.
Sungguh, kita tidak boleh mengabaikan kondisi umat yang demikian. Kita adalah umat yang satu. Penderitaan umat Islam di mana pun di muka bumi ini hakikatnya adalah penderitaan kita bersama sebagai satu umat. Rasulullah saw. pernah bersabda:
«اَلْمُسْلِمُوْنَ كَرَجُلٍ وَاحِدٍ إِنْ اِشْتَكَى عَيْنُهُ اِشْتَكَى كُلُّهُ وَإِنْ اِشْتَكَى رَأْسُهُ اِشْتَكَى كُلُّهُ»
Kaum Muslim itu laksana seorang laki-laki. Jika sakit matanya maka seluruh tubuhnya akan merasa sakit. Jika sakit kepalanya maka seluruh tubuhnya akan merasa sakit pula (HR Muslim).
Syariah Islam sebagai Solusi
Sesungguhnya Islam memiliki solusi tuntas untuk mengatasi kondisi umat yang masih memperihatinkan di atas. Kondisi umat itu dapat diumpamakan seperti orang yang sakit. Obatnya yang pas dan mujarab hanyalah syariah Islam saja.
Syariah Islam telah mengharamkan kebijakan-kebijakan neoliberalisme yang menimbulkan derita. Kebijakan neoliberalisme itu lahir dari neoimperialisme (penjajahan gaya baru) dari negara-negara kafir penjajah, baik secara langsung maupun melalui lembaga-lembaga mereka seperti IMF, WTO, ADB, dan Bank Dunia. Adanya dominasi dan penguasaan pihak asing atas kita ini sebenarnya telah diharamkan oleh Allah SWT, sesuai firman-Nya:
]وَلَنْ يَجْعَلَ اللَّهُ لِلْكَافِرِينَ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ سَبِيلاً [
Allah sekali-kali tidak akan pernah memberikan jalan bagi kaum kafir untuk menguasai kaum Mukmin(TQS an-Nisa` [4]: 141).
Syariah Islam juga telah mewajibkan kita mengelola tambang-tambang besar, seperti di Papua, sebagai milik kita bersama (milkiyyah ‘âmmah), bukan sebagai milik pribadi yang dapat dieksploitasi oleh korporasi (perusahaan) swasta. Nabi saw. terbukti pernah membatalkan pemberian tambang kepada pribadi yang depositnya sangat besar. Ibn al-Mutawakkil menuturkan riwayat dari Abyadh bin Hamal yang bertutur bahwa:
أَنَّهُ وَفَدَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَاسْتَقْطَعَهُ الْمِلْحَ – قَالَ ابْنُ الْمُتَوَكِّلِ الَّذِى بِمَأْرِبَ – فَقَطَعَهُ لَهُ فَلَمَّا أَنْ وَلَّى قَالَ رَجُلٌ مِنَ الْمَجْلِسِ أَتَدْرِى مَا قَطَعْتَ لَهُ إِنَّمَا قَطَعْتَ لَهُ الْمَاءَ الْعِدَّ. قَالَ فَانْتَزَعَ مِنْهُ
Ia pernah datang kepada Rasulullah saw. Lalu ia meminta (tambang) garam—Ibn al-Mutawakkil berkata, “Yang ada di Ma’rib.” Beliau lalu memberikan tambang itu kepada dia. Ketika dia (Abyadh bin Hamal) pergi, seseorang di majelis itu berkata, “Apakah Anda tahu apa yang Anda berikan? Sungguh, Anda telah memberi dia (sesuatu laksana) air yang terus mengalir.” Ibn al-Mutawakkil berkata, “Rasul lalu menarik kembali (tambang itu) dari dia (HR Abu Dawud, at-Tirmidzi dan al-Baihaqi).
Syariah Islam juga telah mewajibkan kita untuk memberikan pertolongan kepada saudara sesama Muslim yang menderita, seperti Muslim Rohingya, sesuai firman-Nya:
] وَإِنْ اسْتَنصَرُوكُمْ فِي الدِّينِ فَعَلَيْكُمْ النَّصْرُ[
Jika mereka meminta pertolongan kepada kalian dalam (urusan pembelaan) agama maka kalian wajib memberikan pertolongan (TQS al-Anfal [7]: 72).
Pentingnya Khilafah
Pertanyaannya, bagaimana caranya agar syariah Islam dapat berfungsi efektif mengatasi masalah-masalah umat yang ada? Di sinilah kita harus memahami, bahwa syariah Islam memerlukan sebuah negara yang menerapkannya. Itulah yang dinamakan Khilafah ar-Rasyidah. Hanya dalam negara Khilafah ar-Rasyidah saja syariah Islam dapat diterapkan secara seutuhnya.
Tanpa Khilafah ar-Rasyidah mustahil umat Islam dapat lepas dari neoliberalisme dan neoimperialisme yang terus menjadi sumber derita. Tanpa Khilafah ar-Rasyidah tidak mungkin kita dapat mengelola sumberdaya alam umumnya dan tambang khususnya dengan baik agar rakyat hidup sejahtera. Tanpa Khilafah ar-Rasyidah tidak mungkin kita dapat secara sempurna menolong saudara-saudara kita yang tertindas oleh para penguasa yang durjana. Maka dari itu, semua kaum Muslim harus berjuang bersama menegakkan Khilafah ar-Rasyidah.
Sesungguhnya Khilafah ar-Rasyidah bukanlah ajaran asing bagi kita. Khilafah ar-Rasyidah adalah kewajiban yang telah disepakati oleh para ulama kita meskipun keberadaannya sejak tahun 1924 di Turki telah sirna akibat persekongkolan Inggris, gembong penjajah, dengan Mustafa Kamal Attaturk yang menjadi anteknya.
Insya Allah, Khilafah ar-Rasyidah akan segera tegak kembali meskipun negara kafir Amerika dan antek-anteknya membencinya. Pasalnya, kembalinya Khilafah adalah janji Allah SWT kepada kita:
]وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي اْلأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَىٰ لَهُمْ …[
Allah telah berjanji kepada orang-orang beriman dan beramal salih di antara kalian, bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa; juga akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah Dia ridhai untuk mereka… (TQS an-Nur [24]: 55).
Kepastian bahwa Khilafah ar-Rasyidah bakal kembali tegak juga sudah disampaikan oleh Rasulullah saw. sebagai berita gembira melalui sabdanya:
«ثُمَّ تَكُوْنُ خِلاَفَةٌ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ»
Kemudian (setelah masa penguasa diktator/mulkan jabriyyat[an]) akan ada kembali Khilafah yang mengikuti jalan kenabian (HR Ahmad dan al-Bazzar).
WalLâh a’lam bi ash-shawâb. []