Runtuhnya Turki Usmani: Mengingat Peristiwa 3 Maret 1924
MUSTANIR.net – Pada tanggal 3 Maret 1924 menjadi duka tersendiri bagi seluruh umat Muslim dunia. Dimana Khilafah Ustmaniyah atau juga dikenal dengan Kesultanan Turki Utsmani (Ottoman) runtuh. Kejayaan Islam selama 13 abad lalu dan yang telah menguasai 2/3 wilayah dunia tersebut saat ini hanya bisa menjadi fakta sejarah yang tak akan bisa dilupakan oleh umat manapun.
Ottoman atau Usmani adalah sebuah bangsa yang berhasil menaklukkan Konstantinopel dan mengakhiri riwayat kekaisaran Romawi Timur/Byzantium. Selain itu Ottoman juga terkenal dengan pasukan Janissery-nya yang menjadi salah satu pasukan terkuat di Abad Pertengahan. Namun, kita tidak lagi bisa menemukan Bangsa Ottoman di masa kini karena bangsa tersebut sudah runtuh dan tergantikan oleh Republik Turki.
Bergantinya Kesultanan Ottoman menjadi Republik Turki adalah penyebab merosotnya kekuatan Ottoman selama berabad-abad. Dimulai dengan berhentinya ekspansi wilayah Ottoman, kemudian diikuti dengan wilayah-wilayah Ottoman yang memilih melepaskan diri dan puncaknya ketika mereka mengalami kekalahan dalam Perang dunia I.
Peristiwa tersebut menyebabkan kelompok Nasionalis Sekuler di Ottoman untuk mengangkat senjata dan memerangi pasukan dari negara-negara yang menduduki wilayah Ottoman. Menghasilkan kemenangan atas negara-negara tersebut sekaligus mengubah Turki dari Kesultanan Ottoman menjadi Republik Turki.
Runtuhnya kerajaan Turki Usmani diakibatkan oleh pemimpin-pemimpin yang lemah dan tidak berwibawa serta mempunyai keperibadian dan sifat yang tidak baik. Lemahnya semangat para prajurit Usmani mengakibatkan Turki Usmani mengalami kekalahan dalam beberapa peperangan, ekonomi menjadi semakin memburuk, munculnya budaya pungli, pemberontakan tentara Jenisari, terjadinya stagnasi dalam bidang ilmu pengetahuan, lemahnya para penguasa dan pemerintahan tidak berjalan dengan semestinya.
Penguasa Turki Usmani hanya melakukan ekspansi, perluasan wilayah namun tanpa memperhitungkan penataan sistem pemerintahan sehingga mengakibatkan wilayah-wilayah yang jauh dari pusat pemerintahan direbut oleh musuh-musuh dan sebagian yang lainnya memilih untuk melepaskan diri. Selain itu, wilayah kekuasaan yang sangat luas juga menyebabkan pemerintahan kesulitan menjalankan pemerintahan.
Hal di atas menunjukkan bahwa kemajuan dan kemunduran suatu bangsa dapat dilihat dari watak para penguasanya. Kerajaan Turki Usmani berjaya ketika dipimpin oleh Pemimpin-Pemimpin yang memiliki komitmen memajukan bangsanya. Seperti selain mengadakan perluasan, tak lupa bangsa tersebut untuk melakukan penataan dalam negeri yang dikuasainya. Memperbaiki pengelolaan administrasi negara, memajukan bidang militer dan pertahanan, memajukan bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan kebudayaan serta yang tak kalah penting adalah kehidupan agama yang akan membentengi bangsa dari hal-hal yang bersifat amoral. Sebaliknya Bangsa dengan Pemimpin dan penduduk yang lemah serta dengan akhlak buruk, terjadi stagnasi dalam bidang ilmu pengetahun, teknologi dan kebudayaan merupakan bayangan akan kehancuran sebuah pemerintahan.
Runtuhnya Kesultanan Ottoman oleh masyarakat di luar Turki mengundang simpati dari golongan liberal dan sekuler yang beranggapan bahwa kelompok Nasionalis Turki sukses membangkitkan Turki dari yang awalnya merupakan negara terbelakang di Eropa menjadi salah satu kekuatan regional seperti saat ini. Di sisi lain datang juga kecaman dari golongan Muslim Konservatif karena akibat dari peristiwa tersebut, Turki tidak lagi menjadi Negara Islam. Selain itu kecaman datang juga dari luar etnis Turki karena pemerintahan Turki cenderung mengucilkan hak-hak dari etnis minoritas Turki.
Runtuhnya Kesultanan Ottoman menjadi episode kelam dalam sejarah Islam. Namun kejadian ini terjadi tidak untuk ditangisi ataupun diratapi, melainkan bagaimana kita mengambil pelajaran agar umat Islam memahami apa penyebab kejayaan dari sebuah negara dan faktor yang menyebabkan terjadinya kehancuran sebuah negara. (sao)
Sumber: Suara Muhammadiyah