Sembilan Orang Tewas Akibat Bencana Asap
Sembilan Orang Tewas Akibat Bencana Asap
Mustanir.com – Kebakaran hutan dan lahan masih melanda sebagian wilayah Indonesia. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat setidaknya sudah sembilan orang yang tewas akibat dampak langsung maupun tidak langsung dari kebakaran kebakaran hutan tersebut. “Sejak Juni sampai hari ini ada sembilan orang,” kata Sutopo di Graha BNPB, Jakarta Timur, Ahad (11/10).
Sutopo mencontohkan, pasangan di Kabupaten Kampar yang meninggal karena terbakar. Sedangkan yang menderita infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) akibat menghirup kabut asap selama 100 hari terakhir, Sutopo mengatakan, BNPB memprediksi setidaknya 400 ribu jiwa yang menjadi korban. Sebagian besarnya adalah warga provinsi Riau dan Sumatra Selatan.
Sutopo mengakui tidak mudah memadamkan kebakaran hutan yang saat ini melanda. Selain faktor gelombang panas El Nino yang berlangsung hingga akhir November, karakteristik lahan gambut juga menyebabkan pemadaman sulit dilakukan.
“Presiden memerintahkan BNPB untuk menyelesaikan masalah dalam waktu dua minggu, kita berpegang pada hal itu, dan akan berusaha sebaik-baiknya,” kata dia.
Karena Bencana Asap Warga Beli Oksigen
Kesehatan warga kian terancam akibat kabut yang terus menguar. Udara pun pada tingkat pencemaran yang berbahaya akibat kabut asap pembakaran lahan dan hutan. Demi menjaga asupan oksigen ke tubuh, sejumlah warga Pekanbaru terpaksa membeli tabung oksigen guna merasakan udara segar. Innalillahi wa inna ilaihi roji’un.
“Kami dikasih Allah udara untuk bernapas yang bersih, sekarang kita mesti beli. Terasa sekali gitu, gimana bernapas kalau harus beli (oksigen),” kata salah satu warga Pekanbaru, Herlia Santi, Ahad (4/10/2015), lansir Republika.
Dia menjelaskan, sudah beberapa waktu ini mengidap batuk yang tak kunjung sembuh akibat paparan kabut asap. Belakangan, ia juga mengalami sesak nafas. Herlia akhirnya menyerah dan membeli tabung oksigen portabel, kemarin. “Soalnya saya sudah sesak. Enggak bisa nahan lagi,” ujar dia.
Oksigen portabel yang ia beli berukuran 500 cc. Alat yang harganya sekitar Rp 48 ribu itu, dapat digunakan untuk 10-15 kali semprot. Sebagian rekan-rekannya memilih tabung oksigen berukuran tujuh meter kubik yang harganya Rp 800 ribu hingga Rp 900 ribu yang bisa digunakan untuk lima hari.
Dinas Kesehatan Provinsi Riau mencatat, polusi asap di berbagai kabupaten/kota sejak lebih sebulan terakhir telah mengakibatkan 54.135 warga menderita sakit. “Penyakit paling banyak adalah infeksi saluran pernafasan atas dengan jumlah sebanyak 44.960 orang,” kata Kepala Dinas Kesehatan Riau Andra Sjafril, kemarin.
Kondisi serupa terjadi di Palangka Raya, Kalimantan Tengah. Pada pukul 10.00 WIT, Ahad (4/10), konsentrasi partikulat di kota itu mencapai angka 1.949,42 ugram/m3. Kendati sempat turun pada siang hari, angka tersebut naik kembali menjadi 1.647,22 pada 19.00 WIT.
Hertiani, warga Petuk Ketimpun, Palangka Raya, juga mengaku terpaksa membeli tabung oksigen. Ia khawatir udara di Palangka Raya membahayakan perkembangan janinnya yang baru berusia enam bulan.
Dia mengatakan, sudah sebulan terakhir tidak keluar rumah dan terpaksa menghirup udara segar dari tabung oksigen yang dibeli dari apotik demi menjaga kesehatan anak yang sedang di kandung. “Kalau bisa, pemerintah menyediakan secara gratis tabung oksigen. Itu paling dibutuhkan masyarakat, khususnya anak-anak dan ibu hamil,” kata Hertiani.
Sebagaimana diketahui kabut asap pekat akibat kebakaran hutan dan lahan yang menyelimuti Sumatra dan Kalimantan sejak sebulan lalu belum juga tertangani.
Di Pekanbaru, Riau, indeks standar pencemaran udara (ISPU) terus menunjukkan angka mengkhawatirkan. Pada Ahad (4/10), konsentrasi partikulat di kota itu sempat mencapai angka 677,64 mikrogram per meter kubik (ugram/m3).
Dalam skala pencemaran udara itu, ambang batas pencemaran yang berbahaya bagi manusia terletak pada angka 350. Kondisi pencemaran dengan angka berkali-lipat dari ambang batas berbahaya tersebut sudah terjadi di Pekanbaru sebulan belakangan. (arrahmah/adj)