Siapakah Yang Membunuh Drakula Sesungguhnya?
Siapakah Yang Membunuh Drakula Sesungguhnya?
“Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukannya adalah sebaik-baik pemimpin, dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan.” (HR. Ahmad bin Hambal)
Sabda Rasulullah saw di atas diucapkan 800 tahun sebelum penaklukkan Konstantinopel (sekarang Istambul), ibu kota Kekaisaran Romawi. Banyak umat Islam yang belum tahu siapa itu Sultan Muhammad II yang bergelar Al-Fatih (Sang Penakluk). Sebaliknya banyak yang merasa tahu siapa itu Dracula, meski kebanyakan salah memahami.
Muhammad II Al-Fatih
Sultan Muhammad II atau Sultan Mehmed II (Mehmed adalah lafal Muhammad dalam bahasa Turki) merupakan seorang sultan Utsmani, penakluk Konstantinopel pada tahun 1453 M. Al-Fatih dididik oleh ayahnya, Sultan Murad II dengan terus menanamkan keimanan bahwa sabda Rasulullah saw itu pasti benar, cepat atau lambat Konstantinopel pasti jatuh. Al-Fatih disiapkan untuk menyambut bisyarah (kabar gembira) dari Rasulullah saw: sebagai sebaik-baik pemimpin dari sebaik-baik pasukan, seperti hadits riwayat Imam Ahmad dalam mukaddimah bulletin ini. Al-Fatih adalah seorang hafidz Quran, dan sejak kecil tidak pernah meninggalkan sholat Tahajjud dan sholat rawatib dalam keadaan perang sekalipun. Usianya kurang dari 21 tahun saat memimpin penaklukkan Konstantinopel. Kisah kepahlawanannya, sebagaimana kisah para khulafaur rasyidin, para sahabat, dan salafush shalih, harus diingat sebagai bentuk penghormatan dan kebanggaan kita, umat Islam.
Vlad III Dracula
Adapun Dracula, merupakan salah satu contoh manipulasi sejarah pihak Barat/Kristen. Sosok Dracula digambarkan sebagai vampire, atau siluman kelelawar yang suka menghisap darah, dan sangat takut akan salib, sinar matahari, dan bawang putih (…???). Sungguh lucu, bagaimana Dracula akan takut dengan salib, padahal sehari-hari dia masuk-keluar gereja dengan selalu membawa salib, dan berjubah dengan lambang salib. Ya, karena Dracula adalah Panglima Perang Salib dari Wallachia (sekarang Romania). Perseteruan Al-Fatih dengan Dracula merupakan kisah nyata di periode akhir Perang Salib di abad-15. Dracula yang bernama asli Vlad III adalah anggota Ordo Naga, sebuah komando pasukan elit Kristen yang dibentuk oleh Kaisar Sigismund dari Romawi dan Paus Eugene IVdari Vatikan untuk menghentikan gerak maju Islam dalam Perang Salib.
Jauh sebelum pertempuran Al-Fatih vs Dracula, Vlad II, ayah dari Dracula, meminta suaka kepada Turki Utsmani ketika kekuasaanya di Wallachia digulingkan oleh seteru politiknya dengan dukungan Kaisar Romawi dan Ordo Naga. Merasa dikhianati saudara seiman, Vlad II membelot dan mendukung Utsmani. Bahkan Vlad II menitipkan kedua anaknya kepada Sultan Murad II dan dididik di Istana Sultan Utsmani. Ketika tumbuh dewasa, Radu Cel Frumos, adik Dracula masuk Islam dan menjadi mujahid Utsmani. Sebaliknya Dracula menjadi pengkhianat, dan tidak tahu berterima-kasih. Setelah berpura-pura menjadi muallaf dan diangkat menjadi ‘amir Wallachia oleh Utsmani, dia justru balik bergabung dengan Pasukan Salib dan Ordo Naga nya, untuk memerangi umat Islam dan Turki Utsmani yang telah membesarkannya.
Pada masa-masa itu penyebaran Islam di Eropa semakin pesat karena simpati rakyat Eropa terhadap akhlak prajurit muslim. Orang Eropa yang tetap Kristen diperlakukan lebih adil dan lebih manusiawi dibanding ketika masih dalam kekuasaan raja-raja Kristen. Setiap penaklukan oleh prajurit Islam, orang tua, wanita, dan anak-anak tidak disentuh sama sekali. Kebalikan dari pasukan Salib yang dalam setiap penyerbuannya selalu membunuhi semua kaum muslim yang ada dan membakar masjid. Melihat pesatnya penyebaran Islam, Dracula menggunakan tangan besi dalam membendung gerak maju Islamisasi Eropa.
Salah satu bentuk penyiksaan Dracula terhadap kaum muslim yang sangat melegenda adalah penyulaan, yaitu menusuk dubur korban dengan kayu sebesar lengan orang dewasa yang ujungnya dilancipkan. Korban yang telah ditusuk kemudian dipancangkan sehingga tubuh korban akan merosot turun sehingga kayu sula menembus dan keluar dari tenggorokan atau mulut. Begitu penyulaan dimulai lolong kesakitan dan jerit penderitaan memenuhi ladang pembantaian. Siksaan keji ini tidak hanya dilakukan terhadap prajurit Utsmani, tetapi juga kepada rakyat tak berdosa, seperti orang tua, wanita, anak-anak, dan bayi-bayi muslim. Tidak kurang dari 300 ribu umat Islam disula seperti itu, dan dipancangkan sehingga taman penyiksaan tersebut dijuluki sebagai hutan mayat yang dipancang. Ini kisah nyata ya… bukan fiksi! Sejarawan Eropa dan Kristen yang jujur pasti mengakuinya.
Al-Fatih menumpas Dracula
Pada tahun 1462, 9 tahun setelah penaklukkan Konstantinopel, Al-Fatih mengirimkan 90 ribu pasukannya menyerbu Wallachia dengan Radu, adik Dracula, sebagai komandannya. Wallachia berhasil ditaklukkan. Namun Dracula dapat lolos dan baru 14 tahun kemudian Dracula terbunuh dalam peperangan yang dipimpin langsung oleh Al-Fatih di tepi danau Snagov, Romania. Kepala Dracula dipenggal, dan dibawa untuk ditancap di alun-alun kota Konstantinopel, sebagai bukti bahwa setan berujud manusia tersebut bisa dikalahkan oleh pasukan tauhid.
Penutup
Kekejaman Dracula ini selalu disamarkan dengan mitos dan cerita-cerita fiktif, dan sama sekali tidak membuat Uni Eropa dan Badan HAM PBB mencapnya sebagai penjahat kemanusiaan. Justru terbunuhnya puluhan ribu prajurit Armenia oleh pasukan Utsmani di medan perang dianggap genoside dan pelanggaran HAM berat. Maka sudah seharusnya umat Islam melek sejarah, tidak mau lagi dibohongi oleh media-media Barat, dan harus bangga dengan pahlawan-pahlawannya.
Wallahu’alam bishshowab.
Biografi Singkat Dracula
Ayah Dracula bernama Vlad II, dan kakeknya adalah Mircea I. Mereka semua adalah voivode (pangeran untuk jabatan sekelas gubernur negara bagian) turun-temurun untuk wilayah Wallachia, bagian dari kerajaan Romawi. Kakek-anak-cucu ini memiliki kegemaran yang sama, yaitu menyiksa orang. Sedari kecil Dracula dilatih oleh ayah dan kakeknya untuk tahan dan tertawa melihat penyiksaan orang. Adapun Radu adalah adik tiri Dracula. Radu masih polos, belum sempat diajari kekejaman oleh ayahnya. Radu dijuluki Cel Frumos, dalam bahasa Indonesia artinya kurang lebih si ganteng.
Ketika Vlad II terpilih menjadi anggota Ordo Naga, saking bangganya kemanapun dia pergi selalu menggunakan atribut ordo, berupa gambar naga. Sehingga Vlad II dijuluki Dracul (bahasa Romania untuk naga). Anak Vlad II adalah Vlad III dan menyebut dirinya dengan nama Dracula. Akhiran a dalam bahasa Romania berarti ibnu atau anak dari fulan. Jadi Dracula adalah anaknya Dracul atau anak sang naga.
Dengan bantuan Utsmani, Vlad II berhasil merebut kembali Wallachia. Kemudian Vlad II mengirimkan kedua anaknya, Dracula (13 tahun), dan Radu (5 tahun), ke Turki untuk dididik dan dibesarkan dengan cara-cara Utsmani (Islami). Dracula yang terlanjur dididik membenci Islam dan menikmati kekerasan, sangat membenci ayahnya karena meninggalkan Pasukan Salib dan Ordo Naga, serta cemburu kepada adiknya, Radu, yang sangat disayang Sultan Murad II dan bersahabat dengan Al-Fatih. Dracula dan Al-Fatih sejak awal bertemu selalu bertengkar, meskipun mereka tumbuh bersama di istana. Sejak kecil bakat keshalihan Al-Fatih sudah terlihat, dan sebaliknya bakat kebengisan Dracula juga sudah terlihat, seperti kegemarannya menyiksa binatang dengan cara disula. Kelak mereka ditakdirkan untuk saling mengalahkan. Al-Fatih yang penuh kharisma mewakili cahaya keadilan Islam dan Dracula yang penuh dengan kekejaman dan tipu muslihat mewakili kegelapan dan kelaliman.