itsgoingdown.org

Tiga Abad Anarkisme Eropa

MUSTANIR.net – Anarkisme punya akar panjang di Eropa. Istilah anarkisme berasal dari bahasa Yunani, anarkos, yang berarti tanpa penguasa. Namun, bentuk anarkisme yang berkembang luas saat ini terbentuk saat Revolusi Prancis, di mana industrialisasi meluas. Banyak orang marah terhimpit dan marah di bawah kekuasaan monarki dan kekuatan elite kapitalis.

Pierre Joseph Proudhon, filsuf Prancis ternama abad ke-19, adalah orang pertama yang mendapuk dirinya sebagai seorang anarkis. Ucapannya pada 1849 sangat terkenal: “Siapa pun yang menggunakan kekerasan untuk memerintah saya adalah seorang perebut kekuasaan dan seorang tiran, dan saya menganggapnya sebagai musuh saya.” 

Berbeda dengan pengertian kontemporer, Proudhon berusaha mengubah konotasi negatif penuh kekerasan yang kerap dilekatkan pada anarkisme. Menurut Proudhon, anarkisme adalah cara paling rasional dan adil untuk menciptakan ketertiban masyarakat. Antara lain dia menganjurkan apa yang dia disebut ‘mutualisme’ dan (melampaui zamannya) menciptakan konsep bebas pinjaman dari bank dan serikat pekerja untuk melindungi kepentingan buruh.

Menurut Brian Crabtree dalam The History of Anarchism, meski Proudhon tak mengakui hak milik, dia juga tak mendukung komunisme. Dia menggarisbawahi pentingnya hak pekerja untuk mengendalikan alat produksi sebagai bagian penting dari kebebasan. Proudhon adalah orang pertama yang menggagas serikat pekerja. Bersama rekan-rekannya, pada 1864 dia membentuk First International Workingmen’s Association, sebuah serikat buruh berskala internasional pertama di dunia.

Mikhail Bakunin, seorang intelektual Rusia, adalah nama penting berikutnya dalam perkembangan pemikiran anarkis di Eropa. Bakunin melarikan diri dari pengasingannya di Siberia pada 1861, dan berkeliling dunia hingga 1864 ketika akhirnya tiba di Italia. Di sini dia mengembangkan pemikiran Proudhon menjadi ‘anarkisme kolektif’, di mana pekerja bergabung secara setara untuk mengendalikan sepenuhnya hasil produksi mereka.

Titik berat pemikiran Bakunin ada pada ‘anarko-sindikalisme’, di mana serikat pekerja, yang dipimpin para anarkis, memperjuangkan kebebasan lebih besar bagi diri mereka sendiri. Bakunin percaya bahwa anarki hanya dimungkinkan melalui sebuah revolusi yang menghancurkan seluruh institusi yang ada. Bakunin tak menyetujui visi Karl Marx tentang ‘diktator proletariat’, dan menulis pada 1868 bahwa “Sosialisme tanpa kebebasan adalah perbudakan dan sebuah bentuk kebrutalan.” 

Di Eropa, anarkisme mencapai puncaknya menjelang akhir abad ke-19. Pada 18 Maret hingga 28 Mei 1871, kota Paris diambil alih oleh pemerintahan komunis-anarkis Paris Commune. Ini mengobarkan semangat kaum anarkis di seantero Eropa. Pamflet dan koran-koran, yang diperuntukkan bagi masyarakat kelas bawah, bermunculan. Pemogokan buruh di belahan dunia terpencil sekalipun menjadi perhatian dunia internasional.

Pada masa ini muncul Peter Kropotkin, seorang pangeran Rusia yang membuang kebangsawanannya dan mengembangkan pemikiran Bakunin. Kropotkin membangun teori komunisme-anarkis. “Alat produksi tak hanya harus dimiliki secara kolektif, namun hasil produksi pun harus dibagi bersama.” Visi utopisnya: dunia akan bisa bekerja sama tanpa kompetisi atau benturan kepentingan.

Anarkisme muncul sebagai kekuatan sosial yang besar saat terjadi perang saudara di Spanyol pada 1936-1939. Kelompok anarkis tumbuh dengan pesat dan kuat di Catalonia. Perang sipil yang dipicu kudeta Jenderal Franco itu mengundang solidaritas gerakan kiri sedunia. Mereka berlomba-lomba datang ke Spanyol, bergabung dengan gerakan kiri di sana untuk melawan rezim fasis itu.

Seorang Indonesia-Tionghoa, bernama Tio Oen Bik juga ambil bagian sebagai milisi anti serangan udara. Kelak usai Perang Dunia ke dua, Tio pulang ke Indonesia, mengabdikan dirinya sebagai dokter yang tak pernah memungut bayaran dari pasien miskinnya.

Tak kurang Pam Sneevliet, anak ke dua Henk Sneevliet, pun terpikat untuk bergerak menuju Barcelona. Namun rencana untuk jadi bagian dari kisah heroisme itu pupus ketika ayahnya melarang dia pergi. Henk sendiri menyatakan dukungannya kepada Partido Obrero de Unificación Marxista (Partai Buruh Marxis Bersatu) sekaligus menyatakan sokongannya kepada Milícies Antifeixistes de Catalunya (Milisi Antifasis Catalonia) untuk memerangi fasisme.

Perang sipil di Spanyol menyisakan banyak cerita tentang aksi kepahlawanan kaum kiri dari berbagai mazhabnya. Mereka melawan musuh yang sama: fasisme. Namun tak lama berselang, perbedaan di kalangan mereka bersimaharajalela. Kelompok anarkis berbenturan dengan kelompok komunis yang didukung Rusia. Inilah awal kemunduran anarkisme.

Sejak itu gaung anarkisme sebagai sebuah sistem politik memudar. Tapi para pengikut dan simbol-simbolnya –bendera hitam anarko-sindikalis dan huruf A di dalam lingkaran– masih tetap ada. Tradisi antifasis yang populer di seluruh Eropa, terutama dalam masyarakat yang terpolarisasi secara politik seperti di Yunani dan Italia, menarik perhatian kelompok-kelompok yang menyebut diri mereka sebagai kelompok anarkis. []

Sumber: Devi Fitria/Bonnie Triyana

About Author

Categories