Tuhan yang Tidak Maha Kuasa adalah Tuhan yang menangis
Tuhan yang Tidak Maha Kuasa adalah Tuhan yang menangis
Oleh: Ahmad Hizbullah
Mustanir.com – Untuk membuktikan bahwa Alquran bukan kitab suci, Ev Jansen Litik menulis buku “Lima Alasan Pokok tentang Isi Al-Quran yang Menyebabkan Kami Meninggalkan Agama Islam dan Beralih Menjadi Pemeluk Agama Kristen.”
Untuk mendukung pendapatnya, Alquran bukan kitab suci karena banyak kekeliruan, keanehan dan ayat tidak masuk akal dalam Alquran . Ia menuding kekeliruan ini disebabkan Allah yang mewahyukan Alquran itu buta sejarah, nubuat-Nya meleset, tidak tertib, kacau, tidak teratur, tidak adil, bertindak aneh, janggal, tidak konsekwen, inkonsisten, kontradiksius dan lain-lain (hlm. 30-61).
Salah satu syariat Alquran yang digugat Penginjil Litik mengenai surga bagi kaum pria dan wanita. Berdasarkan Alquran surat Ath-Thuur 19, Litik menuding Allah tidak adil dan diskriminatif karena hanya menyediakan surga bagi pria saja, sedang wanita tidak mendapat jatah surga. Litik menulis:
”Ketidakadilan Allah di sorga sesudah orang-orang yang beriman (pria dan wanita muslim) mati dan beroleh keselamatan sorgawi nanti (kehidupan di alam Rohani). Berdasarkan Wahyu-Nya sendiri yang ada dalam Alquran, rupa-rupanya Allah hanya menyediakan SORGA BAGI KAUM PRIA SAJA, karena jelas-jelas tertulis dalam Alquran sbb: Di sorga mereka (kaum pria) mempunyai istri-istri (An-Nisa’ 57) karena dikawinkan dengan bidadari-bidadari yang cantik dan bermata jeli (Ath-Thur 20) dan disediakan divan-divan untuk tempat mereka bersukaria dengan bidadari-bidadari istri-istri mereka itu.
Jelas dan gamblang bahwa ini adalah sorganya kaum pria saja, karena kami tidak dapat menemukan satu ayat pun dari wanita-wanita Muslim yang juga masuk sorga. Oleh karenanya tidak lain kesimpulan kami ialah: Tidak ada seorang wanita Muslim-pun, walaupun dia super mukmin bisa masuk sorga, karena mereka mau dikawinkan dengan siapa lagi disebabkan semua prianya, baik itu bekas suaminya atau pacarnya, baik itu idolanya ketika di dunia dulu” (hlm 60-61).
Tudingan itu ngawur total. Menuding Alquran tidak memberikan tempat bagi wanita di surga, membuktikan bahwa Litik tidak pernah membaca Alquran secara langsung. Ia hanya mengutip tuduhan-tuduhan barat terhadap Alquran , sehingga bagian Alquran yang dibaca hanya sebatas yang dianggap mendiskreditkan Islam saja.
Sangat aneh, janggal, tidak adil dan kacau bila Litik merasa tidak dapat menemukan satu ayat pun dari wanita-wanita Muslim yang juga masuk sorga. Padahal dalam lembaran-lembaran Alquran bertebaran jaminan surga secara adil baik kepada pria maupun wanita. Berikut ini penulis kutipkan beberapa terjemahan ayat-ayat Alquran yang menjamin surga bagi wanita:
“Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki dan perempuan sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga” (Qs An-Nisa’ 124).
“Allah menjanjikan kepada orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan, (akan mendapat) surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat yang bagus di surga ‘Adn” (Qs At-Taubah 72).
“Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki ataupun perempuan” (Ali-Imran 195).
“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mu’min, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam keta’atannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu’, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar” (Al-Ahzab 35; baca juga: Yasin 56, Az-Zukhruf 70, dll).
Bila Penginjil Litik tidak mengganggap ayat-ayat di atas sebagai jaminan surga bagi wanita, maka para pendeta se-Indonesia harus patungan memeriksakan Litik ke rumah sakit jiwa.
Ketidakadilan Allah yang dituduhkan penginjil Kristen itu hanya isapan jempol. Ayat-ayat Alquran secara gamblang menyatakan bahwa surga itu adil bagi wanita dan pria. Surga Allah tidak bersifat maskulin maupun feminin. Surga Allah itu adil bagi hamba-hamba-Nya yang beriman dan beramal shalih, tanpa memandang gender.
Tak hanya dalam hal surga, bahkan keadilan Allah juga berlaku dalam azab dan neraka yang juga tak mengenal diskriminasi. Apapun jenis kelaminnya, jika kafir, munafik dan musyrik maka dia akan mendapat azab yang kekal di neraka Jahanam:
“Allah mengancam orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang kafir dengan neraka Jahanam, mereka kekal di dalamnya. Cukuplah neraka itu bagi mereka, dan Allah melaknati mereka, dan bagi mereka azab yang kekal” (Qs At-Taubah 68).
“Allah mengazab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang musyrikin laki-laki dan perempuan” (Qs Al-Ahzab 73).
Bola mata Penginjil Litik hanya tertuju pada kata “bidadari” ketika membaca Alquran surat Ath-Thur 20. Lantas dengan tergesa-gesa yang didasari sentimental antiislam, ia menuding bahwa surga dalam Islam itu khusus bagi pria karena dalam ayat tersebut tidak ada kata “bidadara” yang disediakan bagi wanita.
Kesimpulan ini jelas jahil murakkab (bodoh kuadrat), karena dalam ayat ini sama sekali tidak menyatakan bahwa surga tertutup dan terlarang bagi wanita. Kalau ngotot menuntut bidadara untuk wanita ahli surga, Penginjil Jansen Litik bisa mendapatkan jaminannya pada banyak ayat yang lain.
Di surga, wanita juga mendapat pasangan masing-masing, yang disebutkan dalam Alquran dengan istilah “azwaj” (pasangan) yang suci (Qs Al-Baqarah 25, Ali Imran 13, An-Nisa’ 57, Yasin 56).
Rasulullah SAW menegaskan bahwa semua ahli surga tidak ada yang berselibat –seperti tradisi pastur Katolik:
“Di surga tidak ada seorang pun yang membujang tidak memiliki pasangan” (HR Muslim dari Abu Hurairah RA).
Jadi, baik laki-laki atau perempuan penghuni surga yang tidak mendapatkan pasangan di dunia, Allah akan menikahkan mereka di surga kelak dengan pasangan penghuni surga. Allah SWT Maha Adil terhadap hamba-Nya, tak ada seorang pun yang terzalimi.
Keanehan, kejanggalan, kontradiktif dan inkonsistensi Allah Ta’ala sama sekali tidak terbukti. Semua tuduhan keji itu karena logika Penginjil Litik sudah tidak waras. Litik memang licik!!
Tuhan Aneh adalah Tuhan yang Menyesal dan Pilu Hati
Seharusnya Penginjil Jansen Litik malu dan tahu diri untuk mencari-cari kesalahan Allah Ta’ala dalam kitab suci Alquran. Sebab keanehan-keanehan Tuhan justru bertebaran dalam ayat-ayat Alkitab (Bibel).
Kitab Perjanjian Lama melukiskan bahwa Tuhan menyesal dan pilu hati karena manusia diciptakan-Nya melakukan dosa. Padahal suatu kemustahilan, apabila Tuhan menyesali apa yang telah dilakukan-Nya. Bukankah Tuhan itu Maha Tahu akan apa yang akan terjadi, apa yang sedang terjadi dan apa yang telah terjadi?
“Ketika dilihat Tuhan, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata, maka menyesallah Tuhan, bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi, dan hal itu memilukan hati-Nya”(Kejadian 6: 5-6).
“Dan menyesallah Tuhan karena malapetaka yang dirancangkan-Nya atas umat-Nya”(Keluaran 32: 14).
Kedua ayat tersebut melukiskan bahwa Tuhan sangat menyesal sampai pilu hati setelah menciptakan manusia yang akhirnya cenderung berbuat jahat di muka bumi.
Mungkinkah Tuhan bisa menyesal? Jika Tuhan bisa menyesal, maka berarti Tuhan masih belum sempurna ilmu-Nya, salah skenario dan tidak Maha Tahu. Tuduhan bahwa Allah tidak Maha Tahu adalah salah satu bentuk pelecehan Bibel kepada Tuhan.
Alquran membersihkan dan memuliakan asma Allah, bahwa Dia Maha Tahu segala apa yang di langit dan di bumi, dari yang terbesar bersifat empiris, sampai yang terkecil dan bersifat non empiris. Allah tidak akan pernah sedih dan menyesal walaupun makhluk sejagad ingkar semua kepada-Nya. Karena pengabdian dan penyembahan manusia bukanlah kebutuhan Tuhan, melainkan kebutuhan manusia.
Bandingkan ayat Alquran milik umat Islam berikut: “Dan Musa berkata: Jika kamu dan orang-orang yang ada di muka bumi semuanya mengingkari (nikmat Allah), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji” (Qs. Ibrahim 8).
Jika manusia berbuat dosa, seharusnya bukan Tuhan yang harus menyesal. Melainkan manusia itu sendiri yang harus menyesal, bertobat untuk tidak mengulangi kesalahannya, mohon ampun (istighfar) kepada Tuhan, dan memperbaiki kesalahan dengan memperbanyak amal shalih.
Mungkin Penginjil Jansen Litik bisa menjawab, Tuhan yang menyesali ciptaan-Nya, itu tuhan cap opo? [sumber]