Islamophobia di Cina dan Brazil
Islamophobia di Cina dan Brazil
Tunjukkan Syiar Islam, Pasangan Muslim di Cina Dipenjara
Pemerintah komunis Cina kembali mendiskriminasi minoritas muslim di negaranya. Baru-baru ini, pasang suami istri dihukum kurungan penjara karena menunjukkan identitas Islam di badan mereka.
Dilansir dari arabi21.com, Senin (30/03), pemerintah negara bagian xinjiang yang dihuni mayoritas muslim memvonis dua tahun penjara kepada seorang wanita yang mengenakan jilbab. Sementara suaminya divonis enam tahun penjara karena memanjangkan jenggot.
“Vonis itu dijatuhkan karena jenggot dan jilbab. Kedua hal itu “mengganggu” ketenangan masyarakat dan memicu kekerasan,” lansir sejumlah media Cina dari pejabat pengadilan Xinjiang.
Sebuah koran lokal Cina menunjukkan, tidak diketahui identitas kedua warga Muslim itu.
Perlu diketahui, pemerintah Cina telah menerapkan peraturan larangan memakai jilbab dan memancangkan jenggot di provinsi Xinjiang. Padahal, wilayah tersebut dihuni mayoritas umat Islam.
Pemerintah tidak menggubris protes warga atas peraturan yang mendiskriminasi itu. Bahkan, warga yang memprotes ditangkap dan dijebloskan ke penjara. (kiblatnet/adj)
Kenakan Jilbab Saat Ujian, Mahasiswa Brazil Ini Dinterogasi dan Dipaksa Lepas Jilbab
SEORANG mahasiswi muslim tiba-tiba diinterogasi oleh Organisasi Pengacara Brazil (OAB) saat tengah melaksanakan ujian. Dikabarkan bahwa mahasiswi bernama Charlyane Souza, dipaksa dan dibawa ke sebuah ruangan karena ia mengenakan jilbab.
Tindakan yang jelas mencerminkan bagaimana melonjaknya tingkat intoleransi terhadap jilbab dan Islam di negara perekonomian terbesar di Amerika Latin itu.
Souza (29) merupakan mahasiswa jurusan hukum Islam di Brazil, ia menuturkan bahwa perilaku OAB tersebut sangat mengganggunya saat ia justru tengah melaksanakan ujian.
Ketika interogasi Souza menghadapi beberapa pertanyaan, seperti mengapa dia memakai jilbab. Dia juga dipaksa untuk membuktikan bahwa dia adalah seorang Muslim.
“Dia bertanya apakah saya benar-benar Muslim, tentu saya punya jawaban untuk membuktikan hal itu,” kata Souza, seperti dikutip Arab News Rabu, (25/3/2015).
Tidak hanya inetrogasi, OAB juga memaksa Souza melepaskan jilbabnya di depan umum. Jelas hal tersebut membuat Souza menolaknya dan ia pun akhirnya dibawa ke ruang pribadi untuk menyelesaikan ujiannya.
Meskipun penganiayaan dan penghinaan telah dilakukan OAB, namun pihaknya tidak mengatakan permintaan maaf kepada mahasiswa Muslim. OAB justru mengumumkan rencana untuk memikirkan apakah wanita Muslim akan diizinkan melaksanakan ujian jika mengenakan jilbab. [ra/islampos/adj]