Kerusakan Akidah Umat Akibat Filsafat Yunani
MUSTANIR.net – Pada pertengahan abad ke delapan, umat Islam sudah berhasil menaklukkan Irak. Di sana umat Islam menemukan sekolah-sekolah Kristen. Sekolah-sekolah Kristen mengajarkan astronomi, filsafat Yunani, kedokteran, dan lain-lain.
Khalifah al-Ma’mun memerintahkan ilmuwan-ilmuwan muslim untuk mempelajari astronomi untuk menentukan arah kiblat. Beliau juga memerintahkan pembangunan observatorium.
Sebagian ulama Islam mempelajari filsafat Yunani. Mereka tertarik dengan konsep-konsep fisafat Yunani. Mereka lalu mencoba memecahkan masalah-masalah dan pendapat fisafat Yunani dengan cara Islam, atau cara Islam memecahkan masalah tersebut. Dari situ muncul pendapat-pendapat filsafat Islam.
Di sisi lain, sebagian ulama Islam mencoba membangun akidah Islam dengan metode yang dibangun dari filsafat Yunani dan logika. Hasilnya lahir ilmu kalam. Dari ilmu kalam lahir golongan-golongan umat Islam seperti Mu’tazilah/Qodariyah, Murji’ah, Jabariyah, Tasawuf, Asy’ariyah, Maturidiyah, dan lain-lain.
Mu’tazilah selalu bertentangan dengan Jabariyah. Mereka selalu saling berdebat. Mu’tazilah memuja akal dan menjadikan akal sebagai standar perilaku. Mu’tazilah berkeyakinan bahwa manusia terlahir bebas untuk berbuat lalu dibalas menurut perbuatannya.
Di sisi lain, Jabariyah berkeyakinan bahwa manusia terlahir terikat dengan takdir seperti bulu tertiup angin. Pepatah terkenal “manusia adalah wayang” adalah keyakinan orang-orang Jabariyah. Asy’ariyah dan Maturidiyah berusaha menengahi antara Mu’tazilah dan Jabariyah dengan konsep kasb ikhtiyari, tapi hasilnya makin membingungkan.
Tasawuf dekat dengan Jabariyah. Tasawuf lebih menekankan pada kebatinan, kepuasan diri dan sebagainya. Salah satu konsep dalam Tasawuf adalah wihdatul wujud, lalu wali yang suci dan sakti. Dalam Tasawuf, ada tingkatan syariat, ma’rifat, dan hakikat yang makin gaib dan esoterik seperti filsafat.
Semua golongan di atas sesat dan salah, sebab membentuk akidah yang kabur dan tidak jelas seperti yang diajarkan Rasulullah. Golongan di atas salah pula karena lahir dari ilmu kalam. Ilmu kalam salah karena lahir dari perpaduan antara akidah Islam dan filsafat Yunani.
Kesalahan filsafat Yunani antara lain:
• Filsafat berusaha mencari sebab penjelasan seluruh alam semesta di luar supranatural. Pada zaman dulu, filsafat adalah sains purba tapi sekarang sudah tak berlaku. Filsafat lalu berpindah ke metafisika, yaitu membahas hal yang gaib padahal akal tidak sampai ke situ seperti hakikat Tuhan, takdir, tujuan hidup manusia, tujuan akhir alam semesta, dll.
• Filsafat mencari hakikat ke alam gaib tapi menolak hal-hal gaib seperti agama. Ada menjadi hanya spekulasi dengan logika.
• Filsafat mengabaikan fakta dalam tujuan mencari hakikat, pola umum seluruh alam semesta. Dia menjadi buta fakta sekelilingnya. Orang-orang filsafat jadi terpisah dari masyarakat dan kehidupannya. Dia menjadi tidak berguna. Yang dia tahu hanya merenung.
Kesalahan menerapkan filsafat bagi orang Islam adalah:
• Orang Islam menjadi memikirkan hal-hal gaib seperti wujud Allah, malaikat, jin, setan, arsy. Padahal semua itu gaib, akal tidak mampu menjangkaunya. Akhirnya muncul perdebatan.
• Filsafat melemahkan iman dan membuat keraguan. Contohnya orang jadi meragukan al-Qur’an, Nabi Muhammad, dan Allah, dengan alasan ia tak mengujinya dan bertemu mereka langsung.
Keraguan ini sangat berbahaya sebab iman menuntut keyakinan, sedangkan keragu-raguan merusak iman. Akidah adalah pangkal dari agama. Menyimpang dalam akidah bisa membuat orang Islam menjadi kafir.
Contoh-contoh pertanyaan filsafat yang membuat keraguan di antaranya:
• Kisah-kisah dalam al-Qur’an itu hanya dongeng atau fakta sejarah? Kalau benar fakta sejarah, apa buktinya? Adakah peninggalannya?
• Kenapa ditemukan pertentangan dalam al-Qur’an seperti Mu’tazilah versus Jabariyah?
• Kalau Allah maha baik, kenapa Allah menciptakan setan, iblis, kejahatan, penderitaan, kemiskinan, penyakit, perang, dan segala keburukan yang lain?
• Kenapa cara ibadah orang-orang Islam berbeda-beda? Yang benar yang mana? Mungkinkah hal-hal yang berbeda bisa sama-sama benar? Bagaimana penjelasannya?
Pertanyaan-pertanyaan di atas harus dijawab dengan tepat. Kalau salah menjawabnya, bisa membuat seorang muslim ragu dengan Islam bahkan membuatnya keluar dari Islam.
• Filsafat membuat orang menafsirkan al-Qur’an sesuka hati. Contohnya setelah mengetahui asbabun nuzul al-Qur’an, orang-orang jadi berpandangan Islam hanya berlaku pada masa Rasulullah saja. Sebab masa, budaya, situasi, dan kondisi yang cocok hanya saat itu. Sekarang sudah beda. Jadi hukum Islam sudah tidak berlaku. Pendapat ini salah, sebab Islam berlaku untuk setiap zaman, setiap tempat, setiap waktu.
Ada lagi: al-Qur’an mewajibkan berjilbab kepada setiap mukminah. Mukminah itu wanita solihah dan beriman dalam Islam yang kuat. Jadi, wanita Islam KTP yang imannya belum kuat dan non muslim tidak wajib. Pendapat ini salah. Kenyataannya di negara muslim, setiap wanita di tempat umum wajib berjilbab.
Golongan-golongan ilmu kalam di atas sudah tak ada lagi, tapi ajarannya masih ada bahkan berkembang sekarang. Golongan Mu’tazilah yang berpikiran bebas menjadi Islam liberal. golongan Jabariyah, Asy’ariyah, Maturidiyah, Tasawuf, masih ada di NU. Tarekat-tarekat Sufi saat ini juga banyak.
Meskipun banyak saat ini di antara mereka terdapat satu kesamaan: Menolak syariah dan khilafah dengan tuduhan terorisme, ancaman nasionalisme, NKRI, demokrasi, Pancasila. Padahal syariah dan khilafah adalah perintah Allah yang terdapat dalam al-Qur’an. Syariah dan khilafah adalah separuh ajaran agama Islam di samping akidah. Tapi mereka menolaknya dengan alasan budaya dan negara.
Kerusakan akidah umat Islam akibat filsafat tidak hanya oleh filsafat Yunani tapi juga oleh filsafat modern. Hal ini bisa dilihat dari pandangan hidup dan sikap mereka. Mayoritas umat Islam sekarang liberal, sekuler, kapitalistik, materialis, demokratis, nasionalis. Padahal semua itu hasil filsafat Barat.
Mereka hidup dengan pandangan-pandangan itu dan menolak diatur dengan agama Islam. Menurut mereka, agama tidak penting. Agama hanya dii tempat ibadah. Dalam kehidupan, mereka tidak mau diatur dengan agama Islam. Inilah kerusakan akidah umat yang nyata.
Oleh karena itu akidah umat harus dipisahkan bahkan dijauhkan dari filsafat Yunani maupun filsafat modern itu. Untuk mempelajri akidah Islam, umat Islam tidak perlu mempelajari ilmu kalam, ushuluddin, atau Tasawuf, dll.
Cara mempelajari akidah harus dilakukan dengan cara Rasulullah, yaitu dengan mempelajari sumber agama Islam yang pasti yaitu al-Qur’an dan hadist mutawatir. Metodenya adalah metode aqliyah (melalui pemahaman terhadap dalil aqli dan naqli) sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah ﷺ, jauh sebelum umat Islam bertemu dengan ahli filsafat (Yunani) dan ajaran-ajarannya. []
Oleh: Yudi Irhamni