Ancaman Turki Terhadap Kurdistan Bikin Harga Minyak Turun
MUSTANIR.COM, Jakarta — Harga minyak mentah terkoreksi pada penutupan perdagangan Selasa (26/9), dipicu pengumuman Turki yang akan mengurangi ekspor minyak mentah ke wilayah Kurdistan, Irak.
Kabar tersebut sontak memberi sentimen positif terhadap harga minyak, sehingga langsung dimanfaatkan para investor untuk melakukan aksi ambil untung. Alhasil, harga minyak kembali terkoreksi.
“Pasar sudah mendekati (batas atas) jika tidak berada dalam wilayah jenuh (sepi aksi) beli,” ujar Robert Yawger, Direktur Energi Berjangka di Mizuho Americas seperti dikutip dari Reuters, Rabu (27/9).
Tercatat, harga minyak mentah Brent meninggalkan level tertingginya kemarin, dari US$59,49 per barel menjadi US$58,44 per barel. Artinya, Brent melemah sekitar 1,0 persen.
Begitu pula dengan minyak mentah Amerika Serikat (AS), West Texas Intermediate (WTI) yang melemah 0,7 persen, dari level tertingginya kemarin US$52,43 per barel menjadi US$51,88 per barel.
Presiden Turki Tayyip Erdogan kembali menekankan bahwa negaranya akan memotong pipa yang membawa minyak mentah dengan kapasitas sekitar 500 ribu sampai 600 ribu per hari dari Irak utara ke Pelabuhan Ceyhan, Turki.
Hal ini langsung memberi tekanan pada Kurdistan. Sebab, diperkirakan kerugian yang dialami tak sedikit dan kian membengkak.
Pasalnya, pada saat bersamaan, ada pengurangan produksi dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak Bumi (Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC) sekitar 1,8 juta barel per hari. Sehingga, memberi kekhawatiran akan pasokan yang kian menipis.
Kendati begitu, pemerintah Irak rupanya belum berkomunikasi lebih lanjut dengan pemerintah daerah Kurdistan untuk membahas hal ini.
Di sisi lain, terkoreksinya harga minyak mentah juga mendapat pengaruh dari meningkatnya hasil penyulingan dan persediaan di Negeri Paman Sam.
“Sekarang kilang kembali beroperasi, memang seharusnya membawa kelangkaan premium keluar dari pasar. Harga yang disempurnakan akan kembali turun dan itu akan membawa (harga) minyak turun,” jelas John Kilduff, analis dari Again Capital LLC.
Adapun produksi kilang AS diperkirakan meningkat hingga 3,6 persen pada pekan kemarin. Sedangkan sampai 15 September lalu, total hasil produksi kilang AS telah mencapai 83,2 persen dari target kapasitas tahunan.
Peningkatan hasil produksi minyak mentah tersebut dipicu oleh normalnya aktivitas kilang dan meningkatnya permintaan impor setelah meredanya Badai Harvey yang melanda AS beberapa waktu lalu.
Data Administrasi Informasi Energi (Energy Information Administration/EIA) AS mencatat, persediaan minyak mentah melonjak sekitar 4,6 juta barel pada pekan lalu.
Pemicunya, peningkatan impor sekitar 734 ribu barel per hari dan produksi naik 157 ribu barel per hari menjadi 9,51 juta barel per hari. Angka ini terbilang kembali normal pada posisi produksi kilang sebelum Texas diterpa Badai Harvey pada 25 Agustus lalu.
(cnnindonesia.com/26/9/2017)