Bacaan Quran Kontroversial di Istana Negara
Bacaan Quran Kontroversial di Istana Negara
Qari internasional dari Arab Saudi, Syaikh Abdullah bin Ali Bashfar ikut memberikan komentarnya mengenai qira’at Langgam Jawa yang digunakan dalam membaca Al-Qur’an pada peringatan Isra’ Mi’raj di Istana Negara, Sabtu (16/5) malam.
Syaikh Ali Bashfar memberikan catatan terkait video bacaan muratal Muhammad Yaser Arafat dalam membaca Al-Qur’an dengan lagu Dandanggulo macapat Jawa tersebut:
- Kesalahan tajwid; dimana panjang mad-nya dipaksakan mengikuti kebutuhan lagu.
- Kesalahan lahjah (logat). Membaca Al-Qur’an sangat dianjurkan menggunakan lahjah Arab, sebagaimana orang Arab membacanya. Dalam hadits disebutkan: “Iqra’ul qur’aana biluhuunil ‘Arobi wa ashwaatiha”.
- Kesalahan takalluf, yakni memaksakan untuk meniru lagu yang tidak lazim dalam membaca Al-Qur’an.
- Yang cukup berbahaya jika ada kesalahan niat, yaitu merasa perlu menonjolkan kejawaan atau keindonesiaan atau kebangsaan dalam berinteraksi dengan Al-Qur’an, membangun sikap ashabiyyah (kebanggaan suku/golongan) dalam ber-Islam.
- Dan yang paling fatal jika ada maksud memperolok-olokkan ayat-ayat Allah yang mereka samakan dengan lagu-lagu wayang dalam suku Jawa.
Syaikh Ali Bashfar mengakhiri catatannya dengan berdoa, “Allahu yahdinaa wa yahdiihim, semoga Allah memberikan petunjuk dalam menjaga dan mendakwahkan Al-Qur’an.” (salam/adj)
Hukum Membaca Qiro’at Dengan Lagam Macapat
Bacaan Al Quran dalam peringatan Isra Mi’raj di Istana Negara menimbulkan pro dan kontra. Dalam pembacaan Al Quran yang dibacakan oleh qari Muhammad Yasser Arafat tersebut, ia membaca dengan menggunakan lagu langgam khas macapat Jawa yang dinamakan ‘Langgam Nusantara.’
Rektor Institut Ilmu-ilmu Al Quran, Dr Muhammad Ahsin Sakho menyatakan bahwa hal itu tidak ada dalil yang melarang.
“Ini adalah perpaduan yang baik antara seperti langit kallamullah yang menyatu dengan bumi yakni budaya manusia. Itu sah diperbolehkan,”kata Rektor Institut Ilmu Al Quran, Ahsin Sakho, Ahad (17/5).
Hanya saja, Ahsin melanjutkan, bacaan pada langgam budaya harus telap berpacu seperti yang diajarkan Rasul dan para sahabatnya. Dalam hal ini, tajwid dalam hukum bacaannya. “Panjang pendeknya, mahrojnya,” kata dia.
Ahsin kembali menjelaskan, cara membaca Al Quran yang mengacu pada langgam budaya Indonesia sangat diperbolehkan dan tidak ada dallil shohih yang melarang hal demikian. Hanya saja, dia melanjutkan, dirinya belum pernah mendengar Jawabul Jawab di dalam langgam Cina, atau pun di Indonesia.
Sementara itu menurut Ustadz Toha Husain Al Hafidz, murid Imam Masjidil Haram Syaikh Su’ud Ash Shuraim di Purwokerto, ada 3 kesalahan dalam membaca Al Qur’an dengan lagu Dandanggulo yang dibawakan Muhammad Yaser Arafat tersebut:
1. Kesalahan tajwid. Bacaan maadnya dipaksa mengikuti kebutuhan lagu.
2. Kesalahan logat. Al Quran harus diucapkan dengan logat Arab. Biasanya dengan qiraat sab’ah atau qiraat asyrah.
3. Kesalahan takalluf. Memaksakan unttu meniru lagu yang tak lazim untuk Al Qur’an.
Dan yang paling fatal kalau ada kesalahan niat. Yaitu merasa perlu menonjolkan kejawaan atau keindonesiaan atau kebangsaan dalam berinteraksi dengan Al Qur’an, membangun sikap ashabiyyah dalam ber-Islam.
“Allah yahdina wa yahdihim. Semoga Allah menjaga keikhlasan kita dalam mencintai Qur’an. wallahu a’lam bisshawab,” harapnya.
Dalam sebuah hadits dhaif Rasulullah bersabda,
فقد روى الترمذي أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: «اقرءوا القرآن بلحون العرب وأصواتها، وإياكم ولحون أهل الكتاب والفسق، فإنه سيجيء بعدي أقوام يرجعون بالقرآن ترجيع الغناء والنوح لا يجاوز حناجرهم، مفتونة قلوبهم وقلوب الذين يعجبهم شأنهم».
Bacalah Al Quran dengan lagu dan suara orang arab. Jauhilah lagu/irama Ahli Kitab dan orang orang fasiq. Nanti akan ada orang datang setelahku membaca Al Quran seperti menyanyi dan melenguh, tidak melampau tenggorokan mereka. Hati mereka tertimpa fitnah, juga hati orang yang mengaguminya. (HR. Tarmidzi). (fimadani/adj)