Bela Palestina dengan Islam, Bukan dengan Nasionalisme

MUSTANIR.net – Stop Seruan Kemerdekaan Palestina dan Pengibaran Bendera Palestina

Ikatan akidah Islam memunculkan dua kecenderungan:

• Pertama, kecenderungan ketertautan pemikiran.

• Ke dua, kecenderungan ketertautan perasaan.

Hari ini banyak kaum muslimin yang membela Palestina dari kebiadaban Zionis. Mereka membela karena ikatan akidah Islam. Mereka bergerak karena perasaan persaudaraan Islam.

Hanya saja, kaum muslimin belum sepenuhnya tertaut dalam ikatan pemikiran Islam yang keluar dari akidah Islam. Masih ada pemikiran ghairu Islam (di luar Islam) yang bercampur aduk dalam ikatan perasaan Islam dalam membela saudara muslim Palestina.

Contohnya dalam seruan dan simbol pembelaan Palestina:

• Pertama, aksi bela Palestina dilakukan selain untuk mengecam kebiadaban Zionis, juga menyampaikan seruan kemerdekaan bagi Palestina.

Seruan kemerdekaan Palestina ini bukan seruan yang berasal dari pemikiran Islam, melainkan seruan dari pemikiran sekuler dengan semangat nasionalisme.

Kemerdekaan Palestina itu sama saja menjadikan Palestina lepas dari pangkuan umat Islam, dan berdiri sendiri dengan simbol kebangsaan dan kedaulatan negara berbasis wilayah teritorial. Konsep ini bertentangan dengan Islam, karena beberapa hal:

1. Palestina statusnya tanah kharajiyah, tanah wakaf milik seluruh kaum muslimin. Memerdekakan Palestina berarti sama saja memisahkan Palestina dari kaum muslimin dan menjadikan Palestina hanya milik bangsa Palestina.

2. Memerdekakan Palestina dengan konsep negara bangsa (nation state), esensinya hanya mengonversi penjajahan fisik (militer) menjadi penjajahan sistemik dan politik. Setelah merdeka, Palestina akan kembali dijajah oleh sistem sekuler demokrasi, yang saat ini juga telah menjajah dan membelenggu negeri-negeri kaum muslimin, sehingga tidak bisa merdeka menegakkan hukum Allah subḥānahu wa taʿālā.

• Ke dua, aksi bela Palestina dilakukan selain untuk mengecam kebiadaban Zionis, juga mengibarkan simbol bendera Palestina. Bendera Palestina berupa susunan persegi panjang dengan tiga warna berbeda dan segitiga di bagian kiri, adalah simbol perpecahan kaum muslimin, seperti bendera negara bangsa lainnya. Simbol yang memisahkan tanah Palestina dari kaum muslimin.

Pengibaran bendera Palestina tidak didasari pemikiran Islam, melainkan pemikiran sekuler (nasionalisme). Semestinya kaum muslimin mengibarkan bendera Islam, yakni al-Liwa dan ar-Royah yang bertuliskan kalimat tauhid ‘La illaha illallah, Muhammad Rasulullah’, yang menjadi simbol persatuan kaum muslimin. Kalimat inilah, yang dahulu digunakan oleh Khalifah Umar bin Khatab raḍiyallāhu ‘anhu untuk membebaskan bumi Palestina pertama kali dan menjadikannya sebagai tanah wakaf bagi seluruh kaum muslimin.

Alhasil semangat bela Palestina dengan berbagai perwujudannya (aksi, demonstrasi, tablig Akbar, membuat artikel, meme, boikot produk Zionis, dll.), saat ini sudah pada taraf yang sangat membanggakan. Semangat pembelaan yang berangkat dari perasaan sebagai saudara muslim ini harus terus dipupuk dan ditingkatkan.

Hanya saja, semangat ini kurang sempurna jika dalam pembelaan Palestina masih ada aktivitas mengibarkan bendera simbol nasionalisme dan menuntut seruan kemerdekaan dengan konsep negara bangsa. Keterikatan perasaan ini sudah benar, keluar dari akidah Islam. Namun seruan kemerdekaan Palestina dengan mengibarkan simbol bendera Palestina, bukan seruan yang terikat dengan pemikiran yang bersumber dari akidah Islam.

Agar seruan pembelaan terhadap Palestina terikat dengan perasaan dan pemikiran Islam, maka kaum muslimin harus mengibarkan al-Liwa dan ar-Royah dalam setiap aksi bela Palestina, dan menyerukan solusi jihad dan khilafah, untuk mengembalikan tanah wakaf Palestina, kembali ke pangkuan kaum muslimin di bawah naungan daulah khilafah.

Berjuang Membela Palestina Harus dengan Pemikiran yang Benar

Jika diringkas, intinya demikian:

• Pertama, bendera Palestina, juga bendera negara bangsa di berbagai negeri kaum muslimin lainnya (Arab Saudi, Mesir, Irak, Iran, Yaman, Yordan, Turki, dll.), adalah bendera kebangsaan yang diciptakan Inggris untuk memecah belah persatuan umat Islam, pasca Inggris mampu meruntuhkan daulah khilafah yang menjadi pemersatu umat Islam kala itu.

Pasca khilafah runtuh, Inggris membagi wilayah khilafah bersama Prancis sebagai ghanimah (harta rampasan perang), melalui perjanjian Sykes-Picot. Di antara rincian perjanjian tersebut adalah Prancis akan mengambil kendali langsung atas Lebanon dan kendali tidak langsung atas Suriah, sedangkan Inggris akan menguasai Irak dan Teluk Persia.

Inggris melakukan dua pukulan telak terhadap khilafah, yakni dengan membenamkan racun nasionalisme di pusat khilafah (Turki) melalui anteknya, Mustafa Kemal laknatullah. Lalu di luar wilayah khilafah, Inggris mengibarkan semangat kemerdekaan wilayah khilafah, lepas dari kekuasan khilafah dan mendirikan negara bangsa sendiri yang lepas dari kesatuan khilafah.

Misalnya, Inggris membantu Arab Saudi untuk melakukan pemberontakan pada daulah khilafah, dengan menyokong bani Saud untuk mendirikan kerajaan Saudi. Entitas Saudi Arabia adalah entitas yang memberontak pada khilafah, memisahkan diri dan mendirikan negara bangsa dengan benderanya tersendiri.

Alhasil seruan kemerdekaan Palestina dengan mengibarkan bendera kebangsaan Palestina, adalah seruan yang taklid buta pada penjajah. Seruan ini, adalah seruan yang tidak akan pernah bisa membebaskan Palestina.

• Ke dua, esensi dari seruan merdeka Palestina adalah memisahkan Palestina dari pangkuan umat Islam. Menghilangkan status Palestina sebagai tanah wakaf (tanah kharajiyah) yang menjadi hak seluruh kaum muslimin, lalu dipindahkan menjadi hak ekslusif bangsa Palestina. Ini jelas pemikiran batil.

Selain itu, ketika Palestina merdeka maka sudah pasti Palestina akan mengadopsi demokrasi-sekuler. Ini adalah babak baru penanda konversi penjajahan, dari yang semula berbentuk militer menjadi penjajahan politik dan sistem.

Jadi, ide Palestina merdeka adalah ide batil. Karena itu hanya mengonversi model penjajahan.

Memang benar, ide Palestina merdeka masih jauh lebih baik daripada ide solusi dua negara (two state) yang ditawarkan Amerika. Namun ide Palestina merdeka juga tak menjamin entitas Zionis Yahudi hapus dari muka bumi.

Akhirnya, tidak ada ide sahih untuk membela Palestina selain menjadikan Palestina sebagai pusat negara khilafah, atau mendirikan khilafah di wilayah lain lalu khalifah mengirim tentara khilafah untuk berjihad dan membebaskan Palestina, menyatukannya dengan kesatuan wilayah khilafah, lalu di atas bumi as-Syam dikibarkan bendera al-Liwa dan ar-Royah.

Jadi, bagi kita yang tidak berada di wilayah Palestina atau sekitar wilayah konflik, maka perjuangan yang sahih untuk membela Palestina adalah dengan memperjuangkan khilafah. Setelah khilafah tegak di negeri ini, atau negeri muslim lainnya, selanjutnya menjadi tugas khilafah untuk mengirimkan tentara jihad untuk membebaskan Palestina dan mengintegrasikannya kembali ke pangkuan Islam, kembali menjadi tanah wakaf bagi seluruh kaum muslimin.

Jangan lelah berjuang, dan jangan malu meninggalkan pemikiran yang batil dan segera mengambil pemikiran Islam yang sahih. Mari bela Palestina dengan seruan jihad dan khilafah, sambil mengibarkan al-Liwa dan ar-Royah.

Allahu akbar! []

Sumber: AK Channel

About Author

Categories