Ketiadaan Khilafah Menyebabkan Palestina Disandera dan Tidak Ada Negeri Muslim yang Merespons!

MUSTANIR.net – Situasi humanitarian di Gaza telah mencapai tingkat bencana yang belum pernah terjadi sebelumnya. Jumlah korban tewas telah melampaui 65.000 jiwa. Laporan internasional menyebutkan angka tersebut 40% lebih tinggi. Artinya, lebih dari 100.000 jiwa gugur dan sekitar 1,9 juta pengungsi internal, yang merupakan hampir 90% dari populasi Jalur Gaza, hidup dalam kondisi yang tidak manusiawi, kehilangan kebutuhan hidup paling mendasar.

Gaza sedang mengalami kelaparan yang parah, terutama di wilayah utara Jalur Gaza. Rumah sakit beroperasi kurang dari 30% dari kapasitasnya, kekurangan obat-obatan serta bahan bakar membuat puluhan ribu pasien berisiko mengalami kematian perlahan. Angka-angka ini menunjukkan skala tragedi dan menegaskan bahwa yang terjadi adalah perang genosida terhadap umat muslim di Gaza.

Presiden Mesir Abdul Fattah as-Sisi mengatakan bahwa membuka perlintasan dengan paksa berarti terlibat dalam konflik dengan negara-negara besar, menolak diundang oleh siapa pun untuk terlibat dalam konflik demi rakyat Gaza, mengklaim bahwa ia tidak ingin menyeret Mesir dan rakyatnya ke dalam perang baru!

Namun, pada kenyataannya, ia mengepung Gaza dan rakyatnya, dan jika ia bisa, ia bahkan akan merampas udara yang mereka hirup. Ia adalah orang yang sama yang menghambur-hamburkan gas dan air Sungai Nil Mesir, membelenggunya dengan pinjaman, perjanjian, dan kesepakatan yang akan membuatnya bergantung selama beberapa dekade mendatang. Tidak ada bukti yang lebih jelas tentang hal ini selain indikasi rezimnya tentang target untuk mengurangi utang menjadi 55% pada 2050 yang jelas-jelas mengabaikan Mesir dan rakyatnya.

Ketiadaan Khilafah

Mengenai hal tersebut, juru bicara kelompok dakwah ideologis Mesir menyampaikan pandangannya.

“Permasalahan mendasar, bukan terletak pada besarnya bantuan dan mekanisme penyalurannya, melainkan pada ketiadaan entitas ideologis-politik yang memimpin umat berdasarkan Islam, menyatukan energinya, dan memanfaatkan kemampuannya untuk menghadapi musuh. Umat hidup selama tiga belas abad di bawah khilafah, dan tidak satu pun musuh menduduki sejengkal tanahnya tanpa umat bangkit untuk mengusirnya. Kini, setelah khilafah runtuh, Palestina telah menjadi sandera yang dikembangbiakkan rezim negeri-negeri Muslim yang tunduk kepada Barat, dan ketika kaum Muslim berteriak minta tolong, tidak ada yang merespons!” ucapnya kepada Kantor Berita Ideologis internasional, Ahad (28-9-2025).

Ia kecewa dengan Sisi yang mengklaim bahwa bantuan kepada rakyat Gaza hanya dapat disalurkan melalui koordinasi dengan kaum Yahudi.

“Ini adalah pembenaran yang tidak berdasar. Bagaimana mungkin seorang agresor sekaligus menjadi musuh dan hakim? Hukum syariat tidak mengizinkan permintaan izin dari musuh umat untuk mengirimkan obat-obatan atau makanan kepada anak-anak Muslim. Sebaliknya, kewajiban kaum Muslim adalah untuk menyingkirkan penyeberangan, perbatasan, tembok, dan pagar antara Mesir dan Gaza, dan sumber daya umat harus dimanfaatkan untuk mendukung rakyat Gaza, bukan untuk memberikan legitimasi kepada kaum Yahudi yang mengendalikan roti dan obat-obatan mereka,” tegasnya.

Darah anak-anak Gaza, lanjutnya, kehormatan para wanitanya, dan sisa-sisa tubuh para lelakinya adalah amanah kaum Muslim seluruhnya untuk segera membebaskannya.

“Wahai orang-orang yang tulus yang ada di dalam barisan umat dan Mesir pada khususnya. Allah akan bertanya kepada kalian pada Hari Pembalasan, apa yang telah kalian lakukan untuk mendukung saudara-saudari kalian? Kalian tidak memiliki alasan untuk memiliki kekuatan dan peralatan dan kemudian membiarkannya membeku, sementara saudara-saudara kalian berteriak minta tolong dan dukungan. Ini seharusnya menjadi tugas kalian untuk mendukung agama Allah Swt. dan berdiri bersama umat Islam,” pungkasnya. []

Sumber: M News

About Author

Categories