
Intelijen Perusak Timur Tengah
MUSTANIR.net – Ada yang kenal dengan seorang yang bernama Mark Sykes? Kalau banyak yang tidak mengenal siapa dirinya namun pasti banyak yang tahu karyanya.
Karyanya adalah membuat dunia Timur Tengah selalu berperang seperti sekarang. Dialah yang menciptakan gerakan-gerakan milisi yang kemudian membentuk negara-negara dan memecah belah Timur Tengah, seperti sekarang ini.
Bayangkan peta geopolitik dunia tahun 1900 di Timur Tengah. Maka belum ada yang namanya Saudi Arabia, Uni Emirat Arab, Kuwait, Irak, Mesir, dan lain sebagainya.
Dunia Barat hanya melihat wilayah itu kaya dengan minyak bumi dan gas, wilayah itu dihuni kelompok manusia yang tinggal di gurun padang pasir mayoritas beragama Islam. Yang sekutu Barat lihat adalah hanya sumber daya alam, dan bagaimana melakukannya, karena kerajaan Ottoman Turki menguasai wilayah itu lebih dari 400 tahun.
Maka sebuah operasi intelijen dilakukan oleh pihak Inggris dan Prancis waktu itu. Sehingga ada yang namanya Kolonel Sir Tatton Benvenuto Mark Sykes yang merupakan penasihat diplomatik Inggris, khususnya yang berkaitan dengan Timur Tengah pada saat Perang Dunia Pertama.
Mark Sykes berperan sangat besar dalam Perjanjian Sykes-Picot, yang dibuat ketika perang sedang berlangsung sehubungan dengan pembagian kerajaan Ottoman Turki oleh Britania Raya dan Prancis.
Juga Mark Sykes merupakan negosiator utama Deklarasi Balfour. Kita sudah diingatkan Deklarasi Balfour yaitu dukungan kerajaan Inggris untuk kaum Zionis agar punya wilayah mendirikan negara. Surat itu tertuju kepada Rothschild, salah satu deklarator di Jewish Congress di Basel Switzerland untuk mendirikan.
Pada usia muda sekitar 25 tahunan, Sykes telah menerbitkan banyak buku; Taktik dan Pelatihan Militer D’Ordel, Buku Latihan Infanteri, dua buku perjalanan, Dar-ul-Islam, dan Melalui Lima Provinsi Turki.
la juga menulis The Caliphs’ Last Heritage: A Short History of the Turkish Empire. Paruh pertama berisi ikhtisar singkat geografi politik Timur Tengah hingga masa kerajaan Ottoman. Sedangkan paruh ke dua berisi uraian tentang perjalanan penulis di Asia Kecil dan Timur Tengah.
Buku terakhir inilah menjadikan dunia mengetahui apa dan siapa Mark Sykes yang tugasnya sebagai agen rahasia atau intelijen hanya satu, merobohkan kerajaan Ottoman Turki.
Bagaimana Sykes bisa merobohkan kerajaan Ottoman yang sangat kuat waktu itu?
Yang dilakukannya adalah dengan membangun banyak milisi di setiap daerah di Timur Tengah, di Yaman, di Sudan, di Mesir, di Kuwait di Uni Emirat Arab, di Oman yang mana milisi itu biasanya diambil dari para kabilah para pemimpin adat lokal, yang dibangun rasa kedaerahannya.
Dilatih perang dan diberikan senjata. Di kemudian hari mereka menjadi raja-raja di wilayah negara-negara tersebut. Di kemudian hari semua jadi negara di awalnya mereka melawan kerajaan Turki. Mereka memerdekakan diri mereka.
Yang diinfiltrasikan oleh Mark Sykes adalah nasionalisme kedaerahan. Di mana ketika mereka jadi negara, maka kekayaan alamnya dikelola oleh Inggris, kemudian Amerika tentunya sekarang menyalip.
Selain membangun milisi atau kekuatan pemisah agar hegemoni Ottoman digerogoti dari dalam wilayahnya sendiri, Mark Sykes juga merancang bendera negara-negara yang dibangun pergerakannya untuk berperang melawan kerajaan Ottoman.
Saking tidak kreatifnya yang bendera tersebut hanya bermain di warna hitam, putih, merah, hijau. Perhatikan bendera negara Irak, Sudan Syria, Uni Emirat Arab, Mesir, Yaman, Jordan, Palestina, Kuwait, semua warnanya sama dibolak balik saja.
Gerakan nasionalis kedaerahan itu dikenal juga dengan Arab Revolt atau Arab Memberontak.
Apa yang Mark Sykes lakukan di kemudian hari menjadi template dunia intelijen, bagaimana intelijen masuk sebuah negara dan menghancurkan negara tersebut untuk kepentingan mereka. []
Sumber: Mardigu WP