Islam Nusantara, MUI: MUI Tidak Persoalkan Istilah, Terpenting Substansinya Moderat
Islam Nusantara, MUI: MUI Tidak Persoalkan Istilah, Terpenting Substansinya Moderat
Mustanir.com – Istilah Islam Nusantara baru-baru ini semakin gencar diwacanakan, setidaknya menteri Agama Lukman Hakim Syaifuddin juga ikut mendorong wacana tersebut. Beragam tanggapan muncul atas wacana Islam Nusantara.
Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH.Ma’ruf Amin sendiri tidak mempermasalahkan penggunaan istilah apapun. Terpenting, menurut dia, esensinya adalah mengembangkan Islam yang tidak ekstrim di Indonesia.
“Istilah macam-macam gak masalah, yang penting isinya itu moderat,” katanya menjelang sidang Istbat Penentuan Awal Ramadhan kepada kiblat.net, beberapa waktu lalu (16/6) di Kantor Kemenag, Jakarta.
Menurut dia, MUI mendukung konsep Islam apapun asalkan substansi konsep tersebut moderat. “MUI tidak mempermasalahkan sebutan, yang penting perilakunya itu moderat, washatiyah (pertengahan),” cetus Kiyai Ma’ruf.
Dia menegaskan, istilah Islam Nusantara jangan sampai dipahami sebagai Islam yang berbeda dengan Islam sesungguhnya.
“Jangan sampai Islam itu kemudian diartikan yang lain-lain. Kalau moderat, Islam memang begitu,” tandasnya.
Seperti diketahui, istilah Islam Nusantara yang diklaim sebagai ciri khas Islam di Indonesia yang mengedepankan nilai-nilai toleransi dan bertolak belakang dengan ‘Islam Arab’, telah menimbulkan kontroversi. Tidak sedikit pihak yang pro dan kontra di kalangan penganut Islam di Indonesia. (kiblatnet/adj)
Komentar Mustanir.com
Setelah ide Islam Moderat dan Islam Liberal kurang ‘laku’ di pasaran, para golongan Islam Liberal (JIL dan pengikutnya) kemudian menyajikan sebuah ide baru yang lebih Indonesia dan dengan harapan dapat diterima oleh masyarakat Indonesia.
Padahal ide ini hanya kelanjutan dari ketidak-suksesan para pengusung Islam Liberal untuk mengkerdilkan Islam dan menjadikan Islam ramah terhadap Demokrasi-Sekuler-Liberal.
Sudah pasti ide Islam Nusantara adalah ide yang berbahaya dan absurd, karena notabene hanya wajah lain dari penyusupan ide-ide liberal ke dalam Islam.