Islamophobia dan Kejahatan Media Sekuler-Liberal
Islamophobia dan Kejahatan Media Sekuler-Liberal
Islamophobia di Eropa, Muslim Austria Terkena Dampaknya
AKIBAT meningkatnya aksi Islamofobia di seluruh Eropa, tindakan rasis dan serangan baru-baru ini telah menimpa Muslim di Austria.
Sebuah LSM yang bermarkas di Wina yang berfokus memerangi rasisme, ZARA merilis laporan yang menunjukkan peningkatan jumlah serangan terhadap muslim antara tahun 2013 dan 2014.
“Ada 731 tindakan rasis dilaporkan pada tahun 2013, dan sekitar 794 serangan dilaporkan pada tahun 2014, dimana serangan menargetkan Muslim juga Yahudi,” kata Claudia Schäfer, manager direksi ZARA seperti diberitakan Onislam Sabtu (21/3/2015).
Dari 794 serangan, 20 persen terjadi di tempat-tempat umum, 19 persen terkait kehidupan ekonomi seperti pembatasan penyediaan barang dan jasa, 17 persen di internet, 8 persen dalam politik dan media, dan 7 persen dari polisi.
Islamofobia dilaporkan meningkat dua kali lipat sejak 2013, lebih dari 61 insiden yang menargetkan Muslim telah didokumentasikan oleh ZARA pada tahun 2014.
Menurut ZARA, serangan anti-Muslim meningkat setelah munculnya kontrovesi ISIS pada musim panas lalu sehingga memicu sentimen anti Muslim di negara Eropa. Sementara media Austria mengatakan komentar ofensif oleh politisi Austria telah memicu serangan rasis.
Bulan lalu, Parlemen Austria telah mengeluarkan Undang-undang yang memunculkan kontroversi bahwa negara akan melakukan pembatasan masjid, imam dan pendanaan rumah ibadah.
Muslim Austria diperkirakan berjumlah sekitar setengah juta atau hampir 6 persen dari 8 juta penduduk negara Eropa. Di Wina, Islam adalah kelompok agama terbesar kedua, setelah Katolik Roma. (SUMBER)
Islamophobia di Cambridge
SEORANG muslimah dan anaknya dilaporkan telah mengalami pelecahan oleh segerombolan anak muda di Cambridge, Inggris. Pelecahan terjadi saat ia dan anaknya yang berumur satu tahun itu berada di sebuah taman bermain Cambridge.
“Mereka bertepuk tangan dan berseru-seru, kemudian membungkukan badannya sambil mengeluarkan kata-kata yang tak pantas ke bayi perempuan saya,” kata Samrah Sehar mengatakan kepada Cambridge NewsSelasa, (24/3/2015).
“Ini tidak wajar bagi saya, dan saya benar-benar takut mereka mungkin saja melakukan kekerasan fisik terhadap kami,” lanjutnya.
Sehar berada di taman bermain off Mill Road, dekat dengan persimpangan East Road, ketika 6 orang kulit putih menyerangnya14 Maret lalu.
Lebih lanjut Sehar mengatakan bahwa mereka berteriak padanya dan putrinya, menanyakan apakah saya akan bergabung dengan ISIS.
“Yang membuat saya sangat sedih adalah saat ada dua orang tua lainnya di taman dengan anak-anak mereka kira-kira 8-9 tahun, dan banyak pejalan kaki yang menyaksikan pelecahan ini dan mereka tidak satupun menolong saya,” tutur Sehar.
Sehar tidak melaporkan masalah ini ke polisi, tetapi telah membuat pengaduan ke Dewan Kota Cambridge.
Cllr Shapour Meftah, seorang anggota dewan kota mengatakan ia dihubungi oleh suami Sehar setelah insiden tersebut.
Di Cambridge, komunitas Muslim baru-baru ini telah meluncurkan kampanye, ikatan kuat antara ibu dan anak perempuan untuk mencegah anak-anak perempuan dari usaha untuk bergabung dengan kelompok-kelompok militan.
Inisiatif baru disarankan setelah banyak gadis dan wanita dilaporkan hilang di Inggris selama tahun lalu. (SUMBER)
Usaha Muslim Jepang untuk Mengahalau Islamophobia
SALAH satu masjid tertua di Jepang mengadakan sebuah fasilitas tur gratis, menawarkan warga Jepang yang ingin tahu dan tertarik informasi tentang Islam.
“Wilayah mana di dunia menurut Anda yang paling banyak dihuni oleh umat Islam?” Shigeru Shimoyama (66) bertanya kepada pengunjung masjid Tokyo Camii di Shibuya Ward, The Japan News melaporkan Senin kemarin, (23/3/2015).
“Jawabannya adalah Asia,” katanya. “Enam puluh persen dari sekitar 1,6 miliar Muslim di dunia hidup di Asia. Mereka adalah tetangga kami.”
Masjid Tokyo Camii merupakan masjid terbesar di Jepang. Masjid yang awalnya dibangun, bersamaan sekaligus bersebelahan dengan salah satu sekolah di Tokyo pada tanggal 12 Mei 1938. Pendirian masjid pertama kali digagas oleh imigran dari Rusia, di bawah arahan Abdürreşid İbrahim dan Abdülhay Kurban Ali, Imam pertama masjid.
Selama tur, para peserta menerima penjelasan tentang ajaran Islam dan fungsi masjid. Mereka juga diizinkan untuk mengamati gerakan dan ucapan shalat.
Diketahui bahwa jumlah orang yang meminta tur ke masjid telah meningkat setelah dua oarang Jepang disandera di Suriah oleh ISIS.
Saat ini, masjid menerima kunjungan hampir 100 orang selama akhir pekan, dibandingkan sebelum hanya 20 sebelum insiden penyanderaan.
“Saya menyadari untuk pertama kalinya bahwa saya tidak punya pengetahuan tentang agama Islam ketika situasi penyanderaan terjadi,” kata Yuki Obayashi (22), alah seorang senior di sebuah universitas di Tokyo, berpartisipasi dalam tur yang diadakan pada 28 Februari.
Menurut Asosiasi Muslim Jepang yang berbasis di Tokyo, memiliki sekitar 70 dan 80 masjid di Jepang.
Setelah insiden penyanderaan warga Jepang oleh ISIS, masjid di Sapporo, Tokyo, Yokohama, Nagoya, Ichinomiya, Prefektur Aichi, dan Niihama, Ehime Prefecture, dilaporkan menerima pelecehan. (sumber: islampos)
Islamophobia dan Kejahatan Media Sekuler-Liberal
Islamophobia di dunia Barat, tidak bisa dipungkiri merupakan pengaruh dari media-media Barat yang Sekuler-Liberal. Pemberitaan tentang ISIS yang diberikan stigma negatif oleh Barat, secara tidak langsung memberikan efek kepada kaum Muslimin yang tinggal di Barat. Islamophobia adalah merupakan sebuah dampak negatif bagi kenyamanan hidup kaum Muslimin di Barat. Media-media Barat yang Sekuler-Liberal merupakan salah satu pihak yang bertanggung jawab seharusnya.
Seolah-olah kaum Muslimin saat ini di giring untuk memilih Islam dengan nilai-nilai Barat yang Sekuler, atau menjadi Islam yang lurus dan tegas, namun menjadi bulan-bulanan stigma negatif dari Barat. Memang sudah saatnya kaum Muslimin bersatu untuk memperoleh kekuatan yang dapat membuat kemuliaan kaum Muslimin kembali. (adj)