Jenderal OPM Menyerahkan Diri, Disintegrasi di Papua berhenti?
Jenderal OPM Menyerahkan Diri, Disintegrasi di Papua berhenti?
Sebanyak 23 orang anggota Tentara Pembebasan Nasional/Organisasi Papua Merdeka (TPN/OPM) wilayah Tingginambut, Puncak Jaya, pimpinan Goliat Tabuni akhirnya mengakhiri aksi angkat senjata melawan aparat. Mereka menyerahkan diri dan ingin hidup laiknya masyarakat Indonesia lainnya.
“ke-23 anggota KSB (kelompok saparatis bersenjata) pimpinan Goliat Tabuni itu mau turun gunung ke daerah Tingginambut beserta anak dan istrinya, mereka sudah menyadari dan ingin kembali menjadi WNI akan kita terima,” kata Kasdam XVII/Cendrawasih, Brigjen TNI Tatang Sulaiman, saat berkunjung di Tingginambut, Senin (23/3/2015).
Dihadapan Kasdam, perwakilan ke-23 orang tersebut menyampaikan keinginan mereka agar dapat dibangunkan 8 unit Honai (rumah masyarakat setempat) sebagai tempat tinggal mereka. Merekapun menyampaikan agar di Tingginambut segera didirikan Pos Koramil.
“Bapak dan Pos Ramil tidak boleh ditarik. Sampai mati harus di sini,” ujar Goliat Tabuni.
Mendengar permintaan itu, Brigjen TNI Tatang menyatakan permintaan tersebut akan disampaikan kepada pemerintah daerah, dalam hal ini Bupati Puncak Jaya. Sementara permintaan agar dibangun Pos Ramil sudah dipertimbangkan oleh Kodam. Namun untuk Danpos Ramil harus memperhatikan rotasi kepemimpinan.
“Saya akan sampaikan permintaan bapak-bapak. Pembangunan Pos Ramil sudah kami rencanakan, namun untuk permintaan dan Pos Ramil agar jangan ditarik, itu kita harus memperhatika rotasi jabatan,” ujar Kasdam.
Usai berdialog dengan masyarakat, Kasdam beserta rombongan berdialog dengan prajurit dan meninjau keberadaan pos TNI yang ada di Tingginambut.
Goliath Tabuni selama ini dikenal sebagai Panglima Tentara Pembebasan Nasional (TPN)- Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang bermarkas di Tingginambut Puncak Jaya, Papua. Pada tanggal 11 Desember 2012 dia dilantik menjadi Panglima Tinggi TPN-OPM dengan pangkat Jenderal Goliat Tabuni bersamaan dengan pelantikan Wakil Panglima TPN-OPM Letjen Gabriel Melkizedek Awom, Kepala Staf Umum TPN-OPM Mayjen Terianus Satto.
Pelantikan ini sesuai dengan KTT TPN-OPM telah berhasil dilaksanakan di Markas TPN Perwomi Biak, Papua, dari tanggal 1-5 Mei 2012. Pelantikan itu dihadiri 500 pengikut TPN-OPM dan ditandai dengan tembakan anggota TPN-OPM, yang menegaskan Goliat Tabuni sebagai pemimpin perjuangan kemerdekaan Papua Barat.
Bahkan selama kepemimpinannya sebagai Jenderal OPM, puluhan anggota TNI/Polri di wilayah Puncak Jaya itu menjadi korban penembakan dan pembantai kelompok tersebut. (sumber: detikcom)
Akar Masalah Timbulnya Disintegrasi
Mulusnya upaya disintegrasi tidak bisa dilepaskan dari kegagalan pemerintah rezim liberal untuk mensejahtrakan rakyat Papua. Meskipun memiliki kekayaan alam yang luar biasa, rakyatnya hidup dalam kemeskinan. Lagi-lagi pangkalnya adalah sistem demokrasi, yang telah memuluskan berbagai UU liberal. Inilah yang melegitimasi perusahaan mancanegara seperti FreePort untuk merampok kekayaan alam Papua untuk kepentingan mereka sendiri.
Kepada rakyat Papua, kami menasehati, disintegrasi bukanlah solusi bagi persoalan rakyat Papua. Meminta bantuan negara-negara imperialis seperti Australia atau sekutunya untuk memisahkan diri, justru merupakan bunuh diri politik. Perangkap yang akan akan memangsa kita dengan rakus. Memisahkan diri justru akan memperlemah Papua. Negara-negara imperialis yang rakus justru akan lebih leluasa memangsa kekayaan alam negeri Papua. Disintegrasi hanyalah untuk kepentingan segelintir elit yang berkerjasama dengan negara-negara asing untuk mendapatkan tahta dan harta.
Apa yang menjadi penderitaan rakyat Papua, sesungguhnya juga dialami oleh wilayah-wilayah lain di Indonesia. Pangkal persoalannya, adalah diterapkannya sistem Kapitalisme dengan pilar pentingnya demokrasi dalam sistem politik dan liberalism dalam ekonomi. Inilah penyebab utama kemiskinan rakyat Papua , rakyat Indonesia dan negeri-negeri Islam lainnya.
Intervensi negara-negara imperialis yang melakukan berbagai makar justru menjadi penyebab pertumpahan darah di berbagai kawasan negeri termasuk Papua. Negara buas ini menggunakan penguasa-penguasa boneka mereka sebagai ‘bodyguard’. Mengamankan kepentingan penjajahan tuan-tuan mereka dengan cara yang represif. Tidak peduli meskipun harus menumpahkan darah rakyat mereka sendiri.
Solusi Jitu
Karena itu, tidak ada jalan lain untuk keluar dari persoalan ini, kecuali kita mencampakkan sistem kapitalisme. Menerapkan syariah Islam secara totalitas di bawah naungan Khilafah. Syariah Islam inilah yang akan mampu menjaga keamanan rakyat dan menjamin kesejahteraan rakyat tanpa pandang bulu, tidak melihat suku, bangsa, warna kulit dan agama.
Kebijakan politik ekonomi negara Khilafah yang berdasarkan syariah Islam berlaku sama untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan sandang, pangan dan papan, setiap individu rakyat. Menjamin pendidikan dan kesehatan gratis bagi seluruh rakyat.
Syariah Islam juga akan menghentikan penjajahan negara-negara imperialis seperti Amerika, Inggris, dan Australia. Status mereka sebagai negara muhariban fi’lan yang memusuhi dan membunuh kaum muslim, mengharuskan pelarangan setiap bentuk hubungan dengan negara-negara kapitalis itu, baik hubungan politik, ekonomi, termasuk perdagangan.
Tidak hanya itu, syariah Islam dengan konsep pemilikan umumnya (al milkiyah al ‘amah) akan menghentikan perampokan perusahan-perusahaan asing. Sebab dalam Islam, barang-barang yang strategis seperti air,hutan dan energi, demikian juga barang tambang yang jumlahnya melimpah, tidak boleh dimiliki oleh swasta (individu) apalagi asing. Semua itu merupakan milik rakyat (milkiyah ‘amah) yang wajib dikelola negara dengan baik dan hasilnya untuk kepentingan rakyat.
Walhasil, pesan penting kami, marilah kita sama-sama memperjuangkan tegaknya Khilafah Islam yang akan menerapkan seluruh syariah Islam. Aturan Islam yang rahmatan lil ‘alamin, kalau diterapkan secara totalitas pasti akan memberikan kebaikan kepada siapapun termasuk non muslim. Syariah Islam inilah yang akan memberikan kebaikan kepada kita di dunia dan di akhirat. Allahu Akbar. (adj)