Kejeniusan Arsitek Muslim, Ketika Taman Tak Hanya Memiliki Estetika

masjid-cordoba

Kejeniusan Arsitek Muslim, Ketika Taman Tak Hanya Memiliki Estetika

Oleh: KH Hafidz Abdurrahman

Nama Wimar Sinan sebagai arsitek yang jenius dan mempunyai pemikiran yang tinggi sudah tidak diragukan lagi. Bukti-bukti ini tampak pada konstruksi bangunan Masjid Sulaimaniyyah, jembatan dan lain-lain. Tidak hanya itu, kota Istambul pun didesain sedemikian rupa sehingga pesona keindahannya masih tampak tersisa hingga kini.

Ketika kita menyusuri kota Istambul, kita akan menemukan banyak taman tersebar di mana-mana. Tidak hanya berfungsi sebagai estetika, tetapi taman-taman ini ternyata mempunyai fungsi lain yang tak kalah vitalnya. Taman sebagai landscape bangunan dan istana. Karena itu, istana-istana di Istambul pun tak jarang disebut Hada’iq [taman-taman], meski taman-taman itu sebenarnya berada di dalam istana. Karena posisi taman-taman tersebut yang merupakan lanscape arsitektur istana.

Tak hanya menjadi lanscape arsitektur istana, taman-taman itu juga menjadi lanscape bangunan masjid. Taman tak hanya berfungsi sebagai penghijauan, tetapi juga berfungsi untuk menjadi hiburan. Taman-taman ini biasanya menghadap ke tepi laut, sebagaimana yang ada di kota Istambul. Taman-taman ini juga bisa berfungsi menghilangkan kejenuhan mata, sehingga bisa mengurangi kelelahan.

Selain fungsi tersebut, ternyata desain taman yang sedemikian rupa juga dibuat oleh para arsitek untuk menghalangi terjadinya kebakaran akibat sambaran api. Ini tampak di Masjid Sulaimaniyyah. Pernah terjadi kebakaran pada rumah-rumah yang terbuat dari kayu, kemudian merambat ke masjid-masjid di sekitarnya. Peristiwa ini kemudian menginspirasi para arsitek, dengan menyediakan lahan yang luas untuk ditanami pepohonan dan rerumputan. Taman-taman dengan pepohonan yang lebat, dan bermacam bunga ini kemudian menjadi ciri khas arsitektur saat itu. Fungsinya selain fungsi estetika, juga untuk mencegah terjadinya kebakaran yang bisa melanda masjid.

Inilah yang juga menjadi ciri khas arsitektur Khilafah ‘Utsmaniyyah hingga saat ini. Pepohonan dan tanaman ditanam di halaman-halaman masjid besar. Seperti yang tampak di Masjid Nabawi, Masjid Bayazid, dan Masjid Sulaimaniyyah di Turki.

Istana Topkape juga mempunyai ciri khas yang sama. Istana yang dibangun oleh Muhammad al-Fatih ini di tengahnya terbentang taman yang luas. Istana ini merupakan tempat tinggal para Sultan ‘Ustamaniyyah antara abad ke-10 sampai ke-13 Hijriyah. Istana dengan taman-tamannya ini menghabiskan lahan seluas 69,000 meter persegi, dengan keliling 5 km.

Taman-taman tersebut dibuat dengan membentuk jalan-jalan yang terbuka, yang meliputi istana dari utara, barat dan timur. Di situ juga terdapat taman buah-buahan, dan sayur-sayuran, serta taman yang luas untuk berburu.

Di Dar al-Hemayun, di dalam istana Topkape, bahkan ada dokumentasi yang diabadikan di sana, seorang Khalifah sedang memberikan bunga tulip kepada delegasi yang datang menghadap Khalifah. Konon, bunga tulip yang tumbuh dengan indahnya di Belanda adalah pemberian sang Khalifah. Taman bunga tulip itu hingga kini masih ada, tempatnya di Istambul. Biasanya bersemi dan mekar pada bulan April.

Itulah keindahan taman-taman dan kejeniusan para arsitek Muslim yang tidak hanya memfungsikan keindahannya, tetapi juga menggunakan taman untuk tujuan vital lainnya. Menjadi paru-paru kota, mencegah kekeringan dan kebakaran, serta obat stress dan kelelahan mata. (mu/adj)

About Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Categories