
Kholid Miqdar
MUSTANIR.net – “Selama negeri ini belum berhukum pada hukumnya Allah SWT, maka tak akan ada solusi yang tuntas atas semua persoalan yang mendera.” (Kholid Miqdar)
Siapa sebenarnya Kholid Miqdar, nelayan yang viral karena perjuangannya melawan oligarki PIK-2? Apakah, dia memiliki bekingan yang kuat, sehingga tak punya rasa takut, melawan oligarki lingkaran kecil yang telah merusak lingkaran besar negara?
Kalau ada yang bertanya, apakah ada yang lebih alim (pintar) dari sosok Kholid Miqdar? Tentu akan banyak yang menjawab: banyak sekali.
Tapi begitu ditanya, adakah yang berani melebihi atau setidaknya menyamai keberanian Kholid Miqdar? Banyak orang akan berpikir panjang dan mulai melakukan penelusuran. Kesimpulannya: tak banyak yang keberaniannya menyamai Kholid Miqdar, apalagi melebihi.
Pertemuan penulis sendiri dengan sosok Kholid Miqdar karena perjuangan melawan oligarki PIK-2. Pertemuan secara fisik pertama kali terjadi saat mengawal Said Didu diperiksa Polres Tangerang.
Pertemuan itu berlanjut. Kami juga bertemu saat silaturahmi di Kesultanan Banten Lama, bertemu Sultan Banten dan KH TB Fathul Adzim. Saat itu penulis sempat menyampaikan tafsir hadits ‘al-Wahn’ dengan ungkapan sebagai berikut:
“Orang-orang yang beriman, hukum asalnya pemberani. Hingga ia menukar isi dadanya dengan dunia. Saat dadanya kosong dari iman, dan diganti dengan dunia, maka seketika dia menjadi pengecut.”
“Sebaliknya, orang-orang kafir dan munafik, hukum asalnya pengecut. Hingga dia mampu mengganti isi dada orang beriman, mengeluarkan iman dari dadanya, dan menggantinya dengan dunia. Maka seketika orang-orang kafir dan munafik menjadi berani.”
Berikutnya kami sering bertemu dalam berbagai kesempatan perjuangan. Terakhir saat penulis ingin mengunjungi Sungai Kalimalang di Kronjo, untuk membungkam mulut-mulut pembela oligarki PIK-2, Kholid Miqdar yang membantunya. Setelah itu, kami menyempatkan diskusi bersama.
Penulis ingin mengingatkan sekaligus menegaskan, bahwa keberanian itu bukan dicapai dengan ilmu. Melainkan dengan mengokohkan iman di dada, dan menafikan dunia yang fana.
Setinggi apa pun ilmu yang dimiliki, namun jika dia masih menjadikan dunia sebagai referensi hidup, apalagi memenuhi dadanya hingga sesak dengan dunia, niscaya dia akan menjadi pengecut. Saat berjuang, dia tak akan menghitung keuntungan bagi perjuangan, melainkan sibuk menghitung dampak perjuangan bagi kepentingan dunianya.
Maka adalah wajar kita menjumpai banyak sekali kalangan orang yang berilmu namun pengecut. Banyak ilmu di benaknya namun sedikit sekali yang terlontar dari lisannya.
Terlebih lagi setelah menghadapi penguasa. Ilmunya yang bertumpuk-tumpuk seperti tiada nilai. Kalah oleh sejumput kekuasaan. Dunianya lebih berat untuk diselamatkan ketimbang mengikuti bara iman yang menuntunnya.
Kholid Miqdar adalah sosok yang bisa dijadikan referensi. Betapa keberanian itu tak membutuhkan pernak-pernik yang memusingkan. Kesederhanaan nelayan satu ini bisa kita jadikan referensi.
Apakah dunia kita kurang atau melebihi Kholid Miqdar? Apalagi ilmu kita kurang atau melebihi Kholid Miqdar? Apakah iman kita kurang atau melebihi Kholid Miqdar?
Yang jelas, keberanian bukan karena jumlah, bukan karena ilmu, bukan karena harta, melainkan karena kekuatan iman. Iman yang kokoh akan membimbing pemiliknya menjadi seorang pemberani.
Namun keberanian itu harus punya tujuan. Bukan sekadar untuk melawan oligarki PIK-2, melainkan untuk menegakkan hukum Allah SWT. Benar sekali, kutipan kata yang disampaikan oleh Kholid Miqdar:
“Selama negeri ini belum berhukum pada hukumnya Allah SWT, maka tak akan ada solusi yang tuntas atas semua persoalan yang mendera.” []
Sumber: AK Channel