Kontroversi Islam Nusantara, Peneliti Sejarah: Islam Tak Bisa Lepas dari Arab dan Kulturnya

islam-nusantara

Kontroversi Islam Nusantara, Peneliti Sejarah: Islam Tak Bisa Lepas dari Arab dan Kulturnya

Mustanir.com – Peneliti Sejarah, Tiar Anwar Bachtiar memandang, dari sisi sejarah, Islam tidak bisa melepaskan dari Arab dan kulturnya. Karena, sejak awal penyebar Islam ke Indonesia adalah orang-orang Arab.

“Memang yang datang itu orang-orang Arab. Kita lihat komunitas Arab itu banyak sekali di Indonesia, keturunan mereka sampai atas juga sudah sangat lama berada di Indonesia dan sudah berurat akar,” terang pegiat INSISTS ini kepada Kiblat.net, kemarin (18/06).

Sehingga, lanjutnya, bila kemudian Islam agak dipengaruhi oleh kultur Arab adalah hal yang wajar dan tidak bisa dihindari.

“Wajar saja, ada proses akulturasi, itu biasa-biasa saja. Alami tidak perlu dibesar-besarkan,” cetus Ustadz Tiar.

Dia berpendapat, budaya Arab yang masuk ke Indonesia secara natural akan menyesuaikan diri dengan budaya setempat, kultur mereka akan bersentuhan dan mencocokan diri. Meski, kultur Arab dibawa 100 persen ke Indonesia, nanti akan berkurang sendiri.

“Contohnya, orang Arab itu di negaranya memakai gamis, ketika di Indonesia hampir tidak ada orang Arab memakai gamis. Mereka memakai celana panjang. Karena alamnya beda, di Indonesia dari segi kendaraan orang bepergian memakai sepeda motor, kalau di Arab tidak ada sepeda motor, orang bepergian dengan mobil, tentu tidak masalah selalu pakai gamis,” papar Ketua Umum Pemuda Persis ini.

Selain itu, sambungnya, dalam segi bahasa orang Arab juga akan menyesuaikan diri ketika dia datang ke suatu tempat dan tinggal cukup lama di sana.

“Kalau mereka menggunakan bahasa Arab, orang di sini tidak mengerti. Pasti mereka akan berusaha menggunakan bahasa setempat,” tandasnya.

Seperti diketahui, belakangan ini istilah Islam Nusantara tengah digencarkan dan diklaim sebagai ciri khas Islam di Indonesia. Menurut para pengusungnya, Islam Nusantara mengedepankan nilai-nilai toleransi dan bertolak belakang dengan “Islam Arab”.

Pandangan ini memunculkan kontroversi di kalangan tokoh dan cendekiawan Islam di Indonesia. (kiblatnet/adj)

About Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Categories