Tidak Punya Modal, Jangan Harap Sukses!
SETIAP kesuksesan seseorang, mustahil jika kesuksesannya tanpa modal apapun. Modal menjadi kunci utama seseorang melangkah untuk menuju kesuksesan.
Untuk mendapat kesuksesan banyak cara yang harus ditempuh, diantaranya ada cara yang dirodhoi dan ada yang tidak. Walaupun sama diujungnya tapi nilai berbeda, karena caranya pun berbeda.
“Banyak jalan menuju Roma” inilah peribahasa yang sering kita dapatkan seperti sukses dalam sebuah kontes ada yang memasukkan salah satu caranya selain tampil simpati, energik, dan perbalistik. Adalah dengan cara licik (curang).
Licik itu bukan hanya ada di zaman sekarang tapi sudah ada dari semenjak alam fana ini diciptakan. Bagi orang beragama tidak usah tertarik pada model yang licik. Karena usaha ini tidak akan mendapat ridho Allah.
Andaikan tanpa licik kalahpun tetap terhormat dan disayangi Allah.
Adapun kunci sukses yang diridhoi Allah adalah Al-Shidqu artinya jujur. Ia merupakan salah satu sifat Rasul yang senantiasa dijunjung tinggi, maksud dijunjung ialah satu kata satu hati dan satu perbuatan.
Kita dituntut untuk jujur walaupun terhadaap diri sendiri. Jujur menurut Al-Qur’an adalah yakin kepada Allah dan kontinyu tanpa ragu kemudian mau berkorban dengan kemampuannya. Baik berkorban dengan harta, maupun dengan jiwa raga.
Dalam surat Al-Hujarat ayat 15, Allah berfirman yang artinya: “Sesungguhnya orang-orang mukmin yang sesungguhnya adalah mereka yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Kemudian mereka tidak ragu-ragu, dan mereka berjihad dengan harta dan jiwanya di jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar.”
Menurut sabda Nabi: “Jujur itu adalah ketenangan” karena itu apabila kita ingin tenang haruslah bersikap jujur, jujur itu sumber kebaikan dan sedangkan kebajikan membawa ke dalam syurga. (Al-Hadits)
Rasulullah berhasil dalam dakwahnya karena memiliki sifat jujur , sehingga banyak umat manusia yang tertarik karena pribadinya. Untuk menunjukkan kejujuran bukan dengan perkataan, melainkan dengan perbuatan yang nyata dan reflek.
Syekh Abdul Qadir Jailani mempunyai pengikut karena kejujurannya ketika ditanya oleh perampok sewaktu akan dicuri hartanya. Ada seorang jama’ah haji di Makkah mendapatkan hadiah dari Raja Saudi dikarenakan kejujurannya sewaktu menemukan barang berharaga. Seorang pedagang dipercaya oleh langganannya dikarenakan memiliki modal jujur.
Adapun seorang santri berhasil belajar sampai perguruan tinggi dengan cepat dikarenakan kejujurannya kepada guru, teman dan orang tuanya walaupun tanpa biaya. Oleh karena dalam realita kehidupan pun sudah dibuktikan bahwa kejujura adalah kunci utama untuk sukses baik dunia maupun akhirat. [Sumber: Buletin Ponpes Muhajirin/ Edisi Desember 2014]