Lokalisasi: Antara Solusi atau Polusi?
Lokalisasi: Antara Solusi atau Polusi?
Semua orang yang masih lurus fitrahnya dan jernih akalnya tentu tidak akan setuju dengan lokalisasi untuk tempat maksiat pelacuran. Dengan alasan apapun yang mereka buat-buat, misalnya :
- Mereka berkata, “lokalisasi bisa meminimalkan penyebaran penyakit menular seksual“.
Kenyataannya, justru memudahkan menular, karena semakin memudahkan mereka menularkan. Teori bahwa PSK (Pekerja Seks Komersil) akan diperiksa rutin dan dipastikan mereka tidak ada penyakit menular ketika bekerja di lokalisasi, ini hanya sekedar teori yang dibuat-buat. Prakteknya sangat sulit memeriksa mereka dan membuat mereka mau sadar. Faktanya dari dahulu hingga sekrang penyakit menular seksual bertambah terus dan terus menerus setiap tahunnya. - Mereka berkata, “lokalisasi bisa meminimalkan kejahatan dan lokasi maksiat“.
Kenyataannya, justru dari lokalisasi lahir maksiat yang lainnya dan tentu menganggu masyarakat. Anak-anak teracuni pikirannya disekitar lokalisasi, memudahkan orang untuk menjadi PSK, memudahkan germo untuk merekut PSK generasi muda Indonesia untuk menjadi PSK. Belum lagi perkelahian, mabuk-mabukan dan lain-lainnya di tempat lokalisasi.
Sekarang kami tanya kepada mereka yang membolehkan lokalisasi, apakah kalian rela, istri anda, anak perempuan anda, saudari anda menjadi PSK walaupun miskin dan sangat butuh harta?”. Jawaban anda tentu: TIDAK.
Apakah anda rela, suami anda, anak laki-laki anda, saudara laki-laki anda datang ke lokalisasi untuk berzina dengan alasan apapun? Jawaban anda tentu: TIDAK.
Demikianlah, jangan memfasilitasi orang lain untuk menjadi PSK dan membuat orang mudah mengakses dan melakukan hal ini.
Lokalisasi tetap sarang maksiat walaupun berubah namanya
Di zaman ini, beberapa yang bertentangan dengan syariat dinamakan dengan nama yang lain bahkan dengan nama lebih bagus, misalnya riba menjadi “bunga” bank. Sebagaamana dahulunya, buah terlarang bagi nabi Adam disebut oleh Iblis dengan nama buah pohon Khuldi (kebadian). Demikianlah setan berusaha menghias-hiasi perkataan untuk menipu manusia, Allah Ta’ala berfirman:
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ الْإِنْسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا
“Demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap Nabi itu musuh, yaitu setan dari jenis manusia dan jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia).” (Al-An’am: 112)
Ini sudah diberitakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam sebelumnya. Sebagaimana khamer yang memabukkan, mereka akan menamakan dengan nama yang lainnya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
عن أبي مالك الأشعري رضي الله عنه أنه سمع رسول الله eيقول: ليشربن ناس من أمتي الخمر يسمونها بغير اسمها. رواه أبو داود، وله شواهد كثيرة.
Dari Abu Malik al-’Asy’ari radhiallahu ‘anhu, ia berkata, “Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Sungguh akan ada sekelompok orang dari umatku yang minum khamr, dan mereka menamakannya dengan selain namanya” (HR. Abu Dawud, dan hadits ini memiliki banyak syawahid).
Bahaya jika zina merajalela, bahkan orang shalih juga bisa kena dampaknya
Contoh yang mungkin terjadi dari kasus lokalisasi ini, seorang ibu dan anak yang baik-baik bisa terkena AIDS karena tertular dari bapaknya yang “jajan” di lokalisasi. Bahkan orang shalih dan orang baik-baik bisa kena dampaknya karena maksiat yang merajalela apalagi difasilitasi dan orang-orang baiknya mendiamkan saja.
Ummu Salamah pernah bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
يَا رَسُولَ اللهِ أَنَهْلِكُ وَفِينَا الصَّالِحُونَ؟
“Ya Rasulullah, apakah kita akan binasa sementara banyak orang shalih di tengah kita?”
Jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
نَعَمْ، إِذَا كَثُرَ الْخَبَثُ
”Ya, jika maksiat merajalela.” (HR. Muslim 2880)
Jika zina dan maksiat merajalela maka ada ancamannya dari Allah. Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ الَّذِينَ يُحِبُّونَ أَنْ تَشِيعَ الْفَاحِشَةُ فِي الَّذِينَ آمَنُوا لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar perbuatan yang amat keji itu tersebar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka adzab yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (An-Nur: 19).
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا ظَهَرَ الزِّنَا وَالرِّبَا فِي قَرْيَةٍ ، فَقَدْ أَحَلُّوا بِأَنْفُسِهِمْ عَذَابَ اللهِ
“Apabila zina dan riba telah nampak di suatu negeri, maka sungguh penduduk negeri itu telah menghalalkan azab Allah bagi diri-diri mereka.” (HR. Al-Hakim , lihat juga Shahihut Targhib: 2401)
Larangan melindungi pelaku maksiat
Melindungi saja dilarang apalagi mendukung dan memfasilitasi. Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
وَلَعَنَ اللَّهُ مَنْ آوَى مُحْدِثًا
“Dan Allah melaknat orang yang melindungi pelaku dosa/maksiat.” (HR. Muslim).
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah menjelaskan,
فمن آوى محدثا ؛ فهو ملعون ، وكذا من ناصرهم ؛ لأن الإيواء أن تأويه لكف الأذى عنه ، فمن ناصره ؛ فهو أشد وأعظم .
“Barangsiapa yang melindungi pelaku dosa, maka ia adalah orang yang terlaknat. Demikian juga yang menolong mereka, karena cara melindunginya adalah engkau mencegah sesuatu yang dapat mengganggunya. Barangsiapa yang menolongnya, dosanya lebih parah dan lebih besar.” (Majmu’ fatawa wa Rasail 9/315, Syamilah).
Kekuasaan/sulthan bisa jadi lebih kuat mencegah kemungkaran daripada dakwah dengan Qur’an
Dalam semua jenis kemungkaran, terutama kasus PSK dan perzinaan ini, ketegasan pemerintah lebih dominan dan lebih efektif daripada upaya para da’i. Terkadang dakwah para ustadz dan kiayi mungkin kurang mempan mencegah mereka yang sudah terlalu gandrung dengan maksiat. Utsman bin Affan radhiallahu ‘anhu mengatakan,
لما يَزعُ السلطان الناس أشد مما يَزَعهم القراَن
“Sulthan (kekuasan) bisa jadi lebih kuat dalam mencegah kemaksiatan daripada dakwah dengan Al-Quran” (Tarikh Al-Madinah 2/160, Ibnu Syabbah, Darul Fikr, Syamilah).
Dan seorang pemimpin lebih layak menjadi contoh dan jangan justru saling membantu dalam hal maksiat dan dosa. Allah Ta’ala berfirman,
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.” (QS. Al-Maidah : 2)
Semoga Allah menjaga para pemimpin Indonesia dan menganugrahkan kepada rakyat Indonesia pemimpin yang adil.
Demikian semoga bermanfaat. (muslim/adj)